Pemerintah China baru saja memutuskan ‘menendang’ semua perangkat lunak (software) dan perangkat komputer dari kantor pemerintahan dalam waktu tiga tahun ke depan.

Bagi Pengamat TIK dari Bentang Informatika Kun Arief Cahyantoro, kebijakan pemerintah China ini akan menguntungkan Indonesia. Setidaknya ada dua keuntungan akibat keputusan pemerintah China tersebut.

Pertama, tumbuhnya peluang baru di bisnis semikonduktor atau cipset  untuk mengotaki segala perangkat keras. China dalam waktu tiga tahun ke depan akan menggunakan cipset buatan sendiri, artinya China membutuhkan stok komponen untuk semikonduktor.

“Dari sisi bisnis, hal itu juga berdampak positif karena akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri melalui terciptanya peluang bisnis baru di bidang semikonduktor,” kata Kun saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (10/12).

Kedua, Indonesia akan memiliki lebih banyak pilihan terkait teknologi baru. Ke depan, Kun mengatakan supremasi teknologi tak hanya akan didominasi oleh pemain-pemain dari Eropa, Amerika Serikat, Jepang, hingga Korea Selatan. China juga akan turut mendominasi.

“Dari sisi teknologi, hal itu akan sangat positif bagi Indonesia. Karena kita akan memiliki banyak pilihan teknologi dan tidak terpaku dengan teknologi tertentu, dengan hasil yang sama bahkan memiliki performansi, kinerja, dan biaya yang optimal,” ujar Kun.

Di sisi lain, Kun mengingatkan pemain dan pengembang teknologi harus bisa membangun sistem yang bisa mendukung produk semikonduktor baru dari China itu. Seluruh ekosistem di industri elektronik Indonesia dianggap Kun harus mulai bersiap-siap untuk mendukung sistem semikonduktor dari China.

“Sebaliknya, jika kIta mampu beradaptasi dan membangun kompatibilitas, maka akan sangat positif sekali bagi pengembangan sistem, industri elektronika, dan bisnis bahkan teknologi bagi Indonesia,” ujar Kun.

Senada dengan Kun, Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha mengatakan kebijakan pemerintah China bisa berdampak positif bagi Indonesia.

“Bagi Indonesia sendiri seharusnya berdampak positif karena memberikan banyak pilihan sehingga tercipta ekosistem yang lebih banyak dan juga berpengaruh ke harga yang lebih kompetitif,” kata Pratama.