Twitter mencatatkan keuntungan pada kuartal pertama tahun ini mencapai US$191 juta atau sekitar Rp2,67 triliun, naik tiga kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu US$61 juta. Sementara pendapatan hanya meningkat 18 persen menjadi US$787 juta.
Basis pengguna global media sosial ini menunjukkan pertumbuhan yang moderat. Perusahaan baru-baru ini melakukan perubahan perhitungan basis penggunanya.
Metode perhitungan lama lama menunjukkan jumlah pengguna aktif bulanan mencapai 330 juta pada Januari-Maret 2018, naik 9 juta dibanding kuartal terakhir. Namun, turun sedikit dari tahun lalu.
Twitter saat ini tak lagi menggunakan metode perhitungan tersebut. Sebagai gantinya, mereka menghitung penguna harian mencapai 134 juta, naik dari tahun lalu sebanyak 120 juta.
CEO Twitter Jack Dorsey menyebut Twitter telah mendapat manfaat dari gerakan menutup kontenk kasar dan tidak otentik yang telah merusak reputasi mereka selama ini.
“Kami mengambil pendekatan yang lebih proaktif untuk mengurangi penyalahgunaan dan dampaknya di Twitter,” ujar CEO Twitter Jack Dorsey dikutip dari AFP, Selasa (23/4).
Seperti halnya Facebook, Twitter telah berada di bawah tekanan terkait masalah privasi dan pengaruh aktivitas politik pada layanannya. Twitter telah bekerja sama menghapus ribuan akun spam dan mencurigakan yang disebut membuat jumlah pengguna bulanannya menurun pada kuartal terakhir.
Pada pengiklan yang menjadi sumber pemasukan utama Twitter menyambut baik langkat tersebut. Namun, perusahaan hingga kini masih bergulat pada prospek regulasi di AS dan luar negeri, serta dugaan bahwa pembersihan yang dilakukan oleh Twitter merupakan upaya sensor.
Dikutip dari Reuters, Twitter juga beberapa kali mendapat kritik dari Presiden AS Donald Trump. Kendati demikian, Trump tercatat sebagai pengguna aktif media sosial tersebut dengan pengikut mencapai hampir 60 juta.
“Hal terbaik yang pernah terjadi pada Twitter adalah Donald Trump,” tulis Trump pada akun Twitternya.
Trump mengkritik Twitter tidak memperlakukannya dengan baik sebagai seorang Republikan. Ia juga menyebut Twitter diskirimatif dan menghalangi banyak orang untuk mendaftar.