Israel dan Uni Emirat Arab Buka Hubungan Diplomatik: Nomer Telepon Israel Tidak Lagi Diblokir dan Wilayah Tepi Barat Urung Dianeksasi

0
501

Israel dan Uni Emirat Arab meresmikan layanan telepon antara kedua negara, menyusul kesepakatan untuk menormalkan hubungan pekan lalu.

Menteri Luar Negeri Israel, Gabi Ashkenazi dan sejawatnya dari Uni Emirat Arab (UEA), Abdullah bin Zayed al-Nahyan, melakukan percakapan telepon.

Layanan telepon langsung seperti itu sebelumnya tidak ada. Menurut Kementerian Telekomunikasi Israel, penyedia telepon di UEA tidak lagi memblokir nomer-nomer berkode negara Israel +972.

Selain membuka layanan telepon langsung, kedua negara pada Sabtu (15/08) juga menandatangani kesepakatan penelitian Covid-19. Ini merupakan indikasi lain terkait hubungan baru yang lebih dekat.

Pekan lalu Israel dan UEA mencapai perjanjian bersejarah dan sepakat untuk menormalkan hubungan kedua negara. Dengan kesepakatan ini, Israel “menunda” rencana mencaplok sebagian besar wilayah Pendudukan Tepi Barat.

Kesepakatan ini diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, hari Kamis (13/08).

Dalam pernyataan bersama Presiden Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed Al Nahyan, disebutkan bahwa kesepakatan ini “diharapkan akan memajukan upaya mewujudkan perdamaian di Timur Tengah”.

Presiden Trump, yang membantu memediasi kesepakatan tersebut, mengatakan ini adalah “momen yang benar-benar bersejarah”.

“Sekarang setelah es pecah, saya berharap makin banyak negara Arab dan Muslim mengikuti Uni Emirat Arab,” ujarnya kepada wartawan di Gedung Putih.

Palestina sebut “pengkhianatan”

Di sisi lain, para pemimpin Palestina dilaporkan terkejut dan mengeluarkan reaksi negatif.

Juru bicara Presiden Mahmoud Abbas menyatakan kesepakatan itu sama dengan “pengkhianatan”. Tak lama kemudian, Duta Besar Palestina untuk UEA ditarik pulang.

Pejabat senior Palestina, Hanan Ashrawi, dalam pernyataan di Twitter mengatakan kesepakatan ini “membuka kontak-kontak rahasia antara UEA dan Israel”.

Kepada UEA, Ashrawi mengatakan, “Tolong jangan bantu kami.”

Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza menolak kesepakatan Israel-UEA dan menyebutnya sebagai “hadiah bagi pendudukan dan kejahatan yang dilakukan Israel” serta “menikam punggung rakyat kami”.

Wartawan bidang diplomatik BBC, Jonathan Marcus, mengatakan secara umum kesepakatan Israel-UEA tidak memberikan keuntungan bagi Palestina.

Perkembangan ini, kata wartawan BBC, hanya akan menimbulkan frustrasi di pihak Palestina, karena sekali lagi mereka terpinggirkan dalam upaya penyelesaian masalah Timur Tengah.

Sebelum dicapai kesepakatan, Israel tidak punya hubungan diplomatik dengan negara-negara Teluk.

Meski demikian, Israel dan negara-negara Teluk sama-sama mengkhawatirkan pengaruh Iran di kawasan, yang mendorong kontak-kontak tidak resmi antara Israel dan negara-negara Teluk.

Kemenangan Trump dalam kebijakan luar negeri

PM Netanyahu, dalam pernyataan melalui Twitter, menggambarkan kesepakatan ini sebagai “hari yang bersejarah”.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Netanyahu mengatakan dirinya “menunda” rencana aneksasi Tepi Barat, namun rencana itu masih ada “di atas meja”. Jika aneksasi dilaksanakan, sebagian Tepi Barat akan resmi menjadi wilayah Israel.

“Tiada perubahan dalam rencana saya untuk menerapkan kedaulatan kami di Yudea dan Samaria [Tepi Barat] dengan bekerja sama penuh dengan AS. Saya berkomitmen padanya. Itu belum berubah. Saya ingatkan Anda bahwa sayalah yang menempatkan isu kedaulatan di Yudea dan Samaria di meja. Isu ini masih ada di atas meja,” ujar Netanyahu.

Penasihat senior Trump—yang juga menantunya—Jared Kushner mengatakan Israel tidak akan melangkah maju dalam rencana aneksasi sebelum merundingkannya terlebih dahulu dengan Amerika Serikat. Menurutnya, interaksi antara Israel dan UEA akan berlangsung “sangat cepat”.

Duta besar UEA di Washington, Yousef Al Otaiba, mengatakan kesepakatan UEA-Israel “adalah kemenangan bagi diplomasi dan bagi kawasan”.

Ia menambahkan, “Ini kemajuan penting dalam hubungan Israel dengan negara-negara Arab, yang akan mengurangi ketegangan dan menciptakan energi baru bagi perubahan positif.”

Kesepakatan tersebut adalah perjanjian ketiga antara Israel dan Arab sejak Israel menyatakan diri sebagai negara independen pada 1948.

Dua kesepakatan terdahulu dicapai dengan Mesir dan Yordania, masing-masing pada 1979 dan 1994.

Sejumlah analis menilai kesepakatan itu bermakna kemenangan bagi Trump dalam kebijakan luar negeri menjelang pemilihan presiden pada November mendatang. Hal itu juga menjadi nilai tambah bagi Perdana Menteri Netanyahu yang disidang atas dugaan korupsi.

Kedua sosok itu mengalami penurunan popularitas terkait penanganan pandemi virus corona. Dan di Israel, kalangan sayap kanan yang ingin Israel menganeksasi Tepi Barat mengutarakan kemarahan mereka atas pengumuman kesepakatan antara Israel dan UEA.

Apa yang disepakati?

Dalam beberapa pekan ke depan, delegasi Israel dan UEA akan bertemu untuk menandatangani perjanjian bilateral di bidang investasi, pariwisata, penerbangan langsung, telekomunikasi, teknologi, energi, layanan kesehatan, kebudayaan, lingkungan, dan pendirian kantor kedutaan.

“Membuka hubungan langsung antara dua masyarakat paling dinamis dan paling maju ekonominya di Timur Tengah akan mengubah wilayah ini melalui penambahan pertumbuhan ekonomi, memajukan inovasi teknologi, dan membentuk hubungan antar masyarakat yang semakin dekat,” sebut pernyataan gabungan Israel dan UEA.

Israel juga akan “menunda deklarasi kedaulatan pada area-area yang digariskan” dalam Visi Perdamaian antara Israel dan Palestina yang dijabarkan Presiden Trump. Dalam rencana tersebut, dia mendukung rencana Israel menganeksasi sebagian Tepi Barat dan Lembah Yordania.

Palestina memperingatkan tindakan semacam itu akan menghancurkan wilayah mereka untuk membentuk negara independen pada masa mendatang. Selain itu, langkah tersebut dinilai melanggar hukum internasional–pandangan yang didukung sebagian besar komunitas internasional.

Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash, mengatakan pengakuan UEA atas Israel adalah “langkah yang sangat berani” untuk menghentikan “bom waktu yang berdetik” terkait aneksasi Israel terhadap Tepi Barat.

Menurutnya, UEA memandang hal itu sebagai “penghentian aneksasi, bukan penundaan”.

Ditanya mengenai kritik Palestina atas kesepakatan dengan Israel, dia mengakui wilayah Timur Tengah sangat terkutub-kutub dan dia sudah menduga akan mendengar “kebisingan yang biasa”.

“Kami mempertimbangkannya hingga sakit mengenai hal ini,” ujarnya, namun pada akhirnya memutuskan “mati kita lakukan”.

Pernyataan gabungan itu menyebut Israel akan “fokus pada upaya memperluas hubungan dengan negara-negara lain di dunia Arab dan Muslim” serta AS dan UEA akan bekerja untuk mencapai tujuan itu.

Pernyataan bersama AS, Israel dan UEA juga menyebutkan Israel dan UEA akan bergabung dengan AS untuk meluncurkan “Agenda Strategis Timur Tengah” yang berupaya mempromosikan stabilitas melalui pendekatan diplomatik, integrasi ekonomi, dan kerja sama keamanan yang lebih dejat.