Internet Expoler Berhenti, Beberapa Perusahaan Jepang Mengeluh

0
513
Microsoft memperbaharui aplikasi penerjemah dengan menyematkan teknologi Artificial Intelligence. (Foto: REUTERS/Lucy Nicholson)

Internet Explorer (IE) berhenti sejak Rabu (15/6). Ternyata, hal ini membuat sejumlah perusahaan di Jepang berteriak. Dikutip dari Gizchina, hal tersebut terjadi lantaran masih banyak perusahaan di Jepang dan lembaga pemerintahan yang situs webnya dibuat dengan basis Internet Explorer. Artinya, situs mereka hanya optimal dan kompatibel apabila diakses menggunakan peramban bikinan Microsoft tersebut.

Sejak April lalu, pengembang perangkat lunak yang berbasis di Tokyo Computer Engineering & Consulting (CEC) misalnya, dikabarkan tidak dapat memenuhi pesanan karena gelombang besar permintaan bantuan. Klien mereka sebagian besar terdiri dari departemen pemerintah, lembaga keuangan, dan perusahaan manufaktur yang masih memiliki situs web yang dioptimalkan untuk Internet Explorer. Menurut CEC, hal itu telah diketahui sejak lama, tetapi banyak yang menunda mengambil tindakan yang diperlukan ketika IE resmi berhenti.

Microsoft secara resmi mengakhiri dukungan untuk Internet Explorer pada 15 Juni setelah 27 tahun menemani. Banyak pengguna telah lama beralih ke alternatif lainnya, tetapi banyak juga organisasi masih tetap berpegang pada solusi yang dibuat untuk browser lama.

Lantas, kenapa sejumlah perusahaan berteriak? Browser atau peramban digunakan tidak hanya sebagai sarana untuk melihat situs saja, tetapi juga sebagai alat bantu untuk memantau banyak sistem lainnya. Misalnya kehadiran karyawan dan untuk bekerja dengan perangkat internal perusahaan lainnya.

Beberapa portal pemerintah, termasuk sumber dana pensiun lokal, mencatat bahwa bahkan di browser baru, formulir online harus diisi dalam mode Internet Explorer. Dan, beberapa sumber secara resmi merekomendasikan solusi Microsoft lama sebagai browser utama mereka.

Dirilis pada 1995, browser ini kemudian menjadi standar dunia untuk industri pada satu waktu, menggantikan Netscape, pada 2009 yang saat itu menyumbang 65 persen dari pangsa pasar. Namun, pada akhir 2000-an, pangsanya mulai turun dengan cepat dan menurut StatCounter, sekarang kurang dari satu persen saja.

Salah satu alasannya adalah ketidakpatuhan terhadap standar internasional untuk teknologi web. Menurut para ahli, browser melakukan pekerjaan yang buruk dalam memproses JavaScript dan kode lain dalam bahasa pemrograman alternatif yang mencegahnya digunakan dengan situs interaktif.

Penurunan Internet Explorer bertepatan dengan kebangkitan Google Chrome, yang kini mendominasi pasar global dengan pangsa 65 persen dan masih jadi raja sampai saat ini.