Pemerintah Lebanon menggelar penyelidikan atas kebakaran besar yang terjadi di sebuah gudang penyimpanan bantuan di Pelabuhan Beirut—sebulan setelah ledakan dahsyat menewaskan lebih dari 190 orang.
Kebakaran pada Kamis (10/09) berlangsung di gudang tempat sebuah lembaga kemanusiaan menyimpan bantuan makanan dan minyak goreng.
Dinas Pemadam Kebakaran dan militer berjam-jam berjuang memadamkan api. Bahkan, sejumlah helikopter dikerahkan untuk menyiram air di lokasi kebakaran. Kebakaran berhasil diatasi pada hari itu.
Tidak ada korban meninggal atau cedera yang dilaporkan dalam insiden tersebut.
Apa yang terjadi?
Berbagai tayangan di media sosial memperlihatkan para pekerja pelabuhan berlarian ketika kebakaran terjadi di zona bebas bea cukai di pelabuhan, pada Kamis (10/09). Kepulan asap kebakaran terlihat dari semua penjuru Ibu Kota Lebanon.
Kepala Palang Merah Lebanon, George Kettaneh, mengatakan beberapa orang mengalami sesak napas namun tiada yang cedera.
Direktur Palang Merah di kawasan tersebut, Fabrizio Carboni, mengatakan gudang yang terbakar menyimpan ribuan paket makanan.
Kebakaran itu, menurutnya, mengakibatkan operasi kemanusiaan berisiko mengalami gangguan serius.
Area di sekitar lokasi kebakaran dibarikade agar api tidak meluas.
Direktur Jenderal Pertahanan Sipil, Raymond Khattar, mengatakan kepada Kantor Berita Nasional bahwa mereka yang bekerja memadamkan api pantang pulang “sebelum api benar-benar padam”.
Para pejabat mengatakan sebagian besar api telah dipadamkan pada malam hari.
Peristiwa itu terjadi sebulan setelah ledakan dahsyat amonium nitrat seberat 2.750 ton di lokasi yang sama.
Selain menyebabkan lebih dari 190 orang meninggal dunia, ledakan pada 4 Agustus itu mengakibatkan ribuan orang cedera dan sekitar 300.000 orang tunawisma.
Meski para pejabat mengklaim bahwa kebakaran dapat diatasi dan situasi aman terkendali, beberapa warga yang masih trauma dengan ledakan sebulan lalu memutuskan keluar kota.
“Saya terpaksa mengeluarkan mereka dari Beirut karena asap dan kebakaran yang terjadi lagi di pelabuhan,” kata Majed Hassanein, yang hijrah bersama istri dan anak-anaknya, kepada kantor berita Reuters.
Warga lainnya mengaku kebakaran pada Kamis (10/09) membuat mereka teringat akan peristiwa ledakan pada 4 Agustus lalu.
“Tentu kami takut…baru sebulan sejak ledakan menghancurkan Beirut. Kami melihat hal yang sama terjadi lagi,” kata Andre Muarbes, warga Beirut berusia 53 tahun.
Apa yang kita ketahui mengenai penyebab kebakaran?
Angkatan Darat Lebanon mengumumkan melalui Twitter pada Kamis (10/09) bahwa polisi militer telah memulai investigasi atas kebakaran.
Sebelumnya, Bassem al-Qaisi selaku direktur pelabuhan mengatakan kepada stasiun radio Voice of Lebanon bahwa kebakaran bermula di sebuah gudang yang menyimpan tong-tong berisi minyak goreng, kemudian merembet ke beberapa ban di dekat situ.
“Terlalu dini untuk mengetahui apakah kebakaran itu disebabkan panas atau kesalahan lain,” katanya.
Michel Najjar, menteri pekerjaan umum, mengatakan kepada sejumlah media setempat bahwa ada indikasi kebakaran dipicu oleh perbaikan di pelabuhan.
Namun, menurutnya, rincian lengkap mengenai apa yang terjadi tidak akan jelas sampai “kajian komprehensif” dituntaskan.
Dalam pertemuan dengan para petinggi pada Kamis, Presiden Michel Aoun mengatakan kebakaran bisa disebabkan upaya sabotase, kesalahan teknis, atau kelalaian.
“Dalam semua kasus, penyebabnya harus diketahui secepat mungkin dan para pelakunya dimintai pertanggungjawaban,” kata Aoun sebagaimana dikutip melalui akun Twitter kepresidenan Lebanon.