DPR AS Sepakat ‘Kecam Komentar Rasis Presiden Trump’

0
709

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat sepakat merilis pernyataan berisi kecaman terhadap Presiden Donald Trump terkait komentarnya di media sosial yang merujuk pada empat perempuan anggota Kongres.

Pernyataan tersebut mengecam “komentar-komentar Presiden Trump yang melegitimasi ketakutan dan kebencian terhadap warga baru Amerika dan orang-orang kulit berwarna”.

Hal itu dirilis setelah 240 anggota DPR menyatakan setuju dan 187 lainnya menolak. Di antara yang setuju terdapat empat anggota DPR dari Partai Republik dan seorang anggota independen.

Salah seorang dari empat anggota DPR asal Partai Republik adalah Will Hurd, satu-satunya anggota DPR dari Partai Republik yang merupakan warga Afrika-Amerika.

Trump dituding mengusung rasisme dan xenophobia setelah melontarkan cuitan yang menyuruh empat anggota Kongres pergi meninggalkan AS.

Keempatnya adalah Alexandria Ocasio-Cortez, Ilhan Omar, Ayanna Pressley, dan Rashida Tlaib.

Trump tidak secara eksplisit menyebut nama mereka, namun konteks cuitan Trump jelas mengaitkan keempat perempuan tersebut yang dikenal dengan sebutan ‘The Squad’.

Namun, setelah itu, Trump mencuit: “Saya tidak punya tulang rasis dalam tubuh saya!”

Rangkaian cuitan Trump rupanya berlanjut ke ruang parlemen.

John Lewis, anggota parlemen dari Partai Demokrat, mengatakan “pada level tertinggi pemerintahan tiada ruang untuk rasisme. Dan Meuser, anggota parlemen dari Partai Republik, menyebut tuduhan itu “pencemaran nama baik yang mengada-ada”.

Perdebatan itu kemudian berujung pada pemungutan suara yang hasilnya menyepakati pernyataan sikap berupa kecaman terhadap Trump.

Apa yang dikatakanĀ dalamĀ pernyataan DPR AS?

Pernyataan itu “mengecam komentar-komentar rasis Presiden Trump yang diarahkan kepada anggota-anggota Kongres”.

Imigrasi, sebut pernyataan tersebut, “telah menjadi penentu dalam setiap tahapan sejarah Amerika”. Bahkan, “semua warga Amerika, kecuali keturunan warga asli dan orang-orang Afrika-Amerika yang diperbudak, adalah imigran atau keturunan imigran”.

Disebutkan pula, patriotisme tidak didefinisikan oleh ras atau etnis “tapi pengabdian pada nilai-nilai dalam Konstitusi, yakni kesetaraan, kebebasan, inklusivitas, dan demokrasi”.

“Komentar-komentar dari Gedung Putih sangat memalukan, menjijikkan, dan komentar-komentar ini rasis,” cetus Ketua DPR, Nancy Pelosi.

Kubu Republik mengatakan komentar Pelosi melanggar aturan. Pemimpin Fraksi Republik, Kevin McCarthy mengatakan komentar itu melanggar “aturan dan kepatutan” ruang parlemen.

Apa yang melatarbelakangi komentar Trump?

Sebelum Trump melontarkan cuitan yang menyuruh empat anggota Kongres pergi meninggalkan AS, Ocasio-Cortez, Tlaib, dan Pressley bersaksi di hadapan komite DPR pada Jumat (12/07) mengenai kondisi di pusat tahanan migran yang mereka kunjungi.

Mereka menyebut para migran ditahan dalam kondisi tak berperikemanusiaan.

Kesaksian itu sejalan dengan berbagai kritik yang kerap dilancarkan kubu Demokrat terhadap cara pemerintahan Trump dalam menangani migran di perbatasan.

Trump membela tindakan para petugas perbatasan dan mengatakan kondisi di pusat tahanan migran “punya penilaian bagus”.

Selanjutnya, Trump melontarkan cuitannya terkait anggota Kongres.

Lebih jauh, pemerintahannya mengumumkan aturan baru yang berlaku pada 16 Juli.

Aturan ini melarang pemberian suaka kepada siapapun yang melintasi perbatasan di bagian selatan tanpa terlebih dulu mengajukan perlindungan di “setidaknya sepertiga dari seluruh negara” yang mereka lewati menuju AS.

“Jika Anda tidak senang, jika Anda mengeluh terus, Anda bisa pergi,” ujar Trump dalam jumpa pers di luar Gedung Putih.