Country Head Facebook Indonesia, Sri Widowati mengatakan kurang populernya fitur IGTV  di Instagram disebabkan oleh perlunya keahlian dari pengguna untuk membuat konten berdurasi panjang di IGTV. Sehingga, menurutnya IGTV lebih banyak digunakan oleh para pembuat konten dan pengiklan.

“Diperlukan keahlian yang lebih banyak untuk membuat konten di IGTV dibandingkan Story. Story kan semua pengguna bisa menggunakan sementara kalau IGTV biasanya digunakan content creator dan adversiter,” jelas Widowati di kantor Facebook Indonesia, Jakarta, Selasa (5/3).

Namun, ia tak dapat menyebutkan angka pasti berapa persen pengguna Instagram di Indonesia yang menggunakan IGTV saat ini. Demi meningkatkan penggunaan fitur IGTV, Widowati dan tim tengah berusaha secara aktif memberikan dukungan agar IGTV dapat sepopuler Instagram Story.

“Kita sedang berusaha untuk memberikan support supaya IGTV ni bisa berkembang lebih banyak lagi karena kita tahu pengguna yang nonton video itu konsumsinya akan naik terus,” ujarnya.

Sedangkan penggunaan IGTV sebagai ajang promosi bisnis, Head of Social Media Tokopedia, Maritsen Darvita mengungkapkan pihaknya sedang di tahap untuk menggunakan IGTV untuk mempromosikan produk yang ada di platform Tokopedia.

Sama halnya dengan Maritsen, Social Media Manager Wardah, Dobita Amanda mengungkapkan Wardah juga berencana untuk memasarkan produk mereka melalui IGTV. Dobita mengaku beberapa pengikutnya tidak puas dengan video yang hanya berurasi 1 menit atau 15 detik.

“Sebenarnya untuk Wardah sendiri kita sedang menuju ke situ (IGTV) karena followers kita kurang puas dengan video yang 1 menit atau 15 detik,” kata Dobita.

“Untuk membuat IGTV itu kan tidak bisa asal-asalan jadi butuh proses yang lebih matang,” sambungnya.

Dalam konteks bisnis menurut Widowati, dari 7 juta pelaku bisnis Indonesia yang menggunakan akun Instagram, 2 juta di antaranya memilih melakukan promosi produk melalui Instagram Story. Saat ini total pengguna Instagram di Indonesia mencapai 45 juta pengguna.

Menurut Widowati, para pelaku bisnis lebih memilih fitur Story untuk memasarkan produk mereka karena dianggap bisa menimbulkan interaksi yang aktif dengan konsumen mereka.

“Melalui produk expression and interaction itu, konsumen dapat langsung melakukan interaksi dengan pelaku bisnis misal bertanya soal produk yang ditawarkan, harganya berapa dan lain sebagainya,” tutur Widowati.