Iran mengatakan telah menahan 17 mata-mata yang menurut Tehran bekerja untuk badan intelijen Amerika CIA, dan menjatuhkan hukuman mati bagi sebagian dari mereka.
Kementerian Intelijen Iran mengatakan para tersangka mengumpulkan informasi dalam sektor vital seperti militer dan aktivitas di area nuklir.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyanggah klaim yang menyebutkan bahwa laporan itu “salah total”.
Hubungan antara kedua negara tegang dalam beberapa minggu terakhir.
Presiden Trump tahun lalu menghentikan kesepakatan nuklir dengan Iran dan Washington menerapkan sanksi ekonomi terhadap Teheran.
Dalam beberapa minggu terakhir, kedua belah pihak hampir terlibat dalam konflik militer di Teluk.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo juga menyatakan keraguan atas penahanan itu dengan mengatakan Iran “memiliki sejarah panjang berbohong”.
Iran mengatakan mereka yang dituduh mata-mata ditahan dalam 12 bulan terakhir sampai Maret tahun ini.
Ke 17 orang itu adalah orang Iran yang bekerja di “tempat-tempat sensitif” di fasilitas militer dan nuklir serta sektor swasta, kata pejabat intelijen kepada wartawan.
Ia tidak menyebutkan berapa orang yang dihukum mati atau kapan hukuman dijatuhkan.
Bulan lalu, Iran mengatakan telah menghancurkan jaringan terkait CIA dan badan keamanan Amerika, menurut media resmi.
Hari Jumat lalu (19/07), Iran menyita kapal tanki berbendera Inggris di Selat Hormuz.
Teheran sebelunnya memperingatkan bahwa mereka akan balas dendam setelah Inggris menyita kapal tanki Iran di lepas pantai Gibraltar.
Bulan lalu, Iran menembak jatuh wahana pengintai AS di teluk dan menuduh Washington melanggar aturan udara. Tetapi militer AS mengatakan wahana itu berada di perairan internasional.
AS juga menyalahkan Iran atas dua serangan terpisah terhadap tanki minyak di Teluk Oman pada bulan Mei dan Juni, tuduhan yang disanggah Teheran.
Ketegangan antara dua negara meningkat tajam sejak AS memperketat sanksi dalam sektor minyak Iran menyusul penarikan sepihak kesepakatan nukir yang diraih pada 2015.