Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan target jumlah wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun ini ‘meleset’, dari 17 juta orang menjadi hanya sekitar 16 juta orang.
Arief mengungkapkan bahwa bencana alam yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun ini menjadi alasan terbesar melesetnya target tersebut.
Kemenpar awalnya merasa optimistis target jumlah kunjungan wisman untuk 2018 bisa mencapai angka 17 juta, karena pada bulan Juni dan Juli 2018 jumlah kunjungan rata-rata sudah mencapai 1,5 juta per bulan.
“Target 17 juta wisman tahun ini meleset, kemungkinan terbesar tercapai 16 juta wisman. Gempa bumi di Lombok, membuat cancelationbesar-besaran lebih dari 70 persen,” ujar Arief dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (20/12).
Walau target kunjungan wisman tak tercapai, namun target perolehan devisa disebut Arief mengalami kenaikan dari tahun lalu, yang berjumlah US$16,8 miliar menjadi US$17,6 miliar.
Perlu dicatat bahwa jumlah tersebut masih kurang dari target awal yang diumbar Arief pada awal tahun ini, yakni sebesar US$20 miliar.
Di balik gagalnya target kunjungan wisman dan devisa, Arief mengatakan kalau pergerakan wisatawan Tanah Air tidak ada masalah, bahkan terus tumbuh melebihi target tahun ini yang dipatok sebanyak 270 juta.
Mitigasi ‘kegaduhan’
Terkait bencana, Arief mengatakan bencana alam, keamanan, ataupun kegagalan teknologi bisa terjadi di mana pun. Namun yang paling penting adalah bagaimana upaya mitigasinya.
“Kemenpar negara setempat wajib memberi tahu apa yang terjadi dengan jujur, mencabut semua promosi terhadap daerah yang terkena bencana. Sederhananya adalah upaya tangap darurat, rehabilitasi, dan normalisasi,” ujar Arief.
“Kami harap bencana tidak lagi menjadi hal yang menakutkan dalam pariwisata, dan semakin cepat recovery-nya maka akan semakin bagus. Karena tidak seorangpun mampu memprediksi, tapi kita harus siap jika terjadi bencana.”
Kementerian Pariwisata, Arief melanjutkan, sudah membuat tim mitigasi sesuai beserta skenario terkait bencana dengan standar UNWTO.
Sementara itu terkait isu ‘Zero Dollar Tour’ yang menjadi polemik, Arief mengingatkan setiap upaya yang dilakukan sebaiknya jangan sampai menimbulkan kegaduhan, karena inti dari pariwisata adalah pelayanan.
“Dulu di salah satu destinasi wisata di Indonesia, ada sweeping terhadap money changer dan tempat-tempat spa. Sejak itu di destinasi tersebut tidak pernah terjadi peningkatan jumlah wismannya,” ujar Arief.
Sumber : CNN [dot] COM