Yang Terusik Akibat Drama Virus Corona di Hong Kong

0
504

Pada awal tahun 2016, di tengah proses menyelesaikan studi S2 di Teknik Geodesi dan Geomatika, Institut Teknologi Bandung sambil menjadi Asisten Akademik di salah satu pusat penelitian di dalamnya, sebuah tawaran untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat doktoral di sebuah universitas di Hong Kong datang melalui pembimbing saya.

Tawaran tersebut datang dari salah seorang dosen asal Indonesia yang saat itu sempat mengajar selama setahun sebagai Adjunct Professor di The Chinese University of Hong Kong (CUHK), dan kini sudah kembali ke University of Maryland, USA.

Melanjutkan studi ke Hong Kong sama sekali tidak terlintas dalam pikiran saya pada waktu itu.

Namun, melihat peringkat CUHK yang saat itu merupakan 50 besar dunia, membuat saya yang awalnya memang berniat untuk berkarier di bidang akademik mengiyakan tawaran tersebut.

Saat ini saya menempuh pendidikan sebagai mahasiswa program doktoral jurusan Earth System and Geo-information Science di CUHK.

Di tengah kesibukan saya kuliah, sejak pertengahan tahun lalu Hong Kong dilanda demonstrasi besar tentang ekstradisi tahanan Hong Kong ke China.

Menjelang tutup tahun, kericuhan di sini bertambah dengan kabar wabah Wuhan Corona Virus. Per 14 Februari 2020, tercatat 56 orang positif terjangkit dan 1 orang meninggal dunia akibat virus corona.

Sampai saat ini pemerintah Hong Kong masih menutup 10 dari 13 titik perbatasan menuju Tiongkok Daratan dan menyisakan 3 pos berbatasan yang buka di Bandara Internasional Hong Kong, Jembatan Hong Kong-Zhuhai-Makau, dan Pelabuhan Shenzhen.

Dan dimulai sejak 8 Februari 2020, pemerintah HK mewajibkan karantina selama 14 hari kepada penduduk Tiongkok Daratan yang masuk ke dalam wilayah Hong Kong.

Selain di Hong Kong, Warga Negara Indonesia juga bermukim di Makau. Per Oktober 2019, terdapat 174.105 WNI di Hong Kong dan 5.591 WNI di Makau.

Sementara menurut Perhimpunan Pelajar Indonesia di Hong Kong (PPI-HK), WNI yang terdaftar sebagai mahasiswa sampai saat ini adalah 654 orang mahasiswa S1 dan 20 orang mahasiswa S2 dan S3.

Mahasiswa Indonesia di Tengah Virus Corona Hong Kong

Di tengah gentingnya virus corona, keadaan penduduk di Hong Kong terbilang aman walau tak menentu.

Orang-orang mulai menyerbu berbagai supermarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Beberapa barang incaran utama seperti beras, tisu, cairan pembersih lantai dan disinfektan habis terjual.

Bahkan sebagian besar apotek pun kehabisan stok masker, ataupun dijual dengan harga hingga 3 kali lipat lebih mahal.

Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong-Makau sudah sejak awal mengirimkan himbauan melalui SMS dan media sosial terkait pencegahan penyebaran virus corona.

Mereka juga memberikan masker gratis sebanyak 5 buah per orang, yang dapat diambil langsung di Gedung KJRI Hong Kong-Makau, di sCauseway Bay.

Meski sebagian besar kantor pemerintahan, pusat perbelanjaan, maupun perkantoran tetap buka, namun terlihat sekali kalau banyak yang meliburkan pegawainya, khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa, seperti telekomunikasi hingga perbankan.

Bus umum dan kereta juga mengalami pengurangan frekuensi. Beruntung, pemerintah Indonesia hanya menutup penerbangan dari-dan-ke Tiongkok Daratan, sehingga WNI di Hong Kong dan Makau masih dapat bepergian dari dan ke kedua wilayah ini.

Mahasiswa Indonesia di Tengah Virus Corona Hong Kong

WNI yang paling terdampak wabah virus corona ialah mahasiswa dan pekerja migran.

Bagi para mahasiswa, setelah pada semester lalu tahun ajaran kami dipersingkat karena demonstrasi, pada semester ini pun universitas diliburkan hingga 17 Februari 2020, dan kemungkinan besar kegiatan belajar-mengajar akan dilakukan secara online sampai semester ini berakhir.

Sementara pemerintah Hong Kong melalui Labor Department menghimbau agar pekerja migran sebisa mungkin berada di dalam rumah meskipun di hari libur.

Sebagian dari mereka mengeluhkan himbauan ini, karena kadang ada saja majikan yang tetap meminta mereka untuk bekerja apabila mereka tetap berada di rumah selama hari libur.

Bagi WNI yang ingin liburan ke Hong Kong, saya sarankan untuk menundanya selama beberapa bulan kedepan, setidaknya hingga larangan penerbangan ke China dicabut.

Walaupun kondisi Hong Kong sekarang masih sangat aman, beberapa tempat hiburan yang menjadi tujuan utama, seperti Disneyland dan Ocean Park, tidak diperbolehkan untuk beroperasi.

Saya berharap agar seluruh WNI yang ada di Hong Kong untuk saling menjaga satu sama lain dan mendahulukan kepentingan bersama, dengan melupakan sementara segala perbedaan yang kita miliki.

Marilah kita bantu pemerintah dengan mendukung himbauan-himbauan yang diberikan melalui KJRI, serta mengabarkan berita-berita yang benar, dengan tidak disertai dengan ujaran kebencian.

Sumber : CNN [dot] COM