Apa yang bisa kita pelajari dari kebiasaan Einstein yang aneh?

0
2289

Tidur lebih dari 10 jam dan tidak memakai kaos kaki, mungkinkah ini rahasia untuk menjadi genius?

Penemu dan ahli fisika terkenal, Nikola Tesla, melakukan olah raga jari kaki setiap malam. Dia berulang kali ‘memencet’ jari-jari kakinya 100 kali pada masing-masing kaki, menurut penulis buku tersebut, Marc J Seifer.

Walaupun tidak jelas apa hubungannya, Tesla mengklaim olah raga tersebut membantunya untuk menstimulasi sel-sel otaknya.

Ahli matematika yang paling produktif pada abad ke-20, Paul Erdos, lebih memilih bermacam-macam stimulan seperti amfetamina yang dia gunakan selama dia bekerja dengan angka-angka selama 20 jam.

Ketika seorang teman bertaruh dengannya AS$500 bahwa dia tidak bisa berhenti selama sebulan, dia menang tetapi mengeluh “Anda telah mengatur matematika kembali sebulan”.

Sementara itu, Newton, sesumbar atas manfaat hidup selibat. Waktu dia meninggal pada 1727, dia telah mengubah pemahaman kita terhadap dunia alam selamanya dan meninggalkan 10 juta kata dalam catatan-catatannya.

Dia juga, menurut semua laporan, dia masih bujangan (Tesla juga hidup selibat, meski kemudian dia mengakui jatuh cinta pada seekor merpati).

Banyak orang-orang paling genius di dunia seperti mereka ini juga sangat aneh. Mulai dari Pythagoras yang melarang penggunaan kacang polong secara terang-terangan hingga kebiasaan Benjamin Franklin dengan ‘mandi udara’ telanjangnya, jalan menuju kesuksesan diwarnai dengan beberapa kebiasaan yang benar-benar aneh.

Tetapi bagaimana jika ini hanyalah sebuah fakta yang dibuat-buat? Para ilmuwan makin banyak yang menyadari bahwa kecerdasan sedikit karena keberuntungan genetika daripada yang selama ini kita pikirkan.

Berdasarkan ulasan terakhir atas bukti-buktinya, sekitar 40% yang membedakanpara genius dengan mereka yang kurang cerdas pada orang-orang dewasa adalah faktor lingkungan. Suka atau tidak, kebiasaan kita sehari-hari memberikan dampak kuat pada otak kita, membentuk strukturnya, dan mengubah cara berpikir kita.

Dari semua orang genius, tak disangkal lagi orang yang menggabungkan kecerdasan dengan kebiasaan tak biasa adalah Albert Einstein, jadi siapa lagi yang lebih baik untuk dicontoh kebiasaannya untuk kita coba?

Dia mengajari kita bagaimana mendapatkan energi dari atom, jadi mungkin saja dia bisa mengajari kita satu atau dua hal bagaimana menggunakan otak kecil kita.

Mungkinkah ada keuntungan mengikuti kebiasaan tidur, makan, bahkan memilih pakaian Einstein?

Tidur 10 jam dan tidur siang 1 detik

Sebuah pengetahuan umum bagi kita semua bahwa tidur baik untuk otak kita dan Einstein melakukan saran ini dengan lebih serius daripada kebanyakan orang.

Dia dilaporkan tidur setidaknya 10 jam per hari, hampir 1,5 kali lebih banyak daripada rata-rata jam tidur orang-orang Amerika saat ini (6,8 jam). Tetapi, bisakah kita menjadikan kebiasaannya ini sebagai cara untuk menjadi lebih cerdas?

Penulis buku John Steinbeck pernah mengatakan, “Ini adalah pengalaman umum bahwa masalah yang sulit pada malam hari dapat teratasi pada pagi hari setelah tidur.”

Banyak dari terobosan paling radikal dalam sejarah manusia, termasuk table periodic, struktur DNA dan teori relativitas khusus Einstein, menurut dugaan muncul saat para penemunya sedang tidak sadar diri.

Teori yang terakhir tersebut muncul saat Einstein sedang bermimpi tentang sapi-sapi yang disetrum. Namun, apakah ini memang benar?

Pada 2004, para ilmuwan di Universitas Lubeck, Jerman menguji gagasan tersebut dengan eksperimen sederhana. Pertama-tama mereka melatih para sukarelawan untuk bermain sebuah permainan angka.

Kebanyakan dari mereka perlahan-lahan memahaminya dengan berlatih, tapi sejauh ini cara tercepat untuk memperbaikinya adalah mengungkap aturan yang tersembunyi.

Saat para siswa diuji lagi delapan jam kemudian, mereka yang diizinkan untuk tidur, dua kali lebih memungkinkan untuk memahami aturannya daripada mereka yang tetap terjaga.

Waktu kita tertidur, otak memasuki serangkaian siklus.

Setiap 90-120 menit, otak berfluktuasi antara tidur ringan, tidur lelap, dan fase yang berhubungan dengan mimpi yang dikenal sebagai Rapid Eye Movement (REM), yang hingga baru-baru ini diduga berperan besar dalam belajar dan mengingat.

Tetapi, ini bukan cerita keseluruhan. “Tidur non-REM masih sedikit menyimpan misteri, tapi kita menghabiskan sekitar 60% malam kita dengan jenis tidur ini,” kata Stuart Fogel, ilmuwan syaraf di Universitas Ottawa.

Tidur non-REM ditandai oleh semburan aktivitas otak cepat, yang disebut sebagai ‘spindle events’ karena bentuknya seperti gelendong (spindle) yang melambangkan gelombang pada EEG.

Tidur nyenyak biasanya melibatkan ribuan dari peristiwa ini yang masing-masing berlangsung tidak lebih dari beberapa detik. “Ini adalah pintu gerbang ke tahap tidur lainnya – semakin Anda tidur, semakin banyak kejadian yang Anda alami,” katanya.

Spindle events dimulai dengan lonjakan energi listrik yang dihasilkan oleh letusan cepat di dalam otak. Pelaku utamanya adalah talamus, sebuah daerah berbentuk oval yang bertindak sebagai pusat ‘pengalihan utama’ otak, mengirimkan sinyal sensorik ke arah yang benar.

Sewaktu kita tidur, ia bertindak seperti penyumbat telinga internal, mengacak informasi eksternal untuk membantu Anda tetap tidur. Selama spindle events, gelombang tersebut bergerak ke permukaan otak dan kemudian kembali turun lagi untuk menyelesaikan sebuah putaran.

Menariknya, mereka yang memiliki lebih banyak spindel events cenderung memiliki ‘kecerdasan lancar’ yang lebih besar – kemampuan untuk memecahkan masalah baru, menggunakan logika dalam situasi baru, dan mengidentifikasi pola – adalah hal-hal yang dimiliki Einstein.

“Hal-hal itu sepertinya tidak terkait dengan jenis kecerdasan lainnya, seperti kemampuan untuk menghafal fakta dan angka-angka, jadi ini sangat spesifik pada keterampilan penalaran,” kata Fogel. Hubungan ini sesuai dengan penghinaan Einstein terhadap pendidikan formal dan nasihatnya untuk “jangan pernah menghafal apa saja yang bisa Anda cari.”

Walaupun lebih sering Anda tidur, lebih banyak spindle events yang akan Anda dapatkan, ini tidak berarti sebagai bukti bahwa tidur lebih banyak adalah bermanfaat.

Apakah beberapa orang yang memiliki spindle events karena mereka pintar atau mereka pintar karena mereka memiliki lebih banyak spindle events? Masih belum ada jawaban, tetapi sebuah studi baru-baru ini menunjukkan tidur pada malam hari pada wanita dan tidur siang pada pria dapat meningkatkan cara berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.

Secara krusial, pendorong kecerdasan berhubungan dengan adanya spindle events yang hanya terjadi saat tidur pada malam hari pada wanita dan siang hari pada pria.

Belum diketahui mengapa spindle events dapat membantu, tetapi Fogel berpikir ini mungkin berhubungan dengan daerah yang aktif.

“Kami menemukan bahwa daerah yang sama yang menghasilkan gelombang yaitu talamus dan korteks (bagian permukaan otak), daerah ini mendorong kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menggunakan logika pada situasi baru,” katanya.

Untungnya bagi Einstein, dia juga tidur siang secara teratur. Konon berdasarkan sebuah cerita, untuk memastikan Einstein tidak tidur siang berlama-lama, dia bersandar di kursi berlengannya dengan sebuah sendok di tangan dan piring besi berada tepat di bawahnya.

Dia membiarkan dirinya tertidur selama satu detik, lalu – teng! Sendok itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke piring, suaranya membuatnya bangun tidur.

Berjalan kaki setiap hari

Kebiasaan berjalan setiap hari adalah penting bagi Einstein. Sewaktu dia sedang bekerja di Universitas Princeton, New Jersey, dia berjalan sekitar 2,4 km pulang-pergi kampus.

Dia mengikuti jejak langkah para pejalan rajin lainnya termasuk Darwin yang berjalan selama 3 jam 45 menit setiap hari.

Kebiasaaan ini tidak hanya sebagai olahraga, ada bukti bergunung-gunung yang menyebutkan berjalan kaki bisa meningkatkan daya ingat, kreatifitas, dan penyelesaian masalah. Untuk kreatifitas setidaknya, berjalan di luar bahkan lebih baik. Tetapi mengapa?

Jika Anda memikirkannya, hal ini terasa tidak masuk akal. Berjalan kaki mengalihkan perhatian otak dari tugas serebral yang lebih banyak dan memaksanya untuk fokus pada penggunaan kaki di depan kaki satunya lagi dan tidak terjatuh.

Masukkan kata kunci ‘transient hypofrontality’ yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dasar, informasi mengesankan ini pada dasarnya berarti mengurangi aktivitas di bagian otak tertentu.

Khususnya, lobus frontal, yang terlibat dalam proses yang lebih tinggi seperti daya ingat, penilaian, dan bahasa.

Dengan mengurangi aktivitas di bagian otak tertentu, otak mengadopsi gaya berpikir yang sangat berbeda, yang dapat memberikan wawasan yang tidak akan Anda dapatkan di meja kerja Anda.

Belum ada bukti atas penjelasan tentang manfaat berjalan kaki ini tetapi ini adalah ide yang menarik.

Makan spaghetti

Jadi apa yang dimakan oleh orang-orang genius? Sayangnya, belum jelas apa yang memicu pikiran Einstein yang luar biasa, walaupun di internet beredar klaim yang agak meragukan bahwa dia makan spaghetti.

Dia pernah bercanda bahwa hal-hal favoritnya di Italia adalah “spaghetti dan (ahli matematika) Levi-Civita”, jadi kita mengikutinya.

Walaupun karbohidrat memiliki reputasi buruk, seperti biasanya, Einstein sangat tepat.

Sudah kita ketahui bahwa otak membutuhkan banyak sekali nutrisi, mengonsumsi 20% energi tubuh meskipun hanya menyumbang 2% dari beratnya (mungkin saja Einstein lebih sedikit, berat otaknya hanya 1.230 gram dibandingkan berat rata-rata orang sekitar 1.400 gram).

Seperti bagian tubuh lainnya, otak lebih memilih untuk memroses gula sederhana, seperti glukosa, yang telah diurai dari karbohidrat.

Neuron membutuhkan pasokan yang hampir kontinu dan hanya akan menerima sumber-sumeber energi lainnya saat benar-benar membutuhkan. Dan di situlah letak masalahnya.

Otak tidak bisa menyimpan energi, jadi ketika tingkat glukosa jatuh, energinya seketika itu juga habis.

“Tubuh bisa mengeluarkan beberapa dari simpanan glikogennya sendiri dengan cara melepaskan hormon stres seperti kortisol tetapi ini ada efek sampingnya,” kata Leigh Gibson, dosen psikologi dan fisiologi di Universitas Roehampton.

Ini termasuk rasa sedikit pening dan rasa bingung waktu kita tidak makan malam.

Suatu studi menemukan bahwa mereka yang makan karbohidrat rendah mempunyai waktu reaksi yang lebih rendah dan daya ingat spasial berkurang, walaupun hanya dalam jangka waktu pendek (setelah beberapa minggu, otak akan beradaptasi untuk mendapatkan energi dari sumber-sumber lain seperti protein).

Gula dapat memberikan otak dorongan yang bernilai, tapi sayangnya ini tidak berarti makan spaghetti terus-menerus adalah ide bagus.

“Biasanya bukti menyarankan bahwa sekitar 25 gram karbohidrat bermanfaat, tetapi melipatgandakannya akan mengganggu kemampuan berpikir Anda,” kata Gibson.

Sebagai perspektif, itu sekitar 37 batang spaghetti, yang sangat sedikit dibandingkan apa yang terlihat (sekitar setengah dari porsi yang disarankan). “Cerita ini tidak sesederhana seperti kedengarannya,” kata Gibson.

Merokok menggunakan pipa

Kini, banyak risiko kesehatan dari merokok diketahui oleh kalangan luas, jadi ini bukanlah kebiasaan yang patut diikuti.

Tetapi, Einstein adalah perokok pipa berat, dia terkenal di sekitar kampus karena asap rokok yang mengikutinya saat dia berjalan selayaknya teori-teori yang dia ciptakan.

Dia terkenal sangat suka merokok, dengan mempercayainya sebagai “hal yang berkontribusi dalam proses penilaian yang menenangkan dan obyektif dalam semua urusan manusia.” Dia bahkan memungut punting rokok dari jalan dan memasukkan sisa tembakau ke dalam pipanya.

Bukan perilaku seorang yang genius, tetapi dalam pembelaannya, walaupun bukti-bukti telah menggunung sejak 1940-an, pada saat itu tembakau secara umum tidak dihubungkan pada kanker paru-paru dan penyakit-penyakit lainnya sampai 1962, tujuh tahun setelah kematiannya.

Kini risikonya bukanlah rahasia lagi, merokok menghentikan pembentukan sel-sel otak, menipiskan korteks serebral (lapisan luar keriput yang bertanggung jawab atas kesadaran) dan membuat otak menginginkan oksigen.

Wajar untuk mengatakan bahwa Einstein pintar meskipun dia ada kebiasaan ini, tetapi dia pintar bukan karena itu.

Tapi ada satu misteri terakhir. Sebuah analisis dari 20.000 remaja di Amerika Serikat, yang kebiasaan dan kesehatannya dipantau selama 15 tahun, ditemukan bahwa tanpa melihat umur, latar belakang etnik atau pendidikan, anak-anak yang lebih cerdas tumbuh besar merokok lebih banyak dan lebih sering daripada kita.

Para ilmuwan masih tidak tahu mengapa, walaupun menariknya hasil ini tidak benar di tempat lain, di Inggris misalnya, para perokok cenderung memiliki IQ yang lebih rendah.

Tidak memakai kaos kaki

Daftar keunikan Einstein tidak komplit jika tidak menyebutkan keengganannya memakai kaos kaki.

“Waktu saya masih muda,” dia menulis dalam sebuah surat kepada sepupunya yang menjadi istrinya, Elsa, “Saya mengetahui bahwa ibu jari kaki selalu melubangi kaos kaki. Jadi, saya berhenti memakai kaos kaki.”

Di suatu hari, saat dia tidak dapat menemukan sandalnya, dia memakai sepatu model sling backs milik Elsa.

Ternyata, tampilan hipster Einstein mungkin tidak begitu membantunya. Sayangnya, belum ada penelitian yang melihat langsung dampak dari tidak memakai kaos kaki, tetapi mengubah penampilan dari pakaian formal menjadi kasual dikaitkan dengan kinerja buruk pada tes pemikiran abstrak.

Dan cara lebih baik untuk mengakhiri tulisan ini adalah saran dari Einstein itu sendiri. “Yang penting adalah untuk tidak berhenti bertanya, keingintahuan punya alasan sendiri untuk tetap ada,” ujarnya pada majalah LIFE pada 1955.

Mungkin Anda juga bisa mencoba olahraga jari kaki. Siapa tahu berhasil dan bukankah Anda penasaran ingin tahu hasilnya?

Sumber : bbc.com