Malaysia: Mahathir Mohamad Berjanji Serahkan Kekuasaan Kepada Anwar Ibrahim Setelah APEC 2020

0
577

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad – perdana menteri tertua di dunia – berjanji akan menyerahkan kekuasaan kepada penerusnya, Anwar Ibrahim, meskipun Anwar baru saja mendapat tuduhan baru kasus pelecehan seksual.

Akan tetapi, menurut Mahathir kepada kantor berita Reuters dalam wawancara khusus, kekuasaan tidak diserahkan sebelum pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), di mana Malaysia menjadi tuan rumahnya.

“Saya telah berjanji untuk menyerahkan (kepemimpinan) dan itu akan saya lakukan. Saya berpikir, kalau saya serahkan sebelum pertemuan puncak APEC, itu akan jadi gangguan,” ungkap pria berusia 94 tahun itu.

“Sejauh yang saya ketahui, saya mundur dan saya menyerahkan tongkat kepemimpinan kepadanya. Jika rakyat tidak menginginkannya, itu persoalan mereka, tetapi saya akan melakukan apa yang telah saya janjikan… terlepas dari tuduhan apapun yang muncul. Saya telah berjanji, saya akan menepatinya.”

Saat ditanya apakah serah terima jabatan itu akan dilangsungkan pada Desember 2020, Mahathir menjawab: “Kita akan lihat ketika saatnya tiba.”

Hubungan yang bergolak antara kedua pria tersebut – sekutu yang berubah menjadi saingan sengit yang kemudian kembali bersatu untuk merebut tampuk kekuasaan – telah membentuk situasi politik di negeri jiran selama puluhan tahun.

Secara tak terduga, pada 2018, Mahathir terpilih sebagai kepala pemerintahan koalisi, di mana partai pengusung terbesarnya dipimpin oleh Anwar Ibrahim, 72 tahun. Anwar sendiri telah dipenjara sebanyak dua kali untuk kasus terpisah, yaitu sodomi dan korupsi – dakwaan yang ia sebut bermotif politik.

Pekan lalu, Anwar menyangkal tuduhan baru yang dilayangkan mantan ajudannya yang mengatakan bahwa dirinya telah mencoba memaksa ajudan laki-lakinya itu untuk berhubungan seks – tuduhan yang ia gambarkan sebagai “motif politik yang paling buruk”.

Ini adalah kali kedua Mahathir menjabat sebagai perdana menteri Malaysia. Sebelumnya, ia menduduki jabatan tersebut selama 22 tahun dari 1981 hingga 2003.

Anwar sendiri merupakan wakil Mahathir pada periode 1993-1998, hingga akhirnya keduanya pecah kongsi. Anwar kemudian dipenjara setahun setelahnya.

Meskipun Mahathir menjanjikan penyerahan kekuasaan kepada Anwar saat berkampanye untuk pemilu tahun lalu, keraguan muncul terkait niatannya ketika kemudian ia mengatakan dirinya perlu lebih banyak waktu untuk menahkodai negara yang dibebani utang itu untuk keluar dari masalah yang dihadapi.

Mahathir berkata ia mengharapkan penyelesaian di luar pengadilan dengan pihak Goldman Sachs segera terkait skandal 1MDB yang membuat utang Malaysia melonjak.

Ia juga mengangkat kemungkinan menjual saham di perusahaan energi milik negara, Petronas, ke provinsi-provinsi yang kaya minyak dan gas.

Tidak lelah

Menjawab pertanyaan dari sofa di kantor megahnya di Putrajaya, Mahathir mengaku tidak merasa lelah meskipun usianya sudah lanjut, karena ia puas dengan kinerjanya.

“Saya mencoba melakukan beberapa latihan ringan, tapi utamanya saya menjaga berat badan saya agar stabil,” ujarnya.

“Berat saya 62 kilogram selama sekitar 30 atau 40 tahun terakhir, tidak pernah berubah. Saya tidak banyak makan, dan saya tidak makan… ketika makanannya enak. Saya tidak makan berlebihan.”

Selain rencana menjadi pemimpin dunia pertama yang akan menjadi tuan rumah pertemuan APEC sebanyak dua kali, Mahathir juga mencoba meninggalkan jejak sebagai pemimpin dunia Islam.

Pertemuan pekan depan di Kuala Lumpur akan dihadiri oleh sejumlah pemimpin negara dari Iran, Pakistan, Turki dan negara Muslim lainnya, kata pejabat berwenang. Mahathir mengatakan bahwa pertemuan itu akan membahas situasi di mana umat Muslim mengalami penindasan.

Hal itu termasuk dugaan pelanggaran HAM terhadap umat Muslim Uighur di Xinjiang, China, kata Mahathir, sambil menambahkan bahwa aksi respons yang bisa dilakukan dunia Islam masih terbatas.

“Mengambil sikap dan melakukan sesuatu yang dapat memperbaiki situasi adalah dua hal berbeda. (Jika) Anda mengambil sikap yang mungkin juga mengakibatkan semakin besarnya tekanan yang diterima dan itu tidak akan bermanfaat bagi kita,” ujarnya.

“Dunia Islam tidak bisa menantang siapapun. Kita sangat lemah. Siapa saja bisa memanipulasi kita, mereka bahkan bisa membuat kita berperang dengan satu sama lain. Itulah kita.”

Mahathir sebelumnya pernah mengatakan bahwa China terlalu kuat untuk ditantang terkait berbagai tuduhan di Xinjiang – tuduhan yang disangkal China.

Ia juga mengecam sesama negara Asia Tenggara, Myanmar, terkait perlakuan mereka terhadap umat Muslim Rohingya setelah lebih dari 700.000 orang mengungsi ke Bangladesh akibat operasi militer tahun 2017 lalu.

Dengan kehadiran pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, di Mahkamah Internasional di Belanda pekan ini untuk membela negaranya dari tuduhan genosida, Mahathir berharap aksi keji di sana diakui dan diterima.

“Kami berharap mereka bisa menjelaskan dan menerima kenyataan bahwa genosida telah dilakukan di sana,” katanya. “Kami harap mereka dapat merespons pendapat masyarakat internasional bagaimana pun caranya.”