AS dan China Teken Kesepakatan untuk Redakan Perang Dagang

0
583

AS dan China menandatangani perjanjian yang bertujuan meredakan perang dagang yang telah mengguncang pasar dan membebani ekonomi global.

Berbicara di Washington, Presiden AS Donald Trump menyebut pakta dagang itu “transformatif” bagi ekonomi AS.

Para pemimpin China menyebutnya kesepakatan yang menguntungkan semua pihak dan akan membantu membina hubungan yang lebih baik antara kedua negara.

China berjanji untuk meningkatkan impor produk AS senilai $200 miliar di atas level 2017 dan memperkuat aturan kekayaan intelektual.

Sebagai gantinya, AS setuju untuk mengurangi hingga setengah dari beberapa tarif baru yang dikenakan pada produk-produk China.

Namun sebagian besar pajak di perbatasan tetap diberlakukan, yang mendorong kelompok bisnis untuk meminta diadakannya perundingan lebih lanjut.

“Ada masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” kata Jeremie Waterman, presiden China Center di Kamar Dagang AS. “Intinya adalah, mereka boleh menikmati hari ini tapi tidak menunggu terlalu lama untuk perundingan tahap dua.”

AS dan Cina terlibat dalam perang tarif sejak 2018, menyebabkan pajak impor tambahan dikenakan atas produk dagang senilai lebih dari $450 miliar. Perselisihan ini telah mengganggu aliran perdagangan, menghambat pertumbuhan ekonomi global, dan membuat khawatir para investor.

‘Memperbaiki kesalahan’

Pada acara penandatanganan di Washington, yang dihadiri oleh para donor utama partai Republik dan pemimpin bisnis, Trump mengatakan kesepakatan ini menyiapkan panggung untuk hubungan yang lebih kuat antara AS dan Cina.

“Bersama-sama kita memperbaiki kesalahan masa lalu dan mewujudkan masa depan keadilan ekonomi dan keamanan,” ujarnya.

“Jauh melampaui kesepakatan dagang ini, ini akan mengarah pada perdamaian dunia yang lebih kuat,” imbuhnya.

Apa isi kesepakatan?

  • China berkomitmen untuk meningkatkan impor produk AS sedikitnya sebesar $200 miliar di atas level 2017; meningkatkan pembelian produk pertanian sebesar $32 miliar, manufaktur sebesar $78 miliar, energi sebesar $52 miliar, dan jasa sebesar $38 miliar.
  • China sepakat untuk bertindak lebih tegas terhadap pemalsuan dan memudahkan perusahaan untuk menempuh tindakan hukum atas pencurian rahasia dagang
  • AS akan mempertahankan tarif hingga 25% untuk produk China yang diperkirakan bernilai $360 miliar; China, yang telah mengenakan tarif baru atas produk-produk AS senilai $100 miliar, juga diperkirakan akan mempertahankan sebagian besarnya

Wakil Perdana Menteri China Liu He, yang menandatangani perjanjian atas nama China, mengatakan perjanjian ini berakar dari “kesetaraan dan saling menghormati” dan membela model ekonomi negaranya dalam sambutannya.

“China telah mengembangkan sistem politik dan model pembangunan ekonomi yang sesuai dengan realitas nasionalnya,” katanya.

“Ini tidak berarti China dan AS tidak bisa bekerja sama. Sebaliknya, kedua negara kami sama-sama memiliki kepentingan komersial yang sangat besar.”

“Kami berharap kedua belah pihak akan mematuhi dan menjaga perjanjian ini dengan sungguh-sungguh.”

Analisis oleh Dharshini David, koresponden ekonomi BBC

Kesepakatan ini dielu-elukan Gedung Putih sebagai terobosan dalam perang dagang yang dimulai Presiden Trump demi melindungi lapangan pekerjaan dan perusahaan Amerika dari hal yang ia pandang sebagai persaingan tidak adil dari Cina.

Senjata yang ia gunakan: tarif miliaran dolar, atau bea tambahan, untuk impor. Tapi langkah tersebut telah merugikan para pekerja dan bisnis yang seharusnya mereka lindungi, di kedua negara.

Di luar semua keriuhan – dan penampilan seorang presiden yang tidak biasa pada penandatanganan perjanjian perdagangan bilateral – ini lebih merupakan gencatan senjata daripada kemenangan — dengan hanya sebagian kecil dari tarif yang dibatalkan dan konsesi yang relatif kecil dari kedua belah pihak. Tarif tetap dikenakan pada sekitar dua pertiga barang yang dibeli Amerika dari Cina.

Selain itu, keluhan mendasar Washington tentang praktik Cina – mulai dari pendekatannya pada subsidi bisnis hingga pencurian siber – masih belum terselesaikan. Dengan ambisi Presiden Trump untuk menulis ulang aturan perdagangan global, beberapa kalangan khawatir ia akan menyasar Eropa berikutnya — seiring Inggris berusaha menjalin hubungan yang menguntungkan pasca-Brexit.


‘Kemajuan bertahap’

Trump mengatakan perjanjian yang ditandatangani pada hari Rabu adalah perjanjian “tahap satu” dan berjanji bahwa pemerintah akan menangani masalah lain – seperti subsidi pemerintah China – dalam perundingan di masa depan.

AS menuduh China melakukan praktik bisnis yang “tidak adil”, misalnya memberikan subsidi untuk bisnis domestik dan aturan administratif yang membuat perusahaan-perusahaan AS sulit beroperasi di negara itu.

Trump membela keputusannya untuk mempertahankan sebagian besar tarif, mengatakan mereka akan memberikan keuntungan dalam perundingan di masa depan. Namun kelompok bisnis dan analis AS menyatakan kekhawatiran.

“Meskipun Tahap Satu membuahkan kemajuan bertahap, masih harus dilihat apakah akan memberikan bantuan berarti bagi petani seperti saya,” kata Michelle Erickson-Jones, seorang petani gandum di Montana, yang berafiliasi dengan kelompok lobi Farmers for Free Trade.

“Janji-janji pembelian yang tinggi sangat menggembirakan, tapi petani seperti saya akan percaya ketika kami benar-benar melihatnya.”

Charles Kane, seorang dosen di MIT Sloan School of Management, mengatakan Trump melihat Cina sebagai kambing hitam politik, yang membuat negosiasi serius kemungkinan tidak akan dilakukan sampai setelah pemilihan presiden November.

“Ia menggunakan [perang dagang] sebagai senjata politik,” kata Kane.