Orang yang terancam tenggelam dalam satu kecelakaan disarankan untuk melawan insting berenang dan diminta mengapung saja. itulah salah satu saran bila kapal yang kita naiki karam.
Tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun di Danau Toba pada Senin, (18/06) dianggap banyak kalangan sebagai pengingat buruknya manajemen transportasi laut di Indonesia. Lebih dari 180 penumpang dilaporkan hilang.
Bahwa standar keselamatan transportasi laut sangat rendah telah menjadi anggapan umum warganet. Seorang pembaca BBC, Bambang Arihta Surbakti, menceritakan bahwa pekan lalu dia berada di pelabuhan yang sama, Tigaras.
“Volume kendaraan sangat banyak untuk penyeberangan wisata, tapi tidak ada kelihatan boat petugas untuk pengamanan ataupun evakuasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan,” kata Bambang. Banyak komentar senada dikemukakan para pembaca BBC Indonesia.
Karena masih ada kebiasaan : Asal Ma Borhat..
Naek naek… Karena jarak memang tidak jauh jauh, seperti naik angkutan.. Jadi memang rada bagaimana jika harus nyatet2 nama..
Ajaklah Tetua Tetua disana berdoa bersama sebelum melakukan pencarian lagi. https://t.co/Bdu9IhriLY— Random Topics (@ibehnababan) June 20, 2018
Ntahlahhh, nangis x aku. Sumpahh sedih x hati ini dan marah semarah2nya sm pemerintah sumut. Dr jaman dulu smpe skrg g pernah ada standar safety di danau toba ini. Team sar pn g standby. Dikiranya nyawa manusia kek nyawa nyamuk! Taik lah. Korupsi aja taunya.
— msmoody (@msmoody99) June 20, 2018
Lah waktu kami sekeluarga naik kapal mengililingi danau toba juga gak nanya 'mana izinnya coba saya lihat dulu'. Apalagi ini lebaran. https://t.co/o0PnJDSzwW
— Ersa Tri Wahyuni (@ErsaTriWahyuni) June 19, 2018
Mengantisipasi kecelakaan, warganet berbagi kiat selamat naik kapal laut:
1. Pakai pelampung duluan
2. Kalau perahunya penuh, jangan naik
Stuart McDonald, pelancong dari Travelfish.org pun menuliskan kiat keselamatan naik kapal laut sesuai pengalamannya naik kapal di Asia Tenggara selama ini. Salah satu saranya adalah jika perahu penuh, jangan naik. Jika sopir mabuk, jangan naik juga.
1) Boats sink fast. If the boat is overloaded, don’t get on.
2) If the captain is stoned or drunk, don’t get on. Likewise if you are stoned or drunk, don’t get on.
3) If the boat actually has life jackets, position yourself near them. Make sure they are not locked to something.— Stuart McDonald (@travelfish) June 20, 2018
3. Duduk dekat pintu keluar
Stuart justru menyarankan untuk duduk di atap kapal (jika mungkin, dan jika nampak aman). Jika tidak, duduklah di dekat pintu atau jendela. Tapi pastikan pintu dan jendela itu bisa dibuka dan muat untuk keluar.
4) If it is possible (and safe) to sit on the roof, do so.
5) If you can’t sit on the roof, sit near a door or window that can be opened and that you can fit through—make sure that the window can be opened.— Stuart McDonald (@travelfish) June 20, 2018
Mengapung lebih baik dari berenang
Royal National Lifeboat Institution (RNLI), lembaga Inggris yang berfokus pada penyelamatan di laut menjelaskan bahwa korban kapal yang karam harus berusaha untuk mengapung.
Mengapung setelah tercebur ke air, punya kemungkinan besar menyelamatkan nyawa daripada langsung mencoba berenang.
Insting untuk langsung berenang dan panik, justru meningkatkan kemungkinan air masuk ke paru-paru, dan membebani jantung.
RNLI menyarankan untuk mencoba mengapung dengan tenang ketika Anda tercebur ke air. Selama 60-90 detik pertama, mengapung dengan tenang sambil menenangkan diri dari kekagetan dan mengatur pernafasan.
Posisi yang disarankan adalah dengan telentang, dan tetap tenang serta mengatur napas.
Tapi masalahnya, menurut survei RNLI, hanya 3 persen responden yang mengatakan mereka akan mencoba mengapung jika terjatuh ke air. 40 persen mengatakan bahwa reaksi otomatis mereka adalah berenang.
“Penting sekali untuk mencoba mengabaikan insting untuk langsung berenang,” kata Manajer Keamanan Pesisir RNLI Ross Macleod. Dia meminta semua orang untuk mempelajari dan melatih keterampilan mengapung di air, karena itu bisa menjadi pembeda antara hidup dan mati.
Mungkinkah penumpang bisa bertahan hidup di Danau Toba?
Pada tahun 2015, Fransiskus Subihardayan (saat itu 22 tahun) selamat setelah tiga hari mengapung di danau Toba.
Fransiskus adalah satu dari lima penumpang Helikopter Eurocopter EC-130 yang lepas landas dari helipad Siparmahan, Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Minggu 11 Oktober 2015. Helikopter tersebut seharusnya tiba di Bandara Internasional Kualanamu, pukul 12.45 WIB, namun tidak pernah mendarat.
Menurut Fransiskus, yang paling utama adalah tenang.
Setelah itu Fransiskus berusaha tidak banyak bergerak dan berusaha mengapung. Dia memasukkan enceng gondok yang dia temukan di sekitarnya, ke dalam bajunya untuk membantunya mengapung dengan lebih mudah.
Selama tiga hari terapung, Fransiskus tidak makan. Tapi karena terapung di danau air tawar, dia dapat minum air danau untuk menghindari dehidrasi.
“Korban dalam kondisi lemas, kita temukan di perairan dekat Desa Onan Baru sekitar pukul 13.00 WIB,” kata juru bicara Basarnas Medan, Hisar Turnip, kepada wartawan BBC Indonesia pada tahun 2015. Fransiskus ditemukan pada Selasa siang, dan helikopter jatuh pada Minggu siang.
Sumber : BBC.com