Nila Empat Titik dalam Konser Clean Bandit di Jakarta

0
880

Konser Clean Bandit bertajuk ‘I Miss You Tour 2018’ di The Kasablanka Hall, Jakarta Selatan, kemarin malam (20/8) dapat dikatakan kurang memuaskan. Ada hal teknis maupun nonteknis yang terasa seperti nila dalam konser berdurasi lebih dari satu jam itu.

Sayang, nila kali ini bukan hanya setitik seperti peribahasa. Susu sebelanga penampilan kedua Clean Bandit di Jakarta itu dirusak oleh setidaknya empat titik nila.

Nila pertama yang membuat penampilan itu kurang memuaskan adalah ketidakhadiran vokalis sekaligus cellis Grace Chatto. Setelah tampil di Jepang pekan lalu, alih-alih melanjutkan ke Indonesia, ia harus kembali ke Inggris untuk pengobatan akibat penyakit saraf.

Jack Patterson (bas, kibor, vokal, piano) dan Luke Patterson (drum dan perkusi) yang naik panggung pukul 20:30 WIB tidak menjelaskan alasan Chatto tidak hadir. Mereka pun tidak meminta maaf karena Clean Bandit tidak tampil lengkap. Penonton seakan dibiarkan kecewa.

Penjelasan soal kondisi Chatto baru dijelaskan di tengah konser, sebelum lagu Should’ve Known Better disenandungkan. Lagu itu pun didedikasikan Clean Bandit untuk sang vokalis.

Malam itu Clean Bandit tampil dengan empat personel tambahan. Vokalis Kristen dan Yasmin Joy serta pemain biola Stephanie Benedetti yang menggantikan posisi Chatto sebagai cellis.

Mereka asik membuka konser tanpa kehadiran Chatto. Lagu Symphony, Real Love, Extraordinary dan Disconnect mereka bawakan tanpa jeda. Tak ada nada sumbang memang saat Kristen dan Yasmine bernyayi. Tempo suara alat musik juga terdengar beraturan.

Clean Bandit pun berhasil membuka konser dengan apik.

Namun justru di pembukaan nan apik itu, muncul nila kedua, yakni confetti dan asap yang ditembakkan dari bibir panggung ke arah pengunjung konser, di tengah lagu Symphony.

Keputusan itu terasa aneh dan membuat konser seperti klimaks sebelum waktunya. Confetti dan asap biasanya ditembakkan sebagai klimaks di akhir penampilan atau saat membawakan lagu hit. Symphony memang hit, ia dibawakan terlalu awal. Confetti-nya pun terlalu dini.

Lebih anehnya, confetti dan asap ditembakkan tak hanya sekali untuk Symphony saja. Itu juga ditembakkan saat Clean Bandit membawakan Solo dan Rockabye di tengah konser. Confetti dan asap yang seharusnya spesial jadi terasa biasa karena terlalu sering ditembakkan.

Bagi sebagian penggemar, kondisi itu tak mengganggu. Mereka terlihat tetap asyik menikmati konser. Sayang, semakin lama suara dari sound system terdengar semakin buruk. Suara alat musik terdengar mendam, sementara suara penyanyi beberapa kali terdengar sember.

Seperti ketika Clean Bandit membawakan lagu Come Over, Stronger dan I Miss You.

Bisa jadi itu karena konser dilakukan di dalam ruangan. Pengaturan suara yang kurang baik di mixer juga bisa menjadi masalah. Suara yang terdengar buruk itu pun menjadi nila ketiga bagi penampilan band yang pernah meraih Grammy Awards kategori Best Dance Recording itu.

Nila keempat adalah minimnya interaksi dari para personel. Interaksi mereka seakan standar, seperti mengucapkan “thank you Jakarta” dan “you are amazing tonight.”

Tidak ada interaksi untuk membakar semangat penonton atau setidaknya membuat suasana menjadi hangat. Padahal Clean Bandit mengusung genre EDM yang identik dengan joget. Jika dibawakan dengan suasana hangat atau semangat terbakar, penampilan bakal lebih ‘wah’ lagi.

Seakan baru sadar soal itu, Clean Bandit melakukannya pada akhir konser, ketika membawakan Piece Of You dan Tears. Yasmin baru mengajak pengunjung untuk berjoget sesuai ketukan bas.

“Ini lagu terakhir, kalian harus menggila bersama kami. Satu dua tiga,” ujar Yasmin.

Penampilan malam itu baru benar-benar diakhiri setelah penonton yang tak puas meneriakkan “we want more,” dan Clean Bandit kembali ke atas panggung dengan lagu paling hit, Rather Be. Confetti dan asap kembali ditembakkan, tapi jadi tidak sespesial sebelumnya.

Sumber : CNN [dot] COM