Donald Trump: AS Akan Membangun Lagi Persenjatan Nuklir

0
780
U.S. President Donald Trump reacts as he walks to board Air Force One to depart New York for Washington D.C. at John F. Kennedy International Airport in New York, New York, U.S., September 27, 2018. REUTERS/Carlos Barria - RC1B0E30F4C0

Presiden Donald Trump memperingatkan bahwa Amerika Serikat akan meningkatkan persenjataan nuklirnya untuk menekan Rusia dan Cina.

 

Di depan para wartawan, ia mengulangi pandangannya bahwa Rusia telah melanggar traktat persenjataan nuklir jarak menengah (Intermediate-Range Nuclear Forces INF) 1987.

 

Trump, karenanya mengancam akan membatalkan perjanjian itu.

 

Sejauh ini Rusia membantah tudingan Trump ini.

 

Perjanjian INF itu ditandatangani di era Perang Dingin untuk mengurangi ketegangan terkait kemampuan serang Uni Soviet terhadap negara-negara Eropa.

 

Rusia memperingatkan akan membalas dalam bentuk yang setara jika AS mengembangkan persenjataan mereka lebih banyak lagi.

 

Presiden Trump mengatakan AS akan membangun persenjataan mereka ‘hingga orang-orang tersadar’.

 

“Ini merupakan ancaman bagi siapa pun yang ingin memasukkan Cina dan Rusia dan siapa pun yang ingin bermain-main dengan situasi ini… (Rusia) tidak patuh pada semangat perjanjian itu atau pada perjanjian itu sendiri. “

 

Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengadakan pembicaraan di Moskow setelah Rusia mengutuk rencana AS untuk keluar dari kesepakatan itu.

 

Para pejabat Rusia mengatakan kepada Bolton bahwa sikap AS itu akan merupakan ‘pukulan serius’ bagi rezim non-proliferasi nuklir.

 

Betapa pun, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev mengatakan juga bahwa Kremlin ‘siap’ untuk bekerja dengan AS untuk menghapus ketidakpuasan masing-masing atas INF.

 

Saat Bolton mengawali kunjungannya, Moskow memperingatkan akan mengambil langkah untuk menjaga keseimbangan kekuatan nuklir.

 

“Kami perlu mendengar penjelasan pihak Amerika tentang masalah ini,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. “(Jika AS) Membatalkan traktat itu, Rusia akan terpaksa mengambil langkah demi kepentingan keamanannya sendiri.”