Kebijakan 3-in-1 dihapus, kemacetan Jakarta naik 101%, kata Waze

0
1275

Dihapusnya aturan 3 in 1 (three-in-one) sebenarnya menambah parah kemacetan Jakarta hingga 101 persen, kata Di-Ann Eisnor, direktur aplikasi berbasis navigasi sosial Waze.

Benarkah demikian?

Kepada wartawan BBC Indonesia, Clara Rondonuwu, Di-Ann mengatakan itulah kompleksnya situasi transportasi Ibu Kota.

”Saat three-in-one dicabut angka kemacetan naik masif sampai 101 persen di jalur protokol yang dulunya berlaku three-in-one. Di jalur alternatif sama macetnya, angka lalu lintas tersendat naik 30 persen. Tapi, jangan juga lupakan sisi positifnya: industri joki hilang,” katanya di sela acara Google For Indonesia di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Kamis (24/8).

Data tersebut, kata Di-Ann berasal dari mitra aplikasi Waze di Indonesia yakni Jakarta Smart City.

Selama proses memilah data itu, kesulitan terbesarnya menurut Di-Ann adalah saat harus memisahkan data kemacetan yang sesungguhnya dengan variabel kemacetan Jakarta yang disebabkan oleh pembangunan 13 proyek infrastruktur baru.

”Ada 13 proyek infrastruktur besar yang sedang berlangsung sekarang. Lokasinya sangat dekat sekali dengan jalur protokol yang dulunya berlaku three-in-one. Ini bikin macet sekali,” kata dia.

Bagaimana dengan aturan ganjil-genap, apa kata Waze?

Setelah three-in-one dihapus, pemerintah Jakarta memberlakukan aturan pelat ganjil-genap yang dinilai Waze cukup berhasil menurunkan lama perjalanan aktual dari poin A ke poin B hingga 19 persen. ”Angka penurunan ini tergolong baik, bahkan salah satu yang terbaik jika dibandingkan dengan mitra Waze di tempat lain.”

Itu yang menjadi alasan aplikasi Waze – yang saat ini punya lebih dari dua juta pengguna aktif di Indonesia – menambah fitur baru yakni penentuan rute berdasarkan pelat nomor ganjil dan genap yang dinilai relevan buat pengguna di Jakarta.

Dan menambahkan perintah suara dalam Bahasa Indonesia tanpa perlu memegang ponsel.

”Fitur baru yang sudah bisa digunakan sekarang adalah memakai suara pemandu bernama Dian yang kini jauh lebih pintar dan bisa menyebutkan nama jalan dengan baik dalam Bahasa Indonesia,” kata Di-Ann.

Pengguna Waze di Indonesia berada di urutan teratas pemakai fitur percakapan dalam aplikasi navigasi sosial Waze.

”Sebab, orang Indonesia sangat sosial dan suka sekali membantu pengguna lain yang terjebak macet di jalan. Mereka suka berbagi peringatan lalu lintas untuk menolong pengguna lain menghindar atau keluar dari kemacetan.”

Ada simpang susun Semanggi, kemacetan berkurang?

Menurut Di-Ann, melihat jumlah pengguna Waze yang sudah sangat besar di Jakarta, dari data yang ada bisa didapat informasi lebih jauh. Termasuk untuk mengetahui seberapa efektif pembangunan simpang susun Semanggi dalam mengurai kemacetan di kawasan itu.

”Punya akses terhadap data, berarti suatu kota sudah mengembangkan juga infrastrukturnya. Jadi punya data itu penting. Supaya kita bisa lebih paham jalan keluar yang punya dampak lebih besar,” kata dia.

Tapi soal data lalu lintas sekitar simpang susun Semanggi? ” Masih sebulan lagi Waze baru akan merilis data awal tentang simpang susun Semanggi,” ujarnya.

Sumber : bbc.com