Trump Bertemu dengan Tokoh Muslim Uighur dan Rohingya, China Protes

0
691

Presiden Amerika Serikat Donald Trump hari Kamis (18/07) di Gedung Putih menemui tokoh Muslim Uighur dan korban persekusi agama lainnya dari China, Turki, Myanmar, Korea Utara dan Iran.

Pertemuan ini merupakan bagian dari konferensi yang diselenggarakan oleh Kementrian Luar Negeri AS dengan topik persekusi agama, yang dihadiri oleh Wakil Presiden Mike Pence dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo.

Juru bicara kementrian luar negeri China melayangkan protes terhadap pertemuan tersebut.

Tak pernah

Sebanyak empat orang dari 27 peserta pertemuan di Ruang Oval di Gedung Putih itu berasal dari China.

Mereka adalah Jewher Ilham, seorang Muslim Uighur; Yuhua Zhang, praktisi agama Falun Gong; Nyima Lhamo, seorang penganut Buddha Tibet; dan Manping Ouyang, penganut Kristan di China.

Ayah Jewer Ilham, Ilham Tohti, yang merupakan seorang profesor ekonomi dan advokat hak Uighur, dihukum penjara seumur hidup oleh pemerintah China pada tahun 2014.

Dalam pertemuan itu, Jewher Ilham bercerita kepada Trump tentang ayahnya yang tak pernah ia jumpai sejak 2017.

“Ia telah mendekam di penjara selama lima tahun dan kami tidak tahu berapa lama ia ada di sana. Saya tak pernah dengar kabar tentang dia sejak 2017, saat kamp konsentrasi dimulai. Siapapun yang bertanya tentang kabar anggota keluarga mereka, tidak akan pernah lagi kembali ke rumah,” kata Jewher.

Hukuman terhadap Tohti menyebabkan pemerintah China mendapat kecaman dari Amerika Serikat dan lembaga-lembaga internasional.

Pemerintahan Trump meningkatkan sanksi terhadap para pejabat China berkaitan dengan kebijakan mereka di Provinsi Xinjiang – termasuk terhadap pemimpin Partai Komunis di provinsi tersebut.

Hubungan Amerika Serikat dan China sendiri sedang mengalami ketegangan karena perang dagang, di mana AS menuduh China melakukan praktik dagang yang tidak adil.

China: Persekusi agama tidak ada

Pemerintah China menolak tuduhan bahwa mereka melakukan pelanggaran terhadap hak kebebasan beragama dan hak asasi manusia.

“Saya perlu tekankan bahwa di China, situasi yang disebut sebagai persekusi agama ini tidak ada,” kata juru bicara Kementrian Luar Negeri China, Lu Kang, di jumpa pers di Beijing hari Kamis (18/07).

Lebih lanjut, Lu menyatakan, “Kami menuntut Amerika Serikat melihat dengan benar kebijakan agama dan status kebebasan beragama di China dan berhenti menggunakan isu agama untuk campur tangan terhadap urusan negara lain”.

Sanksi terhadapĀ Myanmar

Turut hadir juga dalam pertemuan itu utusan dari Muslim Rohingya dari Myanmar, demikian menurut Gedung Putih.

Pada hari Selasa (16/07), Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengumumkan sanksi terhadap Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar Min Aung Hlaing dan pemimpin lainnya yang dianggap bertanggungjawab terhadap pembunuhan ekstra yudisial terhadap Muslim Rohingya di tahun 2017, serta melarang mereka masuk ke Amerika Serikat.

Pihak yang juga hadir dalam pertemuan itu adalah korban persekusi agama dari negara-negara lain seperti pemeluk Kristen di Myanmar, Vietnam, Korea Utara, Iran, Turki, Kuba, Eritrea, Nigeria, dan Sudan; Pemeluk Islam di Afghanistan, Sudan, Pakistan dan New Zealand; pemeluk Yahudi di Yemen dan Jerman; pemeluk ajaran Cao Dai di Vietnam; serta pemeluk Yazidi dari Irak.

Pertemuan ini diselenggarakan di tengah kontroversi pernyataan Trump yang disebut rasis setelah ia mengkritik para politisi “untuk pulang ke negara asal”. Pernyataan ini diarahkan kepada empat anggota kongres Amerika non kulit puith yang adalah warga negara Amerika Serikat.