Gerakan ‘Kebaya Goes to UNESCO’ belakangan ini ramai digaungkan oleh banyak pihak. Tak hanya komunitas, artis hingga istri pejabat juga turut mendukung gerakan tersebut.
Upaya tersebut dilakukan dalam merespons adanya seruan untuk mengajukan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Banyak pihak yang percaya bahwa Indonesia memiliki akar sejarah yang kuat perihal kebaya.
Lantas, bagaimana sejarah kebaya di Indonesia?
Sebelum kebaya diciptakan, perempuan Nusantara dulunya mengenakan kain yang dililitkan mulai dari bawah ketiak (kemben) atau mulai dari pinggang. Pada saat itu, strata sosial menentukan cara orang berbusana.
Mereka yang berasal dari strata sosial tinggi mengenakan busana berlapis yang panjang terbuat dari material tertentu serta dilengkapi dengan aksesori seperti mahkota. Mereka yang dari strata sosial rendah memakai busana dengan sedikit lapisan dan juga pendek.
Sekitar abad ke-11, saat ajaran Islam masuk ke Jawa, lahirlah busana kebaya. Pada saat itu, mencuat pemikiran di mana umat Islam harus menggunakan busana yang tertutup.
Dari sana, kain yang sebelumnya hanya memperlihatkan sebagian dada dan pundak dibuat lebih tertutup dengan selendang yang disampirkan.
Seiring berjalan waktu, pengaruh bangsa-bangsa lain seperti China dan Portugis pun masuk ke Indonesia membuat kain yang hanya disampirkan kemudian diselubungkan ke tubuh dan dijahit. Bentuknya pun menyerupai jubah China yang panjang, longgar, dan belahan di bagian depan.
Pada abad ke-12 hingga ke-14, kain selubung tersebut diperkenalkan sebagai penutup aurat dan disebut sebagai kebaya. Nama kebaya sendiri berasal dari bahasa Arab ‘habaya’ atau ‘kaba’ yang berarti pakaian.
“Kebaya berasal dari lingkungan priyayi [bangsawan] kerajaan, wanita terhormat, dia lahir dari lingkungan adiluhung dan dari budaya pemikiran Islam yang tertutup bajunya,” jelas Dosen Program Studi Pendidikan Tata Busana Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia (IPI) Suciati, dalam sebuah wawancara bersama CNN.com.
Sejak saat itu, busana kebaya terus bermunculan di seluruh Nusantara dan menjadi salah satu produk budaya kebanggan perempuan.
Tak Hanya Dimiliki Indonesia
Kebaya atau busana yang memiliki kesamaan dengannya tak cuma ada di Indonesia. Beberapa negara lain, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura juga punya ‘kebaya’ sebagai bentuk produk budaya yang dilestarikan.
Suciati menilai, keberadaan busana serupa kebaya di negara-negara Asia berhubungan dengan perkembangan masyarakat dan perdagangan yang terjadi di masa lalu.
Diyakini, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan, China. Karena terdesak, orang Yunnan melarikan diri ke selatan, ke arah Asia.
Perdagangan yang marak kala itu juga menimbulkan kesamaan budaya di beberapa negara Asia. Kain, yang berasal dari Nusantara, dibawa oleh para pedagang dan tersebar ke sejumlah wilayah.
Di luar Nusantara, kain pun diolah menjadi busana yang memiliki kemiripan dengan kebaya, namun disesuaikan dengan budaya masing-masing.
“Karena perdagangan, dari bangsa yang sama, menyebar dan tumbuh berkembang dengan alamnya masing-masing,” ujar Suciati.
Pada akhirnya, masing-masing kebaya menentukan bentuknya sendiri, namun dengan sedikit kesamaan.
Suciati mengatakan, bukaan bagian depan menjadi ciri khas kebaya di Indonesia. Kebaya ini biasanya dipadupadankan dengan kain batik sebagai bawahan.
Sementara Malaysia, misalnya, memiliki kebaya sendiri yang terbuat dari satu material, baik untuk atasan dan bawahan.
“Kesamaan atau kemiripan muncul akibat ada rasa yang sama sebagai satu bangsa Asia,” ujar Suciati.
Sumber : CNN [dot] COM