Instagram Tambah Fitur untuk Tandai Informasi Palsu

0
721

Instagram telah menambahkan opsi atau pilihan bagi pengguna untuk melaporkan unggahan yang mereka anggap salah. Hal ini dilakukan perusahaan untuk membendung beredarnya informasi palsu dan pelanggaran lain dalam layanan mereka.

“Ini adalah langkah awal kami untuk berupaya menuju pendekatan yang lebih komprehensif untuk mengatasi informasi yang salah,” kata Juru Bicara Facebook Stephanie Otway kepada Reuters.

Langkah ini dilakukan Facebook sebab beredar kabar bahwa Instagram menjadi sasaran empuk elit politik Rusia untuk menyebarkan informasi palsu sejak pemilihan presiden Rusia 2018.

“Penilaian kami adalah bahwa Instagram kemungkinan akan menjadi medan pertempuran utama [aktor politik Rusia] secara berkelanjutan,” tutur Otway.

Upaya Facebook untuk menangkal informasi palsu sebenarnya sudah dilakukan pada Mei lalu, di mana perusahaan menggunakan sistem pendeteksian gambar untuk menemukan konten yang tidak sesuai dengan Pedoman Komunitas.

Selain itu, Facebook juga mengerahkan sejumlah kontraktor yang tergabung di dalam tim pengecekan fakta yang bekerja dalam 42 bahasa.

Demi melancarkan langkah Facebook untuk memberantas informasi palsu yang beredar di layanan media sosial mereka, salah satu mitra pengecekan fakta Facebook, Full Fact bahkan meminta perusahaan untuk memberikan banyak data terkait bagaimana konten itu ditandai dari waktu ke waktu.

Sebagai informasi, Facebook melaporkan pihaknya telah menghapus 97 akun, laman, dan grup pada Mei lalu. Perusahaan milik Mark Zuckerberg ini mengatakan sebagian besar akun yang dihapus digunakan untuk menyebarkan informasi menyesatkan yang berasal dari Rusia.

Raksasa media sosial ini mengatakan akun, laman, dan grup tersebut menerapkan taktik serupa untuk menyesatkan orang lain dengan informasi hoaks yang mereka buat. Secara rinci ada 62 akun, 10 laman, dan 25 grup yang dihapus Facebook.

Aksi ‘bersih-bersih’ Facebook berlanjut setelah sebelumnya melaporkan telah menghapus 2.632 halaman, grup, dan akun yang diduga memiliki keterkaitan dengan Iran, Rusia, Makedonia, dan Kosovo dengan dalih menyebar propaganda.

Sumber : CNN [dot] COM