Boris Johnson tetap menduduki jabatan perdana menteri Inggris, sesudah partainya meraih mayoritas dengan menang telak 76 kursi parlemen (dengan hanya satu tersisa yang belum diumumkan).
Ia menyatakan akan bekerja “siang malam” untuk membayar kepercayaan para pemilih sesudah Partai Konservatif meraih kursi mayoritas yang terbesar sejak kemenangan mereka tahun 1987.
Johnson juga mengatakan kemenangan ini memberinya mandat untuk “menuntaskan Brexit” dan mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa bulan depan.
Apa yang menjadi kunci bagi keberhasilannya?
Dampak Brexit
Janji Boris Johnson untuk menuntaskan Brexit tampak menggoyang kursi ke arah partainya, bahkan di daerah yang dulunya aman bagi Partai Buruh.
Dukungan ke Partai Konservatif meningkat empat poin di kawasan Midlands, Timur Laut dan Yorkshire – wilayah-wilayah di Inggris yang paling keras memilih untuk keluar dari Uni Eropa.
Sebaliknya, Konservatif mundur satu poin di London dan daerah Tenggara.
Di sisi lain, suara Partai Buruh jatuh drastis 12 hingga 13 poin di Timur Laut dan Yorkshire, tapi tidak banyak di London dan daerah Selatan Inggris.
Partai Buruh mengalami pukulan besar di daerah tradisional mereka di daerah kelas pekerja, dan ikatan antara Buruh dengan kelas pekerja yang menjadi pendukung utama mereka kini menjadi tegang.
Terbelahnya Inggris dalam soal Brexit terlihat dalam peralihan kursi di seluruh negeri.
Partai Konservatif dan Partai Brexit – dua partai yang setuju keluar dari Uni Eropa tanpa perlu mengadakan referendum lagi – mendapatkan total 47% suara.
Perpecahan geografis
Secara teritorial, juga ada keterbelahan yang besar di seluruh Inggris Raya.
Partai-partai utama, Konservatif, Buruh dan Liberal Demokrat, hanya mendapat kursi sedikit di Skotlandia.
Suara di Inggris dominan diberikan kepada Partai Konservatif, partai yang mendominasi daerah pedesaan, tetapi juga tampak jelas di beberapa kota dan memenangkan daerah pertambangan seperti Blyth Valley.
Politisi partai Konservatif, Michael Gove, berterima kasih kepada pemilih yang dulunya memilih Buruh dan kini beralih ke partainya.
Kebayakan kursi untuk Partai Buruh di Inggris datang dari kawasan perkotaan dan industrial seperti London, Liverpool, Newcastle, dan Wales selatan.
Di Skotlandia, partai prokemerdekaan Scottish National Party (SNP) menang secara mencolok, hanya menyisakan 11 kursi untuk partai lain.
Para pengamat politik mengatakan hasil ini akan membawa kembali perdebatan soal kemerdekaan Skotlandia menjadi agenda teratas.
Apa yang akan terjadi dengan Skotlandia?
Nicola Sturgeon, Menteri Pertama Skotlandia dan pemimpin SNP mengatakan negaranya telah mengirim “pesan jelas” untuk mengadakan referendum kemerdekaan sekali lagi.
“Saya memenangkan mandat untuk menawarkan pilihan itu,” kata Sturgeon sesudah meraih 45% suara seraya menambahkan, “Skotlandia tak bisa ditahan di Inggris Raya jika itu bertentangan dengan keinginan kami.”
SNP meraih kemenangan besar di seluruh Skotlandia, memenangkan 48 dari total 59 kursi – bertambah 13 dari tahun 2017 – sementara Konservatif kehilangan tujuh dan Buruh kehilangan enam kursi.
SNP juga mengalahkan ketua Partai Liberal Demokrat, Jo Swinson di daerah pemilihan East Dunbartonshire, yang juga berkeinginan mencalonkan diri jadi perdana menteri.
Spekulasi yang berhasil
Boris Johnson meminta pemilu dipercepat karena beranggapan parlemen menghalangi rencananya untuk meninggalkan Uni Eropa.
Kampanyenya berfokus pada slogan “Ayo tuntaskan Brexit”.
Untuk memenangkan mayoritas suara, ia tahu ia perlu meyakinkan para pemilih yang secara tradisional mendukung Partai Buruh – dan tinggal di daerah pemilihan yang memilih Brexit – untuk beralih ke Konservatif.
“Boris Johnson berspekulasi bahwa ia bisa memenangkan pemilu dengan dukungan dari kota dan komunitas di mana memilih Partai Konservatif itu dianggap dosa,” kata editor politik BBC Laura Kuenssberg.
Dan ia berhasil.