Ratusan orang tua menunggu anak mereka yang ikut berdemonstrasi dan kini terperangkap di dalam lingkungan kampus Universitas Politeknik Hong Kong (PolyU). Kepolisian Hong Kong telah mengepung kampus tersebut dan menangkap para demonstran.
Dari pemantauan wartawan BBC News, Grace Tsoi, para orang tua bergabung dalam aksi damai di bagian timur Tsim Sha Tsui, kawasan turis yang berjarak sekitar 300 meter dari kampus.
Ibu Ng adalah salah satu orang tua tersebut. Dia mengetahui putranya adalah salah satu pendemo yang terperangkap di dalam kampus.
“Putra saya takut karena dia tidak belum pernah menghadapi situasi darurat sendirian,” kata Ibu Ng, yang sudah berada di jalan dekat kampus sejak Minggu (17/11) malam.
Sembari menangis, Ibu Ng mengaku bangga pada putranya yang berusia 18 tahun itu.
“Putra saya tidak menangis. Dia kuat dan suka membantu orang lain. Saya bilang ke dia bahwa ‘kamu tidak salah, kamu anak hebat’. Saya juga bilang, ‘ibu tidak menyalahkanmu’.”
Ibu Ng mengatakan telah meminta putranya untuk tetap berada di dalam kampus dan menunggu untuk dijemput. Dia menegaskan pemerintah harus memikul tanggung jawab atas kekacauan di Hong Kong.
“Pemerintah makin lama makin ceroboh. Mereka mengabaikan tuntutan yang sangat sederhana dari warga!,” cetusnya.
“Saya tidak lahir di Hong Kong, namun saya sangat cinta Hong Kong. Hong Kong adalah tempat yang indah namun sekarang jadi begini. Hancur hati saya!”
Kabur dari kampus
Kepolisian masih mengepung sekitar kampus PolyU, tempat ratusan pendemo diperkirakan masih bertahan.
Sekitar 100 demonstran yang berupaya kabur dari kampus direspons polisi dengan tembakan gas air mata serta peluru karet. Beberapa di antara pendemo turun dari jembatan menggunakan tali dan ada pula yang menumpang sepeda motor.
Kepolisian menahan sejumlah demonstran.
Aparat telah memerintahkan mereka yang masih bertahan di kampus untuk meninggalkan senjata rakitan mereka dan menyerah. Sampai saat ini tidak diketahui berapa jumlah pendemo yang masih bertahan di dalam kampus.
Seorang pendemo di kampus mengatakan kepada BBC bahwa beragam pasokan, termasuk peralatan P3K, sudah menipis.
PolyU diduduki oleh para pendemo selama beberapa hari terakhir. Namun, pada Minggu (17/11) , kepolisian melepaskan tembakan gas air mata dan meriam air yang dibalas bom molotov, batu bata, serta benda-benda lainnya oleh para pendemo.
Keesokan harinya, pukul 05.30 waktu setempat, wartawan BBC menyaksikan api berkobar di pintu gerbang PolyU tempat para demonstran melemparkan bom molotov dan menembakkan panah dari balik barikade guna menghalau polisi yang hendak mengambil alih kampus.
Aparat sudah memperingatkan bahwa mereka bisa menggunakan peluru tajam jika para demonstran tidak berhenti menyerang mereka.
Guna mendinginkan situasi, pada Senin (18/11) malam, beberapa figur terkemuka dibolehkan polisi untuk masuk ke dalam kampus dan mencoba membujuk para pendemo untuk hengkang.
“Situasinya makin lama makin berbahaya,” kata Jasper Tsang, politisi pro-Beijing yang pernah menjabat ketua Dewan Legislatif Hong Kong, kepada kantor berita Reuters.
Sementara itu, China memperingatkan bahwa “seorang pun tidak boleh meremehkan kemampuan [China] untuk melindungi kedaulatannya dan stabilitas Hong Kong”.
Pemerintah Inggris telah mendorong agar “aksi kekerasan diakhiri dan semua pihak terlibat dalam dialog politik yang bermakna”.