Qiu Siyu mengamuk. Dia memukul dan menghancurkan apa pun yang ada dalam ruangan dengan tongkat bisbol di tangannya. Mulai dari mobil tua, telepon bekas, alat pengeras suara, penanak nasi, hingga manekin. Dia stres, maka dia mengamuk.
Namun, itu bukan sembarang amukan. Itu adalah ‘amukan berbayar’ seharga US$23 atau setara dengan Rp323 ribu. Duit itu dibayarkan untuk waktu selama 30 menit menyewa ‘ruang kemarahan’ di Beijing, China.
Ruang kemarahan atau rage room merupakan salah satu fasilitas pelepas stres yang dimiliki Beijing. Di sana pelanggan dipersilakan melampiaskan rasa frustasinya dengan mengamuk sepuasnya dan menghancurkan barang-barang yang disediakan.
“Rasanya sangat enak ketika saya menghancurkan botol-botol itu dan melihatnya pecah,” ujar Qiu (16), seorang siswa sekolah menengah di Beijing, seraya tersenyum manis, sebagaimana diwartakan Reuters.
Fasilitas ruang kemarahan yang bernama Smash itu mulai beroperasi sejak September 2018 lalu. Sejak itu, sekitar 600 pelanggan telah menghancurkan 15 ribu botol pada setiap bulannya.
Tak cuma menghancurkan barang-barang yang disediakan, Smash juga memperbolehkan pelanggan untuk membawa barang-barang yang ingin dihancurkan. “Kami mempersilakan pelanggan untuk membawa barang-barang sendiri,” ujar salah seorang pendiri Smash, Jin Meng (25).
Suatu waktu, Smash bahkan pernah kedapatan seorang pelanggan yang membawa semua foto pernikahannya. Dalam ruang yang disediakan, si pelanggan wanita menghancurkan semua dokumentasi yang penuh kenangan itu.
“Kami selalu menegaskan bahwa kami menyediakan tempat yang aman untuk mengeluarkan energi negatif. Kami senang akan itu,” ujar Jin.
Meski energi negatif akan terasa di seantero ruang kemarahan, bukan berarti Smash bermaksud untuk melanggengkan budaya kekerasan. Jin mengatakan, Smash didirikan untuk membantu orang-orang dalam menghadapi tekanan hidup di kota-kota besar, seperti Beijing.
Jin beranggapan, mengeluarkan segala amarah yang ada dapat membantu seseorang untuk meredakan stres. Setidaknya anggapan itu dibuktikan oleh pelanggan lain, Liu Chao (32), yang terlihat santai dan senang setelah sesi mengamuk.
“Jika Anda punya uang, Anda dapat menghancurkan apa pun, mulai dari televisi, komputer, botol anggur, boneka. Tapi, satu-satunya hal yang tidak dapat Anda lakukan adalah menghancurkan hati dan pikiran seseorang,” kata Liu.
Tak cuma di China, konsep rage room juga telah lebih dulu dikenal di beberapa negara lain. Mengutip Psychology Today, Jepang merupakan negara yang pertama kali memperkenalkan konsep rage room sejak 2008 silam.
Namun, konsep rage room sebagai jalan pintas pelepas stres masih menjadi perdebatan. Sejumlah psikolog berpendapat, melepas stres dengan berteriak atau menghancurkan barang justru bisa memicu amarah yang lebih besar di waktu yang akan datang. Konsep rage room hanya bermanfaat positif bagi mereka yang terbiasa menata emosinya dengan baik.
SUmber : CNN [dot] COM