Salah satu profesor Ilmu Bumi dari Universitas Stanford sekaligus Ketua Global Carbon Project, Rob Jackson mengeluarkan laporan terbaru soal emisi karbon dioksida yang mencapai rekor tertinggi pada tahun 2019. Kadar emisi karbon dioksida pada tahun ini disebut mencapai 37 miliar ton.

Menurut Jackson, angka 37 miliar ton karbon dioksida itu dipicu oleh banyaknya permintaan minyak dan gas alam. Artinya, emisi karbon global naik 0,6 persen dari data tahun 2018 yakni 2,1 persen.

“Yang kita butuhkan adalah agar emisi menurun, bukan naik secara perlahan,” ungkapnya kepada CNN.

Pertumbuhan emisi karbon dianggap tidak memenuhi target Perjanjian Paris yang berupaya untuk membatasi suhu global hingga 1,5 derajat celsius.

Sementara dari sisi Panel Antarpemerintah PBB untuk Perubahan Iklim (IPCC) berharap emisi bersih global karbon dioksida dapat turun ke angka ‘nol’ persen.

Jackson dan jajaran peneliti Global Carbon Project lainnya memperingatkan bahwa emisi karbon akan terus meningkat selama satu dekade berikutnya, kecuali jika kebijakan soal energi, transportasi, dan industri berubah secara signifikan.

“Kami sudah kehilangan banyak waktu dan emisi karbon dioksida tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan,” tuturnya.

Sebelumnya, saat acara Emission Gap 2019 (UNEP) yang diinisiasi oleh Perserikatan Bangsa-bangsa melaporkan bahwa komitmen sejumlah negara yang telah berjanji untuk menurunkan emisi karbon tidak terbukti.

Pada acara itu, UNEP memperkirakan suhu akan naik 3,2 derajat selcius tahun 2100. Untuk mengembalikan suhu Bumi ke angka 1,5 derajat, emisi gas rumah kaca global harus setidaknya 7,6 persen tiap tahun.

PBB juga sempat mengeluarkan laporan soal perubahan cuaca dan pemanasan global bahwa 2019 menjadi tahun terpanas dalam periode lima tahun terakhir. Iklim periode ini diperkirakan naik 1,1 derajat celcius di atas era pra-industri (1850-1900) dan 0,2 derajat celcius lebih hangat sejak 2011-2015.

Laporan PBB pun menemukan bahwa gelombang panas adalah bahaya cuaca paling mematikan pada periode 2015-2019, yang mempengaruhi semua benua dan membuat rekor suhu nasional baru.

Musim panas 2019, yang termasuk bulan terpanas yang pernah tercatat. Pada Juli lalu terjadi kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Kutub Utara.