Perusahaan pengembang pemrosesan suara (speech processing) Bahasa Kita menyebut teknologi bisa menjadi alat konservasi bagi bahasa daerah yang terancam punah.

CEO Bahasa Kita Oskar Riandi mengatakan teknologi bahasa, suara, dan kecerdasan buatan (AI) bisa menjadi juru selamat bagi bahasa daerah yang terancam punah. Kepunahan disebabkan penutur bahasa tersebut sudah tiada dan tidak ada generasi penerus yang bisa bertutur bahasa daerah tersebut.

“Mudah-mudahan ke depan kami bisa juga melakukan konservasi bahasa. Dari 700 sekian puluh bahasa di Indonesia sekian adalah bahasa yang akan punah. dengan teknologi bahasa, suara dan artifisial intelijen sebetulnya itu bisa di konservasi bahasa yang punah, ” kata Oscar di Hotel Akmani, Jakarta, Kamis(21/2).

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) sebelumnya mencatat setidaknya ada 668 bahasa daerah yang tersebar di Indonesia.

Penelitian sebelumnya, Indonesia disebut memiliki sekitar 714 bahasa daerah. Akan tetapi perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan teknik pendataan.

Oskar mengatakan konservasi tidak hanya berlaku bagi flora dan fauna, tapi juga bahasa. Teknologi bagi Oskar bisa menciptakan voice interface untuk mendukung konservasi bahasa.

“Ke depan meskipun bahasa itu sudah punah, kita bisa merestorasi. Misalnya saya bilang selamat pagi, mesin berbunyinya wilujeng enjing,” tutur Oskar.

Oskar mengatakan pihaknya saat ini tengah bekerja untuk membuat mesin yang mampu mengajarkan bahasa daerah. Selain bahasa daerah, bahasa asing juga sedang dikerjakan oleh Bahasa Kita

“Kami sekarang sedang mengerjakan bahasa daerah yang besar dulu, Jawa dan Sunda. Kami juga ada bahasa Arab dan tentu ada bahasa Inggris. Jadi engineering kami ke depan bisa sekian bahasa,” kata Oskar.

Bahasa Kita adalah perusahaan pengembang yang bergerak di bidang pemrosesan suara seperti sistem pengenal bicara otomatis (automatic speech recognition), mesin penterjemah (machine translation), pensintesa teks ke ucapan (text to speech).

Salah satu produk Bahasa Kita yang alat transkrip suara ke teks. Alat ini dinamakan Notula Lisan. Notula Lisan berhasil unjuk gigi saat debat Pilpres pertama pada pertengahan Januari lalu. Notula Lisan sukses merangkum debat secara lengkap.

Notula Lisan sukses mentranskrip dari pembukaan oleh moderator, adu pandangan oleh kedua calon terkait tema hukum, HAM, dan korupsi.