Sebuah meteor jatuh di Selat Bering dekat Kutub Utara itu dan meledak di Selat Bering 18 Desember lalu. Lantaran meledak diatas permukaan laut, peristiwa yang terjadi di dekat semenanjung Kamchatka, Rusia, itu baru diketahui.

Peristiwa meteor jatuh dan meledak di Bumi tergolong peristiwa langka yang hanya terjadi dua hingga tiga kali tiap 100 tahun, seperti diungkap Lindley Johnson, petugas pertahanan planet dari NASA saat melaporkan peristiwa ini di Konferensi Ilmu Bulan dan Planet ke-50, di Woodlands, dekat Houston, Texas.

Meteor ini memasuki atmosfer dengan kemiringan 7 derajat dan kecepatan 32 kilometer perdetik alias 115200 kilometer perjam.

Batu luar angkasa itu meledak 25,6 kilometer diatas permukaan bumi. Kekuatan ledakan meteor jatuh itu 173 kiloton, atau sama dengan 10 bom atom di Hiroshima. Beruntung meteor ini jatuh di laut, tidak di daratan yang kemungkinan bisa menelan korban jiwa.

“(Karena meledak di) Selat Bering sehingga efeknya tidak sama dengan yang tampak di berita,” tutur Johnson, seperti dikutip BBC.

Ledakan meteor jatuh ini tercatat sebagai kedua terbesar dalam 30 tahun terakhir sejak meteor yang jatuh di Chelyabinsk in Rusia enam tahun lalu. Meteor yang jatuh di Chelyabinsk, Rusia dua kali lebih besar dari meteor ini. Dengan lebar 20 meter, beruntung meteor itu tidak jatuh di wilayah padat penduduk.

Namun, ledakannya menyebabkan banyak jendela rusak dan merobohkan beberapa bangunan. Akibat ledakan, diperkirakan sekitar 1.500 orang membutuhkan perawatan medis.

“Tidak perlu (meteor) yang sangat besar untuk menyebabkan ledakan besar,” jelas Ed Lu, mantan astronot dan menjadi salah satu pendiri badan nonprofit pertahanan planet B612, seperti ditulis Popular Science.

Sebab, meteor berdiameter dalam hitungan meter saja sudah bisa menyebabkan ledakan 10 kali lebih besar dari bom di Hiroshima.

Ledakan ini juga menjadi yang ketiga sejak peristiwa di Tunguska pada 1908. Peristiwa ini juga terjadi tanpa adanya peringatan. Meteor itu diperkirakan sebesar 10 meter dan berat 1.500 ton.

Meteor diperkirakan memasuki bumi sekitar siang hari waktu setempat menuju Laut Bering yang memisahkan Rusia dan Alaska. Satelit militer berhasil merekam ledakan itu tahun lalu. NASA mendapat pemberitahuan peristiwa itu lewat Angkatan Udara AS.

Batuan itu meledak tak jauh dari jalur penerbangan pesawat komersil antara Amerika Utara dan Asia. Sehingga peneliti saat ini melakukan pengecekan kepada berbagai maskapai untuk mengetahui apakah ada laporan pandangan mata mengenai peristiwa ini.