Selama pandemi virus Corona (COVID-19) proses kegiatan belajar yang dilakukan secara fisik harus terhenti, kemudian beralih ke pemanfaatan teknologi. Bagaimana pengaruh belajar online ini bagi siswa yang merupakan generasi Z?
Generasi Z merupakan mereka yang lahir di rentan tahun 1996-2010. Melihat dari angka kelahiran tersebut, generasi Z ini masih di bangku sekolah. Kelas Pintar yang tak lain aplikasi edutech menguak pengaruh belajar online bagi generasi Z.
Era teknologi rupanya akrab dengan generasi Z dibandingkan generasi sebelumnya. Berdasarkan penelitian IBM Institute, 74% generasi Z menghabiskan waktu luangnya untuk online dengan menggunakan perangkat smartphone (75%), laptop (45%), desktop (30%), dan tablet (10%).
“Lahir dan tumbuh di era digital, membuat para siswa di generasi Z lebih matang dan mandiri dalam hal pemanfaatan teknologi. Termasuk, saat pandemi mengharuskan mereka untuk belajar secara online,” jelas Maryam Mursadi, Head of Academic dari Kelas Pintar, Kamis (22/10/2020).
Disampaikan Maryam, ketika pandemi COVID-19 melanda dunia dan hampir semua aktivitas belajar mengajar bergeser ke online, generasi Z ini dengan mudah cepat beradaptasi karena mereka sudah terbiasa berinteraksi di dunia maya.
“Hanya kebiasaannya saja yang berubah, jika sebelumnya mungkin mereka lebih aktif di sosmed, kini porsi untuk belajar online dan mencari informasi untuk kebutuhan belajar jadi lebih tinggi,” jelas Maryam.
Fakta tersebut diamini oleh Nasyillah kelas 8 asal Palangkaraya, Eva kelas 9 dari Balikpapan, dan Billi kelas 11 asal Surabaya. Mereka satu suara bahwa smartphone adalah perangkat yang diandalkan untuk berkomunikasi via WhatsApp, belajar online, ataupun mencari informasi di internet.
Ketiga siswa tersebut juga mengaku bahwa rutinitas mereka di internet saat ini lebih banyak didominasi kegiatan yang terkait dengan belajar online. Hal tersebut tidak lepas dari kebijakan pemerintah menerapkan pembelajaran jarak jauh akibat pandemi COVID-19, di mana para siswa ‘terpaksa’ belajar secara online, baik pada saat jam sekolah maupun di luar jam sekolah.
Menurut Nasyhilla, meski mengaku cepat beradaptasi, tapi sempitnya waktu berinteraksi dengan guru di sekolah membuatnya kesulitan memahami materi yang diajarkan. Begitu pula saat melanjutkan belajar di luar jam sekolah, ia lebih suka jika ada yang mendampinginya saat belajar.
“Di masa pandemi ini, waktu belajar para siswa berubah atau tidak sama seperti saat mereka bersekolah. Waktu mereka bertanya atau berinteraksi dengan guru juga jadi lebih sedikit,” kata Maryam.
Untuk itu, lanjut Maryam, tantangan penyedia solusi belajar online di masa pandemi ini adalah bagaimana menghadirkan engagement lebih dan membuat belajar online menjadi lebih menyenangkan.
Maryam pun menyoroti tentang pentingnya memberikan pendampingan belajar bagi para siswa untuk membantu Guru di sekolah dalam men-deliver kurikulum secara optimal, khususnya saat siswa melanjutkan proses belajarnya selepas jam sekolah.