Puluhan ribu penduduk sipil mengungsi dari pertempuran di Suriah utara dan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan, menurut laporan PBB.
Turki sedang melanjutkan operasi militer lintas batas untuk menyerang kekuatan Kurdi di kawasan itu, dan Dewan Keamanan PBB menyatakan “sangat khawatir” situasinya bisa memburuk.
Puluhan penduduk sipil dan petempur telah tewas sejak serangan itu terjadi – yang dimulai sejak penarikan tentara AS dari kawasan tersebut minggu lalu. Pasukan Kurdi – yang tadinya merupakan sekutu AS – kini meminta bantuan militer Suriah.
Di tengah keadaan seperti itu, bagaimana situasinya bagi orang sipil kebanyakan?
Ribuan orang mengungsi
Pasukan Turki dan aliansi pemberontak Suriah meluncurkan operasi minggu lalu untuk mendorong milisi Kurdi Suriah menjauh dari perbatasan. Turki ingin membentuk “zona aman” di mana pengungsi dari Suriah – kebanyakan orang Turki – bisa mendapatkan pemukiman.
Serangan udara, senjata berat dan serangan darat telah menewaskan penduduk sipil dari kedua pihak, termasuk anak-anak.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengingatkan hari Minggu (13/10) bahwa perang ini berisiko menciptakan “situasi darurat kemanusiaan yang tak tertahankan”.
Sedikitnya 160.000 penduduk sipil telah meninggalkan rumah mereka, menurut Kantor PBB untuk Kordinasi Kemanusiaan (OCHA). Beberapa laporan menyatakan 1.000 orang telah melintasi perbatasan ke Irak.
Sementara itu UNICEF memperkirakan hampir 70.000 anak-anak ikut terusir dari rumah mereka.
Jumlah orang yang membutuhkan bantuan dalam beberapa hari ini bisa mencapai 400.000 orang, menurut lembaga-lembaga kemanusiaan.
Hari Selasa (15/10), beberapa organisasi nonpemerintah dan staf internasional terpaksa meninggalkan wilayah tersebut karena situasi yang memburuk, menurut lembaga Bulan Sabit Merah Kurdi.
Lembaga kemanusiaan menemui kesulitan untuk menyediakan bantuan di beberapa kota seperti Ras al-Ain, Ain Issa dan Tal Abyad karena situasi yang panas.
Sekjen PBB António Guterres meminta adanya “akses bantuan kemanusiaan yang tak terputus dan aman bagi penduduk sipil yang membutuhkan” agar organisasi kemanusiaan bisa menjalankan pekerjaan mereka.
Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan situasi kemanusiaan “mengerikan” karena penduduk sipil kabur dari rumah dan penampungan tanpa membawa apa-apa.
“Kami butuh segala macam. Kami butuh makanan, anak-anak butuh makanan. Kami terdiri dari 15 orang dan cucu-cucu saya tak punya orang tua” kata Thalja Modhi, yang kabur dari Ras al-Ain menuju kota Hassakeh.
Menurut OCHA, penduduk meninggalkan Ras al-Ain dan Tal Abyad. Namun banyak lagi yang diungsikan dari kamp sekitar yang didirikan untuk menampung orang yang mengungsi dari perang melawan kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS di Suriah.
“Kami mencoba menjangkau sebanyak mungkin orang dan mengirim bantuan paket makanan saat puluhan ribu orang meninggalkan daerah mereka setiap harinya,” kata Corinne Fleischer, Direktur WFP Suriah hari Senin (14/10).
Sebelum operasi militer Turki dimulai, Suriah utara sudah menjadi tempat penampungan bagi pengungsi yang menghindari perang di berbagai wilayah lain. Puluhan ribu orang menghuni berbagai kamp di seluruh wilayah itu.
Namun perang kini mengancam keselamatan mereka sekali lagi.
OCHA juga “sangat khawatir” mengenai nasib penduduk di Tal Tamer yang menampung banyak pengungsi, karena operasi militer sedang mendekat ke sana.
Rumah sakit kota itu – salah satu dari sedikit yang masih beroperasi – telah menerima ribuan korban dalam beberapa hari terakhir.
Kebanyakan pengungsi ditampung oleh keluarga, teman atau komunitas setempat. Selain itu ada “penampungan bersama” di seluruh wilayah di mana mereka dibantu sebelum ditempatkan di akomodasi yang lebih aman.
PBB mengawasi dua kamp pengungsi di Ain Issa dan Mabruka, sembari memindahkan mereka ke kamp di daerah selatan. Namun beberapa keluarga masih ada di Mabruka.