Kendali Esemka selama ini diketahui bukan hanya dari perusahaan Solo Manufaktur Kreasi (SMK). Ada beberapa perusahaan yang sebelumnya sangat erat dengan Esemka.

Sebut saja nama Adiperkasa Citra Esemka Hero (ACEH) yang didirikan pada 2015. Perusahaan itu merupakan hasil kongsi antara Adiperkasa Citra Lestari (ACL) dan SMK selaku pemegang lisensi mobil Esemka.

Sejak saat itu perusahaan ACEH dikabarkan mengemban tugas bertanggung jawab atas proyek pengembangan mobil Esemka meski sulit dihubungi untuk dimintai keterangan.

Presiden Direktur SMK Eddy Wirajaya mencoba menjawab kabar beredar luas, yaitu Esemka dikendalikan PT ACEH. Menurut Eddy sejak dulu hingga sekarang, manajemen Esemka hanya satu, yakni PT SMK sebagai pemegang lisensi mobil Esemka.

“Tidak ada hubungan tuh (ACL), ACEH juga. Hanya ada SMK,” ungkap Eddy di kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (13/8).

Perkataan Eddy cukup mengagetkan sejumlah media yang hadir di lokasi. Sebab Esemka di bawah kendali ACEH cukup memanaskan industri otomotif nasional dalam tiga tahun terakhir.

ACEH dinilai telah membuat ‘gebrakan’ mulai dari pengumuman perusahaan yang di bawah kendali mantan Kepala Badan Intelijen Negara (2001-2004) Abdullah Makhmud Hendropriyono pada 2015, pengumuman mendirikan pabrik di Boyolali, Jawa Tengah satu tahun kemudian, berencana meluncurkan Esemka di tahun yang sama, dan sejumlah pengumuman lain yang membuat sebagian masyarakat percaya akan strategi pemasarannya

Sedangkan ACL merupakan perusahaan pribadi Hendropriyono.

Eddy tidak mengakui keberadaan dua perusahaan ‘gaib’ tersebut. Ia menilai Hendropriyono punya peran sendiri dalam pengembangan Esemka. Tugasnya dijelaskan Eddy sebagai pencari investor agar Esemka bisa beroperasi.

“Dulu kan (Hendropriyono) hanya mengantar saja ke manufacturing. Sebagai fasilitator untuk bagaimana ada investor bergabung untuk manufacturing. Investornya ada lah, yang penting lokal,” ungkap Eddy.

Investasi Rp600 Miliar

Solo Manufaktur Kreasi (SMK) dikabarkan media nasional telah mengucurkan investasi untuk pendirian pabrik di Boyolali senilai Rp600 miliar. Pabrik itu dibangun melahirkan mobil-mobil Esemka yang diklaim cocok untuk pasar otomotif dalam negeri.

Menurut Eddy kemampuan pabrik memproduksi kendaraan tidak perlu diragukan lagi dengan luas tanah seluas 11,5 hektare yang menyediakan tempat perakitan, pengecatan, pengujian guna menyesuaikan Peraturan Menteri (PM) Perindustrian nomor 34 tahun 2017 Tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih.

Eddy menegaskan bahwa pabriknya berdiri tanpa campur tangan pemerintah. Ia bilang Esemka lahir atas kerja keras perusahaan swasta yang berbasis di dalam negeri.

“Solo Manufaktur Kreasi sebagai pabrik mobil bermerek Esemka adalah perusahaan swasta nasional yang telah beroperasi seperti layaknya pabrik mobil lainnya tanpa mendapatkan fasilitas khusus dari pemerintah,” tutup Eddy.