Benarkah Obat Malaria Chloroquine Phosphate Ampuh Sembuhkan Virus Corona? Begini Faktanya

0
1621

Internet dan media sosial diramaikan dengan kabar yang mengklaim obat antimalaria chloroquine phosphate atau klorokuin fosfat dapat menyembuhkan pasien virus corona. Informasi tersebut diperkuat dengan riset yang menunjukkan ada “kemanjuran” dalam mengobati COVID-19.

Kabar yang juga beredar dalam pesan suara WhatsApp di Nigeria itu, ternyata tidak benar. Pasalnya, penelitian soal efektivitas chloroquine untuk mengobati pasien COVID-19 di jurnal PubMed tersebut masih sebatas hipotesis awal. Risetnya pun masih berlangsung hingga sekarang.

Para ahli juga memperingatkan agar tidak minum obat chloroquine tanpa resep dokter. Pejabat Inggris telah membuka penyelidikan ke situs web ilegal yang menjual obat malaria itu beralamat  coronavirusmedication.co.uk, menyusul investigasi yang dilakukan AFP.

Dalam rekaman suara WhatsApp selama dua menit, seorang pria yang berbicara bahasa Inggris dengan aksen Nigeria merangkum apa yang dia pelajari dari menonton video berbahasa Prancis. Dia menyebut dokter Prancis dan China “telah menemukan solusi untuk virus corona, dan solusi ini hanya   chloroquine — chloroquine normal yang biasanya kita gunakan di Afrika untuk menyembuhkan malaria dan demam.”

Dia juga menyebut, dokter merekomendasikan untuk mengonsumsi 500 mg chloroquine phosphate selama delapan hari. Pesan WhatsApp yang ia kirim juga menyematkan gambar satu boks berisi tablet chloroquine phosphate.

Dalam pesannya itu, ia juga menyebut chloroquine telah terbukti sebagai solusi dari virus corona SARS-CoV-2 karena mampu melawan virus yang masih satu keluarga dengan MERS-CoV dan SARS-CoV ini. Ia bahkan mendesak orang-orang untuk bergegas ke apotek manapun dengan alasan bahwa siapapun dapat terpapar virus corona.

Lebih gila lagi, dia berani menjamin kalau hanya dengan mengonsumsi 500 mg chloroquine selama delapan hari bakal ampuh melawan infeksi virus corona.

WHO bantah Chloroquine bisa jadi obat virus SARS-CoV-2

Janet Diaz, kepala perawatan klinis dalam Program Emergensi WHO, sudah pernah membantah chloroquine  memiliki bukti untuk menyembuhkan pasien COVID-19. Bantahan ini disampaikan dalam konferensi pers pada 20 Februari 2020 lalu.

“Untuk chloroquine, tidak ada bukti bahwa itu adalah pengobatan (COVID-19) yang efektif saat ini,” katanya, seperti dikutip AFP.

Ia juga menegaskan, bahwa sampai saat ini belum ada vaksin atau obat antivirus spesifik untuk mencegah atau mengobati COVID-19.

Sementara sejumlah dokter di Lagos, Nigeria, mengatakan, rekomendasi dosis penggunaan chloroquine yang beredar lewat pesan WhatsApp itu melebihi resep untuk pengobatan malaria, sebelum obat itu dilarang di Nigeria. Sebagai catatan, saat ini obat antimalaria chloroquine telah dilarang di Nigeria sejak 2005, setelah WHO memperingatkan tingkat kegagalan obat yang tinggi dan temuan kasus resistensi obat di beberapa negara.

Hal senada juga diungkap oleh Goke Akinrogunde, Direktur Klinis di GTAK Health Clinic di Lagos, yang menyebut, takaran 500 mg selama delapan hari dapat menyebabkan overdosis. Ketika obat itu masih boleh digunakan untuk menyembuhkan malaria di Nigeria, pengobatan hanya akan berlangsung selama tiga hari.

Ajibola Anjorin, seorang dokter kesehatan masyarakat yang bekerja untuk Saving One Million Lives bentukan WHO di Nigeria Utara mengatakan, bahwa sebelum chloroquine dilarang, dosis biasa untuk orang dewasa hanya dua tablet 200 mg diminum dua kali sehari, dan dikonsumsi sampai lima dosis.

Situs web penjual chloroquine  di Inggris

Pesan WhatsApp hoaks terkait chloroquine
Situs obat-obatan ilegal yang menjual chloroquine di Inggris. Foto: AFP Fact Check


AFP
menggunakan Reverse Image Search dari foto yang dikirim dalam pesan WhatsApp. Hasilnya mengarah pada penemuan situs web coronavirusmedication.co.uk. Situs ini menjual chloroquine  kemasan 14 tablet (500 mg) seharga 79,99 poundsterling atau Rp 1.467.650.

Nota pembelian diatasnamakan berasal dari sebuah organisasi bernama Viral Medications UK. Kendati demikian, tidak ada satupun informasi soal organisasi tersebut dalam hasil pencarian di internet.

Setelah penelusuran riwayat situs menggunakan site identity tool Whois.com, ditemukan bahwa laman situs coronavirusmedication.co.uk terdaftar pada 28 Februari 2020, di tanggal yang sama ketika pesan berantai WhatsApp terkait chloroquine mulai beredar. Selain itu, tidak ditemukan nama ataupun alamat kontak yang tercantum pada pembelian nama domain.

Situs web tersebut ternyata tidak punya lokasi fisik dan tidak punya izin terakreditasi untuk menjual klorokuin di Inggris. Menurut Badan Pengawas Obat-obatan dan Produk Kesehatan (MHRA) Inggris, obat semacam itu hanya dapat dijual oleh apotek secara online dengan izin, itupun dengan syarat bahwa apotek tersebut juga punya outlet fisik di Inggris.

“Keselamatan pasien adalah prioritas utama kami dan kami akan menyelidiki dan mengambil tindakan terhadap mereka yang bertindak tanpa memperhatikan kesehatan masyarakat,” kata perwakilan MHRA kepada AFP lewat pernyataan tertulis pada Senin (9/3).

Dalam beberapa jam setelah MHRA merilis pernyataannya, situs coronavirusmedication.co.uk sudah tidak dapat ditemukan. Sejauh ini, pemilik situs sedang dalam penyelidikan. Siapapun yang berada di balik situs itu jelas telah melakukan tindakan pidana dengan memasok obat-obatan secara ilegal, menawarkan obat tanpa resep, sehingga membahayakan kesehatan pasien.

Kesimpulannya adalah Para ahli  memperingatkan agar tidak minum obat chloroquine tanpa resep dokter.  Jangan sembarangan mengkonsumsi obat secara sembarangan / takaran dosis jika tidak tahu manfaatnya secara pasti. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter jika akan mengkonsumsi obat tersebut.