Puncak fenomena hujan meteor Phoenicid akan berlangsung pada Senin (6/12) dan Selasa (7/12).
Phoenicid adalah hujan meteor dengan titik asal kemunculannya berada di konstelasi Phoenix dekat bintang Alfa Eridani konstelasi Eridanus.
Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu Komet 289P/Blanpain yang mengorbit matahri selama 5,18 tahun.
Menurut Pusat Riset Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Badan Riset dan INovasi Nasional (BRIN), hujan meteor ini dapat disaksikan sejak awal senja bahari, 20 menit setelah terbenam matahari, hingga pukul 02.15 dini hari keesokan harinya.
Tempat terbaik melihat fenomena luar angkasa ini adalah dari arah tenggara hingga barat daya Indonesia.
Intensitas hujan meteor ini di Indonesia berkisar 51 meteor per jam di daerah Sabang hingga 74 meteor per jam di Pulau Rote.
“Hal ini dikarenakan titik radian berkulminasi pada ketinggian 31-48 derajat arah selatan, sedangkan intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 100 meteor per jam,” bunyi pernyataan LAPAN.
LAPAN menuturkan pastikan cuaca cerah dan bebas dari penghalangan maupun polusi cahaya di sekitar medang pandang guna melihat fenomena hujan meteor ini.
Sebab, intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100 persen minus persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle, skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya.
Jadi, semakin besar skalanya, semakin besar polusi cahaya yang timbul.
Sumber : CNN [dot] COM