China dilaporkan telah membebaskan 10 tentara India setelah kedua kubu terlibat dalam bentrokan mematikan pada Senin (15/06), menurut media India.
Harian The Hindu, yang mengutip sumber-sumber militer, menyebutkan bahwa mereka yang dibebaskan mencakup seorang tentara berpangkat letnan kolonel dan tiga mayor.
Pemerintah India belum mengonfirmasi laporan tersebut, serta belum mengonfirmasi apakah ada tentaranya yang ditawan.
Bentrokan antara tentara India dan China menyebabkan sedikitnya 20 serdadu India tewas dan menciptakan ketegangan antara kedua kubu.
China tidak mengungkap apakah ada korban di pihaknya, sementara India menyebut ada setidaknya 76 serdadu mereka yang cedera. Kedua pihak saling menuding mengenai pelanggaran di perbatasan.
Perbatasan kedua negara di Lembah Galwan, yang disebut Garis Kendali Aktual (LAC), tidak didemarkasi dengan baik. Keberadaan sungai, danau, dan timbunan salju membuat garis perbatasan bisa bergeser. Baik tentara India maupun China kerap berhadapan di sejumlah titik.
Menurut Shiv Aroor, editor senior di harian India Today, pembebasan tentara India memunculkan sejumlah poin kunci dalam perundingan kedua pihak pada Rabu (17/06).
Laporan mengenai pembebasan 10 tentara India muncul setelah sebuah foto senjata yang digunakan dalam bentrokan tersebar pada Kamis (18/06).
Foto tersebut menampilkan batang besi yang dipenuhi paku tajam di sekelilingnya. BBC memperoleh foto itu dari seorang perwira senior militer India di perbatasan India-China, yang mengatakan senjata itu digunakan oleh tentara China.
Analis pertahanan, Ajai Shukla, yang pertama kali mencuitkan gambar tersebut, menyebut penggunaan senjata itu menandakan perilaku “barbar”.
Ketiadaan senjata api dalam bentrokan itu bermula pada kesepakatan 1996 antara kedua pihak, yang setuju bahwa senjata api dan perledak dilarang di sepanjang perbatasan di Lembah Galwan agar ketegangan tidak bereskalasi.
Foto itu kemudian viral di kalangan pengguna Twitter di India, sehingga memicu kemarahan warganet. Baik perwira China maupun India tidak berkomentar mengenai senjata itu.
Sejumlah media melaporkan bahwa pasukan kedua kubu di atas tebing pada ketinggian hampir 4.300 meter. Beberapa serdadu bahkan masuk ke dalam Sungai Galwan yang airnya sangat dingin.
Kematian pertama dalam empat dekade
Para serdadu kedua negara sempat terlibat baku hantam di kawasan yang disengketakan ini, pada Mei lalu. Namun, kematian sejumlah tentara akibat bentrokan pada Senin (15/06) adalah korban tewas pertama dalam setidaknya 45 tahun terakhir.
Laporan-laporan media India yang belum dikonfirmasi menyebutkan sedikitnya 40 serdadu China tewas, namun China belum merilis informasi mengenai jumlah korban.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, menuding militer India telah dua kali melintasi perbatasan, “memprovokasi dan menyerang personel China, menyebabkan konfrontasi fisik yang serius antara pasukan perbatasan di kedua pihak”, sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
China mengklaim “kedaulatan di kawasan Lembah Galwan”—klaim yang disebut India sebagai “berlebihan dan tidak bisa dipertahankan”.
Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar menuduh China terlebih dahulu ingin membangun infrastruktur di wilayah India. Akan tetapi Menlu China, Wang Yi, menuding pasukan India menyerang terlebih dahulu.
Namun, dalam perbincangan melalui telepon, masing-masing pihak berjanji untuk tidak membuat situasi makin memburuk.
Mengapa tidak ada senjata api yang digunakan?
Lembah Galwan di Ladakh, dengan kontur pegunungan dan iklim yang sangat dingin, dekat dengan Aksai Chin—sebuah wilayah yang diklaim India namun dikendalikan China.
Panjang perbatasan India dan China membentang lebih dari 3.440 kilometer dan di bentangan itu kedua negara memiliki beberapa klaim teritorial yang bertabrakan satu sama lain.
Insiden pada Senin (15/06) bukan peristiwa pertikaian tanpa senjata api pertama antara militer kedua negara di kawasan itu.
Penggunaan senjata api di Lembah Galwan terakhir terjadi pada 1975, ketika empat serdadu India dibunuh di kawasan perbatasan yang terpencil di Negara Bagian Arunachal Pradesh.
Peristiwa itu diceritakan dalam versi beragam oleh sejumlah mantan diplomat. Ada yang menyebutnya sebagai serangan tiba-tiba, ada pula yang mengatakan itu adalah kecelakaan.
Namun, sejak itu, tidak ada peluru yang ditembakkan.
Pada 1996, kedua kubu membuat perjanjian bilateral yang menyebutkan “tiada pihak yang boleh melepaskan tembakan…menggelar operasi peledakan, atau berburu menggunakan senjata atau peledak dalam radius dua kilometer di Garis Kendali Aktual (LAC)”.
Karena senjata api tidak boleh digunakan, cara lain pun dilakukan ketika kedua kubu bertikai.
Pada Mei lalu, sejumlah serdadu India dan China baku hantam di Danau Pangong, yang juga terletak di Ladakh, dan di Negara Bagian Sikkim.
Beberapa perundingan yang digelar kedua negara dalam 30 tahun terakhir gagal memecahkan sengketa perbatasan ini, namun cukup berhasil dalam menegakkan stabilitas wilayah.