Nelayan ‘Zaman Now’ Cek Aplikasi Sebelum Melaut

0
710
Ilustrasi (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Yanto Ardiansyah, nelayan asal Ranai, Kepulauan Riau, sudah lebih dari 20 tahun melaut di perairan Natuna. Ia biasa melaut dengan rekan-rekan sesama nelayan sejak pukul 15.00 dan baru kembali ke darat pukul 06.00 keesokan harinya.

Bersama salah satu rekannya Erlan, Yanto kerap berpindah tempat saat melaut. Jika di Ranai sepi ikan, Yanto dan nelayan lainnya pindah ke Selat Lampa, yang bisa memakan waktu sekitar tiga jam dengan kapal mereka. Tangkapan para nelayan itu pun berganti-ganti, sesuai musim.

Salah satu kebiasaan nelayan Natuna sebelum pergi melaut adalah melihat ke arah Gunung Ranai. Kalau hari itu cerah, banyak awan di sekitar gunung, pertanda mereka bisa ke laut.

Jika tidak ada awan, artinya angin kencang, mereka memutuskan tidak melaut. Kebiasaan itu masih dilakukan hingga beberapa bulan belakangan.

Namun, para nelayan kini tak hanya mengandalkan gunung sebagai panduan melaut. Mereka kini memanfaatkan berbagai aplikasi pelayaran yang ada di ponsel mereka untuk memprediksi kapan bisa melaut.

“Kami sekarang pakai hape (ponsel), jadi, dikasih tahu ada aplikasi,” kata Erlan, saat ditemui di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Selat Lampa, Rabu (20/3), seperti dikutip Antara.

Nelayan kini bisa menentukan keamanan berlayar dengan mengecek kondisi cuaca dari aplikasi ketimbang sekedar mengamati kondisi cuaca dari alam (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Sejak tiga bulan terakhir, Erlan dan rekan-rekannya sesama nelayan memanfaatkan beberapa aplikasi untuk menaksir kekuatan angin, arah dan berapa kecepatannya.

“Dikasih tahu kawan-kawan,” kata Yanto, seorang nelayan lain yang juga mengembangkan kebiasaan memanfaatkan teknologi untuk menangkap ikan.

Erlan dan Yanto mencontohkan bagaimana cara menggunakan aplikasi di ponsel sebelum melaut. Mereka mengecek kecepatan dan arah angin melalui aplikasi Windy.

Jika dirasa aman, Erlan, Yanto, dan teman-temannya akan pergi berlayar seperti biasa. Sebelum pulang ke darat, mereka melihat aplikasi Fishing Point untuk memanfaatkan layanan navigasi dan arah angin.

“Kami terbantu, lebih mudah. Kalau angin kencang, tidak usah melaut,” kata Erlan.

Alat bantu untuk para pelaut itu pun bertambah. Sekira seminggu belakangan, mereka diajari menggunakan aplikasi untuk nelayan bernama Laut Nusantara.

Namun, aplikasi tak lagi bisa digunaka ketika nelayan berlayar terlalu jauh dari daratan lantaran sinyal operator tak mampu menjangkau (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Fitur yang ingin mereka coba di aplikasi Android ini adalah peta sebaran ikan yang bisa digunakan untuk melihat titik lokasi yang berpotensi memiliki banyak hasil tangkapan.

“Jadi, kami bisa tahu bisa dapat ikan di mana,” kata Yanto.

Aplikasi Laut Nusantara juga memiliki data tentang cuaca, seperti kecepatan angin, arah angin dan tinggi gelombang sehingga Yanto dan Erlan bisa memastikan apakah kondisi sudah aman untuk melaut.

Nelayan pun bisa melaporkan hasil tangkapan mereka, termasuk jenis ikan dan bobot tangkapan melalui aplikasi tersebut. Mereka juga bisa memantau perkembangan harga ikan di pasar, sehingga bisa menjual ikan dengan harga yang sesuai.

Namun, salah satu kekurangan penggunaan aplikasi ini adalah jarak penggunaan yang terbatas. Karena jika digunakan terlalu jauh ke tengah laut, maka aplikasi tak dapat digunakan karena sudah tak mendapat sinyal. Sehingga, Yanto tidak pernah ke laut melebihi jarak 10 mil karena ia akan kesulitan mendapatkan sinyal seluler.

“Saya melaut 6-7 mil biasanya. Kalau sudah 8-10 mil, sinyal tidak ada,” kata dia.

Untuk itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Nilanto Perbowo berharap aplikasi ini bisa membantu lebih banyak nelayan. Ia juga berharap dibangunnya infrastruktur Palapa Ring bisa membantu warga untuk mendapat layanan internet lebih baik.

Dia berharap semua nelayan di Indonesia dapat memanfaatkan jaringan komunikasi agar bisa mengecek tinggi gelombang, angin hingga musim ikan sebelum pergi melaut.

“Dari segi keselamatan, nelayan bisa mencegah kecelakaan karena dapat informasi cuaca. Nelayan juga bisa membaca pergerakan ikan,” kata Nilanto di acara sama, Palapa Techno Fest yang digelar di SKPT Selat Lampa.

Pembangunan Palapa Ring terbagi menjadi Palapa Ring Barat, Tengah, dan Timur. Pembangunan Palapa Ring Tengah telah selesai akhir tahun lalu. Sementara Palapa Ring Timur diprediksi selesai pertengahan tahun ini.

“Semuanya harus merata,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara melalui sambungan panggilan video saat acara Palapa Techno Fest yang berlangsung di Pantai Kencana, Ranai, Rabu (20/3).

Pembangunan infrastruktur tulang punggung jaringan Palapa Ring diharapkan membuat daerah memiliki akses dan tarif yang sama terhadap jaringan telekomunikasi dan internet.