Sekelompok pria bertopeng yang dipersenjatai tongkat menyerbu stasiun kereta api di distrik Yuen Long, Hong Kong, Minggu (21/07).
Sebanyak 45 orang terluka dalam insiden yang membuat warga Hong Kong terkejut. Rekaman video penyerbuan pun ramai dibagikan di media sosial.
Sebagian besar orang berspekulasi bahwa serangan itu dilakoni kelompok triad—julukan terhadap jaringan preman di Hong Kong dan juga dikenal dengan sebutan mafia China.
Tapi apa sebenarnya triad—dan mungkinkah mereka terlibat dalam penyerangan?
Siapa triad?
Triad Hong Kong adalah kelompok mafia yang “sangat lokal” dengan ritual dan aturan tersendiri, kata Federico Varese, profesor kriminologi dan pakar kejahatan terorganisir dari Universitas Oxford.
“Mereka biasanya menjalankan pemerasan dengan dalih perlindungan, prostitusi, dan transaksi narkoba kelas teri—mereka bukan organisasi internasional tapi keberadaan mereka sangat nyata di sejumlah kawasan,” tutur Varese.
Ada beberapa triad di Hong Kong, tapi yang tersohor antara lain, 14K, Sun Yee On, dan Wo Shing Wo.
Triad merupakan organisasi yang bersifat hierarkis, dengan tata cara yang ketat, serta perkawanan sehidup semati.
Walaupun mereka sangat aktif di distrik-distrik tertentu di Hong Kong, fenomena triad sangat dikenal warga lokal dan aktivitas mereka kerap menjadi kisah fiktif—atau diglorifikasi, menurut kalangan kritikus—dalam sejumlah film.
Ambil contoh film The Departed garapan Martin Scorcese, merupakan pembuatan ulang Infernal Affairs, sebuah film Hong Kong mengenai triad.
Seperti apa anggota triad?
Sebagian besar anggota triad berasal dari kelas pekerja dan tidak mengenyam pendidikan tinggi, kata Prof Varese.
Usia anggota triad beragam, walau mereka cenderung bergabung dari usia muda, menurutnya.
Anggota muda biasanya “direkrut dari kawasan permukiman”. Bahkan ada “orang di gang setempat yang memantau anak muda yang ‘menjanjikan’.”
Ketika direkrut, anggota yang baru masuk akan menjalani ritual. Umumnya dengan memotong kepala ayam dan meneteskan darahnya ke dalam sebuah cangkir yang isinya diminum secara bergilir.
Anggota baru juga harus mendengarkan aturan triad yang dibacakan petinggi triad.
Saat ini dilakukan, mereka biasanya telanjang atau setengah telanjang karena, menurut Prof Varese, “mereka harus melupakan identitas sebelumnya untuk bergabung dengan keluarga fiktif yang semua anggotanya adalah saudara”.
“Begitu seseorang masuk, dia bisa di sana seumur hidup,” tambahnya.
Meski begitu, ada beberapa anggota yang belakangan memiliki usaha sendiri dan menjadi anggota “tidak aktif”.
Artikel harian South China Morning Post pada 2017 memperkirakan ada sebanyak 100.000 anggota triad dari 7,3 juta penduduk Hong Kong.
Setahun kemudian, berdasarkan angka dari kepolisian Hong Kong, ada sebanuak 1.715 kejahatan yang berkaitan dengan triad.
Kasus-kasus itu sebagian besar berkaitan dengan serangan untuk melukai, ada pula konflik antarkelompok rival.
Apakah mereka preman bayaran?
Muncul banyak tudingan bahwa kelompok yang menyerang pengunjuk rasa pada Minggu (21/07) adalah preman bayaran.
Ini bukan pertama kalinya tuduhan seperti itu mengemuka.
Pada 2014, puluhan ribu demonstran prodemokrasi memadati jalan dalam gerakan yang belakangan disebut demonstrasi Payung.
Beberapa hari demonstrasi berlangsung, aksi kekerasan meletup di lokasi unjuk rasa di Mong Kok, distrik kelas pekerja.
Di sana sejumlah orang meninju, menendang, dan menyerang para demonstran prodemokrasi sekaligus membuang tenda dan penghalang yang sudah didirikan.
Polisi mengatakan sebanyak 19 dari orang-orang yang ditangkap punya latar belakang triad.
Prof Varese dan Dr Rebecca Wong dari City University of Hong Kong mengkaji serangkaian serangan pada 2014, mewawancarai sejumlah saksi mata, dan dua orang yang punya keterkaitan dengan triad—termasuk seorang anggota senior triad.
Kedua akademisi itu menyimpulkan para penyerang berafiliasi dengan triad di luar Mong Kok dan dibayar menyerang para demonstran—walau sejumlah triad setempat “menentang aksi serangan karea memandangnya sebagai pengikisan teritori mereka”.
Para informan yang diwawancarai Prof Varese dan Dr Wong menilai triad dibayar oleh pihak dengan “kepentingan bisnis” yang ingin membuat pemerintah China terkesan.
Triad “mungkin menemukan peran baru sebagai pemaksa kebijakan tidak populer dan penekan protes demokratis dalam konteks menuju otoriterianisme di Hong Kong”, sebut kesimpulan laporan tersebut.
Apakah mungkin triad terlibat dalam penyerangan Minggu?
Ada kecurigaan bahwa triad terlibat dan sumber-sumber kepolisian mengatakan kepada harian South China Morning Post bahwa mereka meyakini para penyerang mencakup anggota triad dari 14K dan Wo Shing Wo.
Prof Varese mengatakan serangan Minggu (21/07) tampak seperti “jiplakan atas apa yang terjadi pada 2014”, meskipun serangan kali ini “lebih serius” mengingat orang yang melintas pun diserang.
Tujuan penyerangan itu, menurutnya, tampak “bukan untuk membunuh tapi menakut-nakuti orang supaya pergi” serta mengintimidasi para demonstran.
“Saya pikir ini taktik yang disengaja, karena jika mereka ingin membunuh, mereka pasti sudah melakukannya, walau triad tidak dikenal menggunakan kekerasan mematikan.”
Patut dicatat pula bahwa baik kejadian pada 2014 maupun Minggu (21/07) berlangsung di kawasan permukiman kelas pekerja, alih-alih di area bisnis di tengah kota tempat demonstrasi banyak digelar.
“Triad tidak beroperasi di mana-mana. Kemungkinan sulit secara logistik untuk menyerang kawasan yang lebih internasional, pusat kota, dan beragam.”
Apakah ada keterkaitan antara triad dan aparat?
Kalangan demonstran dan aktivs menuding demikan, namun tuduhan itu selalu dibantah mentah-mentah oleh aparat.
Setelah serangan pada 2014, anggota parlemen dari kubu oposisi, James To, menuding pemerintah menggunakan “kekuatan yang terorganisir dan bahkan gang triad sebagai upaya membubarkan warga” yang terlibat dalam demonstrasi prodemokrasi.
Pemerintah dan polisi menyanggah berkolusi dengan triad. Seorang komandan polisi menyebut tudingan itu “mengada-ada”.
Pada serangan Minggu (21/07), banyak demonstran dan anggota parlemen prodemokrasi menuding polisi lamban beraksi.
Mereka mengatakan polisi tiba di lokasi setelah semua penyerang sudah pergi—jauh setelah panggilan pertama ke nomor layanan darurat dilakukan.
Kepala kepolisian mengatakan asumsi merupakan “pencemaran”. Dia menegaskan jajarannya banyak tersebar guna menanggapi demonstrasi antipemerintah di tempat lain.
Sejumlah peneliti mengatakan preman bayaran adalah fenomena signifikan di China daratan, ketika pemerintah daerah setempat mengandalkan bandit-bandit untuk “mempercepat proyek dan mengumpulkan persetujuan formal dari komunitas-komunitas”.
Akan tetapi, sistem hukum dan yudisial Hong Kong terpisah dari China daratan dan bahkan punya pemerintahan sendiri. Preman bayaran bukan fenomena umum di Hong Kong.
Reportase oleh wartawan BBC Helier Cheung dan Christopher Giles dari BBC Reality Check.