Sampah: Filipina Menarik Duta Besar Kanada Dan Diperintah ‘Keluar Negara’ Karena Berton-ton Sampah Rumah Tangga

0
787

Filipina telah menarik duta besarnya di Kanada dalam ketegangan yang meningkat terkait sampah yang dilabeli keliru sebagai ‘bisa didaur ulang’ namun ternyata tidak.

Menteri Luar Negeri Filipina mengatakan Kanada telah melewati tenggat tanggal 15 Mei untuk menarik kembali sampah yang mereka kapalkan pada tahun 2014.

Bulan lalu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan ia akan “berlayar ke Kanada dan membuang sampah itu di sana”.

Berbagai laporan menyatakan sampah itu berjumlah beberapa puluh kontainer dipenuhi dengan sampah rumah tangga seperti misalnya popok bekas pakai.

“Tengah malam tadi, surat untuk memanggil duta besar dan konsul di Kanada sudah kami kirimkan,” kata Sekretaris Kementrian Luar Negeri Filipina Teddy Locsin Jr dalam cuitannya di akun Twitter.

“Kanada telah melewati .. tenggat. Dan kami akan menarik misi diplomatik kami dari Kanada sampai sampah itu dikapalkan lagi ke sana.”

Mr Locsin mengatakan yang memicunya untuk menarik diplomat mereka adalah kegagalan Kanada untuk muncul pada pertemuan dengan petugas bea cukai Filipina.

Ia juga mengirim cuitan ke Departemen Luar Negeri Filipina dan mengatakan, “Kepada diplomat kita di Kanada: Perintah sudah disampaikan. Terbang keluar segera.”

Kedutaan Besar Kanada di Manila mengatakan kepada BBC bahwa mereka telah “membuat penawaran untuk mengembalikan sampah Kanada” dan sedang bekerjasama dengan Filipina untuk “memastikan pengiriman kembali sesegera mungkin”.

Bagaimana perselisihan ini meningkat?

Pihak berwenang di Filipina pertama kali mengangkat isu sampah ini dengan Kanada pada tahun 2014 sesudah menemukan kontainer penuh sampah telah dikapalkan antara tahun 2013 dan 2014.

Manila mengatakan kontainer-kontainer itu, yang tiba di Pelabuhan Kontainer Internasional Manila, dilabeli secara keliru sebagai bermuatan plastik untuk didaur ulang dan nyatanya dipenuhi oleh berton-ton sampah rumah tangga.

Inspeksi lain kontainer tersisa di tahun 2015 menemukan kontrainer itu berisi sampah tak beracun seperti sampah rumah tangga dan sampah yang berasal dari jalanan.

Beberapa kontainer itu masih berada di ruang penyimpanan di pelabuhan di Manila sementara beberapa lainnya telah dibuang di tempat pembuangan sampah.

Pada tahun 2016, pengadilan Filipina memerintahkan sampah itu dikembalikan ke Kanada dan biayanya dibebankan kepada importirnya.

Di tahun yang sama, Kanada mengubah peraturan mereka soal pengapalan sampah berbahaya untuk mencegah hal seperti ini terulang kembali.

Awal bulan ini, Presiden Duterte mengkritik keras Kanada, mengatakan mereka telah mengubah negerinya menjadi “tempat sampah”.

Tantangan sampah global – dan tempat pembuangannya – merupakan masalah yang terus berkembang, tapi sejak larangan “sampah asing” dilakukan oleh China pada tahun 2017, jumlah persoalan ini meningkat ke permukaan.

Pada tahun itu saja, China mengambil tujuh juta ton sampah plastik, dengan ide bahwa sebagian besar sampah itu bisa diproses untuk didaur ulang. Namun nyatanya sebagian besar merupakan sampah yang tak bisa didaur ulang.

Banyak juru kampanye lingkungan hidup menganggap hal itu sebagai kemenangan ketika China melakukan larangan tersebut. Jumlah plastik yang diimpor oleh China turun 94 persen antara 2016-2017 dan 2017-18.

Namun sebagian besar sampah ini kemudian dikirimkan ke negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Filipina.