Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini tengah menyusun roadmap (peta jalan) penerapan teknologi 5G di Indonesia.

Disampaikan Menkominfo, pemerintah saat ini juga sedang mendalami banyak teknologi baru. Penggunaan teknologi tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur Telekomunikasi Informasi dan Komunikasi (TIK).

“Saya sedang menyiapkan, ini bukan janji, tapi seharusnya memang sedang menyiapkan deployment 5G,” ujar Johnny dalam wawancara dengan CNN TV dikutip dari situs Kominfo, Senin (21/9/2020).

Menurut Johnny, sebelum benar-benar menerapkan teknologi 5G ini, ada banyak faktor yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah penataan spektrum frekuensi. Dikarenakan, teknologi 5G adalah perubahan teknologi informasi digital yang begitu luar biasa.

5G merupakan revolusi sinyal sistem atau fast evolution dari digital. Oleh karena itu, pemerintah memerlukan tersedianya spektrum frekuensi yang cukup. Untuk 5G saja, kita harus melakukan farming spektrum frekuensi sebanyak 1.880 Mhz dan khususnya di frekuensi 2,3 Ghz, 2,5 Ghz, 2,6 Ghz, 3,3 Ghz, dan 3,6 Ghz,” tuturnya.

Dalam penataan frekuensi 5G ini, Menkominfo mengatakan, pihaknya telah menyiapkan frekuensi di lower band, coverage layer, dan highband agar nanti tidak terjadi intervensi saat penggunaan jaringan seluler generasi lima tersebut.

Di sisi lain, pemerintah seperti dikatakan Johnny, akan membantu masyarakat untuk menggunakan jaringan 5G. Namun sebelum itu, kata dia, deployment 5G memerlukan dukungan dari ekosistem untuk penempatan penggunaan.

“Secara telekomunikasi kita sudah bisa deploy, tapi ekosistem khususnya bagi industri dan lingkungan bisnis. Kita tentu akan memilih apakah nanti akan satu industrial estate, tourism destination, atau smart city yang nanti kita deploy 5G terlebih dahulu. Sedang saya lihat, nanti ini bukan uji coba lagi tetapi quick win di mana,” paparnya.

“Kalau 5G itu berarti unmanned vehicle, robotic industry. Semuanya pakai robot. Di Indonesia, ini yang harus kita hitung baik-baik. Di satu sisi, bagaimana kita membutuhkan padat karya, di sisi yang lain heavy technology. Ini dua hal yang harus kita jaga agar ada di titik yang seimbang,” ucapnya menambahkan.

Oleh karena itu, Johnny menyatakan pemerintah juga sedang merencanakan pembangunan industrial estate yang baru agar bisa men-deploy 5G dengan benchmark yang nanti akan ditentukan.

“Di situ kita bisa deploy 5G dengan benchmark, misalnya dari Shenzhen, China, sebagai salah satu contohnya. Shenzhen itu fully 5G. Kalau ibukota baru itu terlalu banyak makan waktu, kita harus bangun dulu tapi ada banyak industrial estate,” pungkasnya.