Presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan untuk mencabut pengecualian sanksi bagi China, India, Jepang, Korea Selatan dan Turki yang masih membeli minyak dari Iran.
Dalam pengumuman pada Senin (22/04), Gedung Putih mengatakan pengecualian yang selama ini diberikan kepada China, India, Jepang, Korea Selatan dan Turki akan berakhir pada bulan Mei. Sesudah masa itu, negara-negara tersebut terancam dikenai sanksi AS jika terus membeli minyak dari Iran.
Tujuan pencabutan pengecualian sanksi itu adalah untuk benar-benar melumpuhkan ekspor minyak Iran sebagai sumber pendapatan utama negara.
Iran selama ini menegaskan sanksi AS yang diterapkan terhadap negara itu adalah ilegal. Presiden Trump kembali memberlakukan sanksi kepada Iran tahun lalu setelah menarik diri dari kesepakatan nuklir bersejarah tahun 2015 antara Iran dengan enam kekuatan dunia.
AS ingin paksa Iran berunding lagi
Berdasarkan kesepakatan itu, Iran setuju membatasi aktivis nuklirnya dan mengizinkan inspektur internasional melakukan pemeriksaan, sebagai imbalan atas pencabutan sanksi yang sebelumnya diberlakukan.
Pemerintah AS berharap dapat memaksa Iran berunding untuk menelurkan “kesepakatan baru” yang tidak hanya mencakup aktivitas nuklirnya, tetapi juga program rudal balistik dan sekaligus hal yang disebut para pejabat sebagai “tingkah laku jahat” di Timur Tengah.
Sanksi terhadap Iran telah melumpuhkan perekonomian negara itu, menyebabkan nilai mata uang mencapai titik terendah, inflasi tahunan melonjak empat kali lipat, membuat investor asing menarik diri, dan memicu protes.
Pada November, AS kembali menerapkan sanksi terhadap Iran di sektor energi, pembuatan kapal, pelayaran, dan sektor perbankan yang diidentifikasi sebagai “area inti” dari perekonomian Iran.
Namun demikian, AS memberikan pengecualian sanksi ekonomi selama enam bulan kepada delapan pembeli minyak mentah Iran – China, India, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Turki, Italia dan Yunani – untuk memberikan waktu kepada negara-negara itu mencari sumber alternatif dan sekaligus mencegah syok di pasar minyak dunia.
Tiga pembeli – Yunani, Italia dan Taiwan – tidak lagi mengimpor minyak dari Iran. Namun negara-negara lainnya dilaporkan meminta perpanjangan pengecualian.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan keputusan Presiden Trump untuk tidak memperpanjang pengecualian menunjukkan bahwa pemerintah AS “secara dramatis meningkatkan tekanan dengan cara yang terukur demi memenuhi tujuan keamanan nasional sementara tetap menjaga stok pasar minyak dunia”.
“Kami mendukung sekutu dan mitra kami ketika mereka beralih dari minyak mentah Iran ke alternatif lainnya,” ia menambahkan.
“Kami telah melakukan diskusi yang panjang dan produktif dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan produsen utama lainnya untuk memudahkan transisi ini dan memastikan pasokan yang cukup. Langkah ini, selain meningkatkan produksi AS, menggarisbawahi keyakinan kami bahwa pasar energi akan tetap terpasok dengan baik. ”
Apa dampaknya terhadap harga minyak?
Harga patokan global minyak mentah Brent naik 3,33% menjadi US$74,37 per barel dalam perdagangan pada hari Senin — yang tertinggi sejak 1 November.
Sementara Minyak AS – dikenal sebagai West Texas Intermediate – itu naik 2,90% menjadi US$65,93.
Dalam beberapa bulan terakhir, harga minyak telah naik akibat kesepakatan antara kartel Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari.
Bagaimana reaksi dari negara-negara yang terdampak?
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menepis keputusan Trump, mengatakan negara tersebut “tidak dan tidak pernah mengaitkan nilai maupun kredibilitas pada pengecualian sanksi”.
Namun juru bicara Kemenlu Iran Abbas Mousavi menambahkan bahwa karena efek negatif sanksi AS, Iran “terus melakukan kontak” dengan mitra internasionalnya dan akan bertindak sebagaimana mestinya.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mencuit bahwa langkah AS “tidak mendukung perdamaian dan stabilitas regional, dan hanya akan mencederai rakyat Iran”.
“Turki menolak sanksi sepihak dan pemaksaan dalam cara berhubungan dengan negara tetangga,” imbuhnya.
China sebelumnya mengatakan bahwa mereka menentang sanksi AS, yang diterapkan secara sepihak.
“Kerjasama China-Iran terbuka, transparan, dan sesuai dengan hukum. Ini harus dihormati,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang kepada wartawan.
Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga, dikutip Financial Times mengatakan seharusnya tidak ada “dampak negatif pada operasi perusahaan Jepang”. Kilang-kilang minyaknya dilaporkan menghentikan impor dari Iran pada bulan Maret.
Pemerintah India sedang mempelajari implikasi dari pengumuman AS, lansir kantor berita PTI dengan mengutip sebuah sumber. Negara itu dilaporkan berharap dapat terus mengurangi impor minyak dari Iran secara bertahap.
Korea Selatan berhenti membeli minyak dari Iran selama empat bulan sebagai akibat dari sanksi, tapi kembali mengimpor pada Januari. Pada bulan Maret, negara tersebut mengimpor 284.600 barel per hari.