Pasukan militer Amerika Serikat mulai ditarik dari Suriah setelah Presiden Donald Trump mengatakan kelompok yang menamakan Negara Islam atau ISIS berhasil “dikalahkan”.
Departemen Pertahanan AS mengatakan penarikan pasukan ini merupakan transisi ke “fase berikutnya” dalam kampanye memerangi ISIS, tetapi tidak dijelaskan detilnya.
Sekitar 2.000 tentara AS telah berperan dalam menyapu kekuatan pasukan ISIS di wilayah timur-laut Suriah, namun demikian kekuatan mereka diyakini masih ada.
Tetapi sejumlah pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan masih menghendaki agar pasukan AS tetap dihadirkan di Suriah untuk memastikan ISIS tidak membangun kekuatan kembali.
Ada pula kekhawatiran bahwa penarikan AS ini akan memperbesar pengaruh Rusia dan Iran di Suriah.
Bagaimanapun, Presiden Trump mengatakan sudah waktunya membawa pasukannya pulang setelah “kemenangan bersejarah” mereka.
Apa reaksi atas putusan pemulangan tentara AS di Suriah?
Israel mengatakan pihaknya sudah diberitahu bahwa AS memiliki “cara lain untuk tetap memiliki pengaruh di wilayah tersebut”.
Namun demikian, Israel menyatakan tetap akan “mempelajari kapan persisnya penarikan pasukan itu dilakukan, bagaimana caranya, serta tentu saja implikasinya bagi kami”.
Adapun Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan pada TV Channel One bahwa keputusan AS itu dapat menghasilkan “prospek nyata dalam penyelesaian politik” di Suriah.
Keputusan untuk menarik pasukan militernya dari Suriah telah lama diagendakan oleh Presiden Trump.
Namun demikian, pengumuman itu kemungkinan telah mengejutkan beberapa pejabatnya sendiri.
Pekan lalu, Brett McGurk, utusan khusus presiden dalam koalisi global untuk mengalahkan ISIS, mengatakan kepada wartawan:
“Tidak ada yang mengatakan bahwa (militan ISIS) akan menghilang. Tidak ada yang senaif itu. Jadi kami ingin tetap realistis dan memastikan bahwa stabilitas dapat dipertahankan di wilayah itu. ”
Sementara, Departemen Luar Negeri AS tiba-tiba membatalkan acara pertemuan harian dengan pers pada Rabu setelah ada pengumuman penarikan pasukan.
Salah seorang pendukung Trump, Senator Republik Lindsey Graham, yang duduk di komisi persenjataan, menyebut langkah Trump ini sebagai “kesalahan besar seperti yang dilakukan Obama”.
Dalam serangkaian cuitan, dia mengatakan kelompok ISIS “tidak kalah”, dan memperingatkan bahwa penarikan pasukan AS dari Suriah telah menempatkan “sekutu kita, Kurdi, dalam bahaya”.
Turki pekan ini mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan peluncuran operasi terhadap milisi Kurdi di Suriah utara, yang merupakan sekutu AS dalam perlawanannya terhadap ISIS.
Juru bicara pemerintah Inggris mengatakan perkembangan terbaru ini “tidak menandakan berakhirnya Koalisi Global atau kampanyenya” dalam memerangi ISIS, dan Inggris akan “tetap berkomitmen” untuk memastikan ‘kekalahan abadi’ kelompok ISIS.
“Masih banyak yang harus dilakukan dan kita tidak boleh melupakan ancaman nyata mereka,” demikian pernyataan pemerintah Inggris.
“Ketika situasi di lapangan berkembang, kami akan terus mendiskusikan bagaimana kami mencapai tujuan ini dengan mitra Koalisi kami, termasuk AS.”