CEO Coolpad Group dipecat dari jabatannya. Pemecatan ini dilakukan beberapa hari setelah ia memberikan wawancara media di pameran dagang CES 2019. Saat itu ia menjelaskan rencana perubahan perusahaannya.

Dewan perusahan yang terdaftar di Hong Kong itu melakukan pertemuan pada 11 Januari lalu untuk menghentikan semua tugas Jiang di perusahaan dan anak perusahaan itu. Ia juga dihentikan dari posisinya sebagai Direktur Eksekutif, Wakil Ketua, Kepala Eksekutif, dan peran Komite Dewan, seperti tertulis dalam laporan di bursa efek.

Dalam laporan itu tidak dijelaskan alasan penghentian ini. Perusahaan menunjuk Ma Fei sebagai Chief Financial Officer tapi tidak memberitahukan siapa yang akan menggantikan posisi CEO. Baik Jiang dan Coolpad tidak segera menanggapi pemberitaan ini.

Coolpad sempat menjadi vendor smartphone yang cukup bertaring di China, sebelum kompetisi yang ketat memaksanya untuk mencari pasar di negara lain. Ia mendapat tempat di Amerika Serikat, tempat 90 persen pendapatan perusahaan itu diperoleh.

Dalam wawacara di CES 2019 (9/1), Jiang Chao menyebut bahwa perusahaannya akan terus berekspansi di Amerika Utara, Selatan, dan beberapa negara Eropa. Menurutnya, Coolpad akan tetap berada diluar China akibat banyaknya pelanggaran kekayaan intelektual dan pemasaran berlebihan.

Tidak diketahui apakah Jiang sudah mengetahui rencana pemecatan ini saat ia melakukan wawancara itu. Tidak jelas juga apakah Coolpad akan mempertahankan strategi Jiang atau tidak.

Coolpad sempat berambisi menguasai tiga besar pangsa pasar ponsel Indonesia (CNN Indonesia/Eka Santhika)

Mundur dari China

Sebagian besar vendor ponsel China adalah perusahaan pemasaran dan saling bersaing memasang kampanye iklan yang mewah dan harga murah ketimbang teknologi, jelas Jiang. Ia mengecualikan Huawei yang menurutnya adalah perusahaan yang berorientasi teknologi.

“Sampai masalah ini diselesaikan di China, kami tak berencana untuk kembali,” jelasnya.

Menurutnya perusahaannya akan bertahan di pasar yang menerapkan regulasi dan persaingan yang sehat dan memiliki margin keuntungan yang lebih tinggi.

Persaingan pasar ponsel di China sudah sangat mencekik. Sebab puluhan vendor berkompetisi dengan memotong harga dan menyalin fitur dari kompetitor begitu ada fitur yang populer.

Pada 2012-2013, Coolpad masuk tiga besar produsen ponsel di China. Perusahaan itu masih mendulang keuntungan hingga 2016. Sejak 2017 sahamnya sudah tidak diperdagangkan lagi.

Belakangan ia mundur pasar China setelah merek seperti Xiaomi, Oppo, Vivo, dan Huawei menguasai pasar.

Saling tikung paten

Tahun lalu, Coolpad terlibat sengketa paten dengan Xiaomi. Perusahaan itu menuduh Xiaomi telah melanggar 200 paten miliknya tanpa lisensi dan kompensasi. Ia juga menuntut sejumlah vendor lain yang dituduh melakukan pencurian paten serupa.

Jiang mengklaim perusahaan itu memiliki lebih dari 1.000 paten. Namun mereka kecewa karena begitu banyaknya pelanggaran hak cipta di China dan keputusan pengadilan yang dianggap tidak adil, seperti dilaporkan South China Morning Post.

Coolpad sendiri mengklaim perusahaannya berorientasi teknologi. Buktinya adalah dengan tetap mempertahankan 1.000 penelitinya dan tim pengembang, meski bisnis mereka mengalami kelesuan dalam beberapa tahun terakhir.

Sebelumnya, dikabarkan juga sejumlah petinggi Coolpad di India mengundurkan diri. Sehingga diperkirakan perusahaan itu akan segera menutup bisnisnya di India. CEO Coolpad India Syed Tajudin juga dikabarkan telah mengundurkan diri seperti dilaporkan seorang sumber Teleanalysis (21/12/2018). Di Indonesia, jejak perusahaan yang masuk ke tanah air pada 2015 itu tak nampak lagi.