Produsen audio Bose bakal menutup semua toko offline di Amerika Utara, Eropa, Jepang, dan Australia. Apa alasannya?
Dampak dari penutupan toko itu adalah ratusan karyawan Bose akan dirumahkan. Namun Bose mengaku akan memberikan bantuan terhadap para karyawan yang dirumahkan itu, termasuk dalam bentuk pesangon.
Penutupan 119 toko offline ini dilakukan karena saat ini konsumen lebih memilih untuk berbelanja melalui e-commerce. Sehingga Bose bakal berfokus untuk menjual produknya secara online, termasuk dari situs resmi mereka, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Kamis (16/1/2020).
Bose pertama kali membuka toko offline pada 1993, yang awalnya ditujukan untuk memajang produk-produk andalan mereka. Tujuannya adalah agar para calon konsumen bisa menjajal bermacam produk audio keluaran Bose.
“Awalnya, toko ritel kami berfungsi untuk memberikan pengalaman, memberi kesempatan pengujian, dan berdiskusi mengenai bermacam komponen, sistem hiburan di rumah berbasis CD dan DVD,” ujar Colette Burke, VP Global Sales Bose.
“Saat itu, ini adalah ide yang radikal, namun kami berfokus terhadap kebutuhan konsumen, dan di mana mereka membutuhkannya. Dan itu juga yang kami lakukan saat ini,” tambahnya.
Penutupan toko ini akan dilakukan secara bertahap selama beberapa bulan ke depan, dan ada 119 toko yang bakal ditutup. Namun, Bose masih mempertahankan banyak toko di sejumlah negara selain yang sudah disebut.
Saat ini mereka mempunyai 130 toko di China dan Uni Emirat Arab, serta sejumlah toko lain di India, Asia Tenggara, dan Korea Selatan.