Ratusan Warga Sipil Dievakuasi Dari Kantong Pertahanan Terakhir ISIS

0
782

Ratusan warga sipil telah dievakuasi dari desa terakhir di Suriah yang masih dikuasai oleh kelompok yang menyebut diri mereka Negara Islam (ISIS).

Sebuah iring-iringan pada Rabu (20/2) mengevakuasi ratusan pria, perempuan dan anak-anak dari desa Baghuz, dekat perbatasan Irak.

Aliansi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS mengatakan mereka sedang menunggu pemindahan para warga sipil sebelum melancarkan serangan terhadap milisi yang “menyusup di dalam”.

Mereka yang dipindahkan sedang diseleksi, kemudian dibawa ke kamp-kamp, ​​kata SDF.

Diperkirakan sekitar 300 milisi ISIS sembunyi di kantong kecil di wilayah itu.

Kapan kantong pertahanan terakhir ISIS bisa dijatuhkan?

Terdapat laporan yang saling bertentangan mengenai kapan SDF bisa merebut kantong pertahanan terakhir ISIS.

Koalisi pimpinan AS yang memerangi ISIS mengatakan, para milisi “paling militan” tetap berada di dalam Baghuz.

SDF mengatakan kelompok itu menunggu konfirmasi semua warga sipil keluar sebelum menyerbu Baghuz.

“Pasukan kami mengatakan sejak awal bahwa mereka memiliki dua opsi: menyerah tanpa syarat atau melanjutkan pertempuran hingga akhir,” kata juru bicara SDF, Mustafa Bali, kepada kantor berita Reuters.

Sebanyak 2.000 orang mungkin telah meninggalkan kantong pertahanan tersebut pada Rabu (20/2), lapor Reuters.

Juru bicara SDF lainnya, Adnan Afrin, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa sejumlah milisi ISIS kedapatan menyusup dalam proses evakuasi.

“Warga sipil dan pejuang dari banyak negara telah menyerah,” katanya, seraya menambahkan “ada sekelompok pejuang ISIS yang disembunyikan di antara warga sipil … tetapi sejauh yang kami tahu, rekan-rekan kami telah menangkap mereka.”

Seperti apa kondisi warga sipil?

Sekitar 20.000 orang diperkirakan telah meninggalkan daerah itu dalam beberapa pekan terakhir, namun dalam beberapa hari belakangan proses evakuasi mengalami kendala.

Pada Selasa (19/2), PBB mengatakan sekitar 200 keluarga dicegah untuk pergi oleh milisi ISIS.

Kepala Badan Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet memperingatkan, warga sipil di daerah itu yang terperangkap bakal menjadi sasaran pemboman udara dari koalisi pimpinan AS dan sekutu pasukan Suriah.

“Warga sipil terus digunakan sebagai bidak oleh berbagai pihak,” kata Bachelet, menyerukan kepada para pejuang untuk membiarkan para warga sipil melakukan perjalanan secara aman.

Tidak lama kemudian, iring-iringan sekitar 50 truk tiba di pinggir desa untuk membantu mereka keluar.

Pada Rabu (20/2) setidaknya 15 dari kendaraan itu dilaporkan melakukan perjalanan oleh wartawan di tempat kejadian.

Ribuan orang yang melarikan diri dalam beberapa pekan terakhir telah dibawa oleh SDF ke sebuah kamp darurat untuk para pengungsi di al-Hol, di provinsi Hassakeh.

Di antara mereka adalah istri dan anak-anak dari militan ISIS dan banyak warga negara asing, termasuk remaja Inggris Shamima Begum, yang berusia 15 tahun ketika dia melarikan diri dari rumahnya untuk bergabung dengan ISIS empat tahun lalu.

Begum yang baru saja melahirkan seorang putra, mengatakan dia ingin kembali ke Inggris. Namun, pemerintah mengumumkan dia telah menanggalkan kewarganegaraan Inggris-nya. Keluarga Begum akan mencoba memperjuangkan status kewarganegaraannya.

Tidak disebutkan apakah ada warga asal Indonesia di antara mereka yang dievakuasi dari kantong pertahanan ISIS.

Secara terpisah, seorang perempuan yang melarikan diri dari Alabama untuk bergabung dengan kelompok Islam militan ini juga telah diberitahu bahwa dia tidak dapat kembali.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Hoda Muthana, 24, tidak memiliki “dasar hukum” untuk mengklaim kewarganegaraan Amerika atau memasuki kembali negara itu.

Apakah ini berarti akhir dari ISIS?

Jatuhnya Baghuz sangat signifikan – tetapi para ahli telah memperingatkan ideologi kelompok itu bertahan lama.

Pada puncaknya, lima tahun lalu, ISIS menguasai 88.000 km persegi wilayah yang membentang dari Suriah barat ke Irak timur.

Mereka memproklamirkan pembentukan “kekhalifahan”, memaksakan aturan brutalnya pada hampir delapan juta orang, dan menghasilkan miliaran dolar dari minyak, pemerasan, perampokan, dan penculikan.

Meskipun banyak pejuang sudah dikalahkan di Suriah, namun masih banyak militan yang berafiliasi dengan ISIS di kantong-kantong di penjuru dunia.

Para ahli memperingatkan bahwa individu yang terinspirasi oleh kelompok ini akan terus melakukan serangan meskipun telah kehilangan wilayah mereka.