Teknologi ‘trotoar aman’ dengan EMP terima penghargaan Penemu Muda Nasional

0
1387

Tim siswa SMA yang menciptakan teknologi ‘trotoar aman’ dengan memanfaatkan pulsa elektromagnetik meraih penghargaan Penemu Muda Nasional dari LIPI.

Pulsa elektromagnetik alias electromagnetic pulse atau EMP ialah ledakan pendek radiasi elektromagnetik. Fenomena yang terjadi secara alami maupun buatan ini umumnya mengganggu, bahkan merusak, peralatan elektronik.

EMP terkenal karena pemanfaatannya sebagai senjata, terutama dalam film dan budaya populer – senjata ini diyakini efektif melumpuhkan musuh karena tidak berbahaya bagi manusia, hanya perangkat elektronik.

Terinspirasi dari kegunaan itu, dua siswa SMA asal Kota Bandung memanfaatkan EMP untuk mematikan mesin motor-motor bandel yang naik ke trotoar sehingga menciptakan trotoar yang aman bagi pejalan kaki.

Sistem Safety Trotoar yang diciptakan Ayubella Anggraini Leksono, kelas XI SMAN 3 Bandung, dan Hanif Ahmadzakir, kelas XII SMAN 23 Bandung, menerima penghargaan tertinggi pada malam anugerah National Young Inventors Award yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Balai Kartini, Rabu malam (25/10).

Ayu dan Hanif menggunakan EMP untuk mengacaukan rangkaian listrik pada sistem pengapian kapasitor (CDI) pada motor. Akibatnya, pengapian pada busi terganggu, dan busi tidak bisa memercikkan api. “Ketika motor naik ke trotoar, langsung mati mesinnya,” ujar Hanif.

Sistem ini dirancang untuk dipasang di bagian trotoar yang landai, biasanya untuk akses pengguna disabilitas. Namun pengendara motor yang bandel suka memanfaatkan akses tersebut untuk naik ke trotoar. “Di situ kan titik awal sepeda motor masuk, jadi di situ kita sudah pasang EMP dan ketika sepeda motor masuk sudah di-jam (dihambat) dan dia enggak akan bisa ngelanjutin perjalanan,” Ayu turut menjelaskan.

NYIA

Untuk memastikan bahwa EMP hanya mematikan mesin motor, Ayu dan Hanif memasang detektor medan magnet. Biasanya motor menghasilkan medan magnet di atas 40 Tesla.

“Ketika metal detector mendeteksi (medan magnet sebesar) 40 Tesla yang melewati trotoar, dia akan mengirimkan informasi ke (sirkuit) Arduino, yang kemudian mengirimkan informasi ke EMP Generator untuk menembakkan EMP,” Ayu menambahkan.

Pulsa elektromagnetik yang ditembakkan juga berpotensi mematikan gawai medis, misalnya alat pacu jantung (pacemaker). Tapi Hanif dan Ayu mengakui bahwa mereka belum menguji keamanan sistem ini secara terperinci. “Kita baru bisa ukur motor,” kata Hanif.

Namun demikian, muda-mudi yang akrab meski berbeda sekolah ini tetap bercita-cita memasang teknologi mereka di trotoar jalanan Kota Bandung. “Inginnya sih di-follow up ya, sama wali kota kita. Kalau enggak, setidaknya di daerah kita dulu, di Arcamanik,” pungkas Ayu.

Sebagai pemenang 1, Ayu dan Hanif mendapatkan piala dari LIPI dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) serta hadiah uang Rp10 juta.

Piala pemenang 2 diraih Eduardus Ariasena dan Andreas Khrisnanto Pramudyo dari SMA Kolese Loyola Semarang. Dua remaja ini menciptakan lengan protese untuk penyandang tunadaksa bernama LENTERA (Lengan Protese Berbasis Rem, Spuit dan Arduino). Sedangkan Fita Amalia dari SMAN 2 Balikpapan menjadi pemenang 3 dengan karya Pompa Estafet Tanpa Energi Listrik.

Selain itu, dua siswa dari SMKN 2 Cimahi Sri Wulan Pebriani dan Fina Pebrianti menerima Special Awards atau penghargaan khusus dari PT Jasa Marga karena menciptakan rak sepatu tahan bau.

Sebanyak 40 karya dipilih menjadi finalis dalam National Young Inventors Award ke-10 ini. Semua karya merupakan hasil penemuan siswa usia 8-18 tahun dan berfungsi mendukung kegiatan sehari-hari atau bersifat menghibur.

Sumber : bbc.com