Virus Corona: Industri Penerbangan Internasional Merugi Rp 415 Triliun, Kerugian Terbesar Sejak Satu Dekade Terakhir

0
705

Maskapai penerbangan diperkirakan kehilangan pendapatan Rp 415 triliun tahun ini karena wabah virus corona.

Asosiasi Industri Penerbangan Internasional (IATA) memperkirakan permintaan penerbangan akan anjlok untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir.

Maskapai penerbangan China dan negara lain di Asia Pasifik diperkirakan akan menderita kerugian lebih banyak ketimbang kawasan lain.

Hal ini disebabkan maskapai di seluruh dunia terpaksa harus mengurangi penerbangannya.

Secara keseluruhan, maskapai di kawasan Asia Pasifik diperkirakan akan mengalami penurunan pendapatan sekitar Rp 384 triliun, sementara maskapai di luar Asia diperkirakan akan mengalami penurunan pendapatan sekitar Rp 109 triliun.

Dari angka tersebut, IAA memperkirakan maskapai dari China akan kehilangan pendapatan sekitar Rp177 triliun di pasar dalam negeri.

Dalam sebuah pernyataan, Direktur Jenderal IATA Alexandre de Juniac mengatakan: “Maskapai terpaksa membuat keputusan sulit mengurangi kapasitas dan dalam beberapa kasus, mengurangi rute. Tahun ini akan menjadi tahun yang berat bagi maskapai penerbangan.”

Kendati demikian, masih terlalu dini memperkirakan dampak dari penurunan pendapatan ini terhadap laba yang diterima perusahaan penerbangan itu, sebut IATA.

IATA mengatakan perkiraan mereka berdasarkan pada penurunan permintaan yang terlihat selama wabah SARS (Sindrom Pernapasan Akut yang Parah) pada tahun 2003. Saat itu, penurunan permintaan tajam terjadi dalam periode enam bulan, kemudian diikuti dengan pemulihan yang sama cepatnya.

Pada saat itu SARS bertanggung jawab pada penurunan 5,1% permintaan penerbangan di kawasan Asia Pasifik.

Mereka juga memperkirakan bahwa virus itu akan tetap berpusat di China, namun IATA juga memperingatkan bahwa dampak wabah Corona akan jadi lebih buruk jika virus itu menyebar ke wilayah lainnya.

Pada Kamis (20/02) dua grup maskapai besar memperingatkan akan dampak finansial yang parah setelah wabah virus corona menurunkan permintaan penerbangan di Asia.

Maskapai Austalia, Qantas, mengatakan bahwa wabah itu akan mengakibatkan maskapai itu merugi Rp 905 miliar – Rp 1,37 triliun, setelah maskapai itu mengurangi penerbangannya.

Maskapai Eropa Air-France KLM memperkirakan virus corona akan menyebabkan kerugian Rp 2,2 triliun hingga Rp 2,9 triliun antara Februari dan April.

IATA sebelumnya memperkirakan Asia Pasifik sebagai motor penggerak terbesar permintaan penerbangan dari tahun 2015 hingga 2035, dengan empat dari lima pasar penumpang yang berkembang pesat berada di Asia.