Perpindahan penduduk merupakan salah satu topik yang paling menimbulkan perpecahan di era sekarang.
Tetapi sejumlah faktor tentang pergerakan orang di dunia itu mungkin mengejutkan kita.
Bagian kecil
Apakah kita tahu, sebagai contoh, bahwa 4% dari penduduk dunia bermukim di negara lain dan bukannya di negara kelahirannya?
“Ada banyak pembahasan tentang ledakan imigran, tetapi data yang ada menunjukkan gambaran yang berbeda,” kata ahli kependudukan Prancis, Gilles Pison kepada BBC.
Pison, seorang profesor madya di Institut Nasional Studi Kependudukan (Ined) di Paris, adalah penyusun hasil penelitian baru yang memberikan gambaran tentang migrasi global.
Salah satu kesimpulan Pison adalah persepsi perpindahan penduduk dapat berbeda sama sekali dari informasi yang tersedia tentang membanjirnya orang.
Ia menggunakan contoh kejadian yang disebut sebagai krisis migrasi Eropa tahun 2015 yang dipicu oleh instabilitas di Timur Tengah, khususnya karena perang saudara Suriah.
“Meskipun skalanya besar, khususnya di Eropa, arus migran yang dicatat sejak 2015 karena perang di Timur Tengah tidak secara sifnifikan mengubah gambaran global tentang migrasi internasional,” kata Pison.
“PBB mengatakan terdapat sekitar 258 juta migran internasional pada tahun 2017, hanya sebagian kecil dari seluruh penduduk dunia (3,4%).”
“Dan proporsi imigran baru meningkat sedikit selama dekade-dekade terakhir – 30 tahun lalu, pada tahun 1990, tercatat 2,9%, dan tahun 1965 tercatat 2,3%. Angka itu mungkin hanya mengalami perubahan sedikit selama 100 tahun terakhir,” tambahnya.
Amerika Serikat tercatat sebagai negara yang paling banyak mempunyai penduduk dari kalangan imigran di dunia: 49,8 juta, berdasarkan data tahun 2015.
Dengan jumlah itu maka sekitar 15% dari total penduduk Amerika Serikat adalah imigran.
Namun jika dihitung berdasarkan persentase imigran dibandingkan keseluruhan jumlah penduduk di satu negara, Uni Emirat Arab menduduki urutan paling atas.
Delapan juta imigran atau 88% dari jumlah penduduk Uni Emirat Arab adalah imigran.
Tren baru
Data itu mencerminkan ketergantungan Uni Emirat Arab terhadap tenaga kerja terampil dan nonterampil dari luar negeri, termasuk dari Indonesia dan Bangladesh.
Penelitian ini menunjukkan bagaimana distribusi migrasi global telah berubah selama 10 tahun terakhir.
Pada dekade-dekade sebelumnya, arus manusia dari belahan utara ke belahan selatan yang lebih miskin umum terjadi.
Sekarang, sebagaimana ditunjukkan hasil riset Pison, kelompok terbesar terdiri dari pergerakan selatan-ke-selatan — yaitu orang-orang yang dilahirkan di negara berkembang dan kemudian berpindah ke negara berkembang lainnya.
Pada tahun 2017, jumlah kelompok tersebut lebih besar dibandingkan jumlah orang yang berpindah dari negara-negara miskin ke negara-negara kaya.
Tiga negara Eropa, Swiss, Inggris dan Spanyol, masuk ke daftar 10 negara dengan proporsi imigran besar.
Namun, berdasarkan hasil studi itu pula, Spanyol tergolong negara baru tujuan para imigran.
Negara-negara sumber imigran
“Spanyol tergolong sebagai negara yang penduduknya berpindah ke negara lain sampai akhir tahun 1980-an tetapi sekarang merupakan negara yang 13% penduduknya adalah imigran, mirip dengan Amerika Serikat,” jelas Gilles Pison.
Bagaimana dengan negara-negara yang banyak penduduknya berpindah ke negara lain?
Dari segi jumlah belaka, tidaklah mengherankan jika India menduduki peringkat pertama di daftar negara-negara yang penduduknya banyak berpindah ke negara lain. Sekitar 16 juta warga India bermukim di luar negeri, sedikit lebih dari 1% total penduduk India. Di peringkat kedua adalah Meksiko dengan 12,5 juta orang , atau satu dari 10 warga Meksiko).
Namun jika dilihat dari proporsi, ranking negara-negara berbeda lagi.
Negara pengirim migran terbesar adalah negara kecil Bosnia-Herzegovina. Lebih dari 45% dari total penduduk 3,5 juta jiwa kini tinggal di luar negeri.
Cape Verde dan Albania juga berada di tempat atas dari sisi jumlah warga yang meninggalkan negara mereka untuk bermukim di negara lain jika dibandingkan dengan proporsi total penduduk.
“Imigrasi menjadi masalah peka di sejumlah negara dan terdapat ketakutan besar yang tidak berdasar,” kata Pison.
Penelitian Pison ini juga menggarisbawahi negara-negara yang menjadi “pengirim” dan sekaligus “penerima”. Salah satu contohnya adalah Inggris. Masalah imigrasi menjadi persoalan amat penting dalam agenda politik dan mempunyai andil besar dalam mempengaruhi keputusan warga Inggris untuk keluar sebagai anggota Uni Eropa.
Jumlah penduduk Inggris dari kalangan imigran mencapai 8,4 juta orang, Inggris juga menduduki tempat atas di daftar negara-negara yang penduduknya banyak berpindah ke negara lain, total 4,7 juta, atau 7,2% warga Inggris tinggal di luar negeri.