Apa Itu WHO dan Apa yang Mereka Lakukan?

0
767

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan akan menghentikan dana untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena lembaga itu dinilainya gagal menjalankan tugas utamanya dalam menangani pandemi virus corona.

Tapi, apa sebenarnya WHO dan apa saja yang dikerjakannya?

Markas besar kesehatan global

Di markas WHO di Jenewa, kita akan disambut oleh warna-warni 194 bendera anggota organisasi ini.

Ini adalah markas koordinasi respons global pandemi yang disebut sebagai ujian terbesar bagi dunia sejak Perang Dunia Kedua.

Lembaga kesehatan PBB ini didirikan tahun 1948 dan digambarkan sebagai “penjaga kesehatan masyarakat global”.

Tujuannya adalah: “kesehatan tertinggi yang mampu dicapai manusia, untuk semuanya”.

Ini tugas mahaberat.

Selama 11 tahun terakhir, WHO telah menyelia respons global terhadap enam darurat kesehatan global, termasuk wabah Ebola di Afrika Barat tahun 2014, wabah Zika tahun 2016 dan kini pandemi Covid-19.

Mereka juga:

  • Memutuskan kapan harus membunyikan “alarm global” semasa wabah
  • Menetapkan rencana riset dan pengembangan skala global untuk mencari cara perawatan dan vaksin
  • Mengirim ahli ke pusat penyakit untuk mendapatkan data agar bisa memahami penyakit lebih jauh

WHO juga punya tanggung jawab luas terkait kesehatan, termasuk:

  • Menangani epidemi global obesitas dan diabetes
  • Mengurangi kematian di lapangan
  • Menghapuskan penyakit yang bisa diatasi oleh vaksin, seperti polio
  • Berusaha mengurangi jumlah kematian ibu dan anak dalam persalinan

Tetapi – ini sangat penting – WHO hanyalah lembaga penasihat.

Mereka bisa membuat rekomendasi bagi negara-negara anggota mengenai apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan warga dan mencegah penyebaran wabah penyakit.

Mereka tidak punya kekuatan memaksa rekomendasi itu.

Apakah WHO keliru menangani pandemi ini?

Tergantung Anda bertanya kepada siapa.

Kalau bertanya kepada Donald Trump, jawabannya pasti ya.

Tapi Trump sendiri dihujani kritik tentang cara ia menghadapi wabah Covid-19 di AS, yang kini sudah ada 32.000 kematian.

Ia juga sedang menghadapi pertarungan geopolitik dengan China, yang sudah terjadi sebelum pandemi Covid-19.

Trump bukan satu-satunya yang mengkritik pujian WHO terhadap China dalam menangani wabah ini. Terutama terkait perlakuan China terhadap tenaga medis yang dibungkam di awal penyebaran virus.

Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jendral WHO, berulangkali menyatakan ia bergeming soal pujiannya terhadap China.

Katanya, respons China terhadap wabah itu telah membantu perlambatan penyebaran virus itu secara global, memberi waktu bagi negara-negara lain untuk menyiapkan diri.

Dr. Ghebreyesus dan beberapa ilmuwan lain, juga menekankan bahwa China bersedia secara sukarela memberi kode genetik virus itu dengan cepat, sehingga banyak negara bisa segera melakukan tes diagnosa dan mengembangkan vaksin.

Sekalipun begitu, kritik terhadap China cukup luas.

Devi Sridhar, profesor bidang kesehatan masyarakat global di University of Edinburgh, mengatakan: “China tidak mengabarkan pada dunia saat wabah baru memasuki tahap awal. Jelas ada penundaan.

“Mereka mencoba mengecil-ngecilkan wabah ini di fase-fase awalnya.”

Prof. Sridhar yang menyelidiki mengenai tanggapan WHO terhadap wabah Ebola di Afrika Barat, menyebut dirinya sebagai “pengkritik terkeras” WHO.

Ia menambahkan: “Sulit untuk menimpakan seluruh kesalahan pada upaya yang dilakukan oleh WHO mengingat mereka harus seimbang antara membuat negara-negara anggota serius menangani wabah ini, di sisi lain harus tetap membuat semua mau bekerja sama”.

Sebagian besar peran WHO adalah diplomasi. Mereka tak bisa memaksa negara anggota untuk memberi informasi terkait wabah, dan hanya bisa mengandalkan kesukarelaan.

Prof Sridhar mengatakan WHO bisa meraih popularitas seandainya Dr. Ghebreyesus sejak awal mengutuk China atas kelambatan respons di fase awal wabah. Namun, kata Prof. Sridhar, itu bisa menghalangi respons global terhadap Covid-19.

“Apa yang bisa didapat dari sana? Ia tetap perlu meminta China untuk membagikan data.”

Prof Sridhar yakin WHO di belakang layar menekan China untuk lebih berterus terang di masa-masa awal wabah.

“Menurut saya, ada perbedaan besar dalam diplomasi, antara mengerjakan sesuatu di depan umum dengan media – yang terkadang hanya performa saja – dan melakukan sesuatu dengan diam-diam tetapi sungguh-sungguh berhasil mencapai sesuatu.”