Perusahaan teknologi asal China, ZTE, gusar menghadapi larangan tujuh tahun tanpa suplai komponen dari Amerika Serikat. ZTE meyakini sanksi yang mereka terima adalah bagian dari perang dagang yang terjadi antara Washington dan Beijing.

ZTE menggelar konferensi bersama perusahaan pemasok besar AS pada Rabu, (25/4). Sumber dari Reuters menjelaskan bahwa naif sekali apabila tak ada hubungan antara perang tarif yang sedang terjadi dengan sanksi tersebut.

“Ini pembaharuan faktual atas apa yang terjadi dan yang mereka lakukan sejak keptusan itu berlaku, serta apa yang mereka lakukan untuk meredakan situasi,” ujar juru bicara asosiasi industri semikonduktor AS seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu, Wilbur Ross dari Departemen Perdagangan menepis dugaan sanksi itu berhubungan dengan perang tarif.

“Urusan penegakan hukum tak ada kaitannya dengan kebijakan perdagangan yang lebih luas.”

Sanksi kepada ZTE merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah perdagangan AS. Mereka harus rela menerima keputusan Departemen Perdagangan AS yang melarang perusahaan dalam negeri berbisnis dengan ZTE selama tujuh tahun.

Keputusan itu diambil setelah ZTE mengakui pihaknya menjual sejumlah produk AS ke Iran di tengah embargo yang sedang berlaku.

ZTE wajar kalang kabut karena mereka cukup bergantung pada komponen dari AS, misalnya Qualcomm.

Perusahaan AS pencipta Snapdragon ini memasok sekitar 25 hingga 30 persen untuk peralatan jaringan telekomunikasi termasuk ponsel cerdas mereka.

Dengan adanya larangan bisnis tersebut, Qualcomm diprediksi juga bakal merugi. Pasalnya sekitar 65 persen ponsel cerdas buatan ZTE memakai cip dari Qualcomm.

Dampak tersebut diperkirakan bakal dialami oleh mitra dagang ZTE lainnya seperti Google, Texas Instrument, dan GlobalFoundries.