Rencana investasi Telkom Group ke depan disebut tak hanya fokus pada jaringan infrastruktur telekomunikasi. Perusahaan pelat merah di bidang telekomunikasi tersebut akan mengembangkan bisnis digital dan akan berinvestasi di perusahaan yang memiliki big data besar.
Analis MNC Sekuritas Victoria Venny mengatakan langkah Telkom Group itu akan menciptakan sinergi dengan bisnis inti Telkom Group yang selama ini sudah berjalan sangat baik. Salah satu manfaat terbesar dari investasi Telkom di perusahaan digital tersebut adalah BUMN telekomunikasi ini bisa akuisisi customer base.
“Telkom nantinya bisa akuisisi customer base perusahaan digital tersebut, atau sebaliknya. Sehingga ke depannya Telkom tak hanya sekadar mengembangkan bisnis connectivity saja, tetapi juga akan merambah ke bisnis ekonomi digital,” kata Venny lewat keterangan tertulis, Senin (5/10).
Kunci utama bisnis masa depan adalah big data analytic. Menurut Venny, bisnis big data analytic harus memiliki customer base yang besar, sehingga investasi di perusahaan digital yang memiliki customer base besar menjadi kunci bagi Telkom.
“Dengan terjun di bisnis digital, nantinya Telkom tidak hanya sebagai dump pipe trafik penyelenggara OTT saja, tetapi mereka sudah main di bisnis digital,” ujar Venny.
Menurut Venny, selama ini perusahaan telekomunikasi di Indonesia hanya dijadikan dump pipe atau menyediakan connectivity bagi penyelenggara platform digital, tanpa peduli dengan potensi nilai ekonomi yang lebih besar yang terdapat pada pipa tersebut.
Bisnis ini membuat operator hanya mendapatkan revenue dari akses data yang setiap hari makin murah, sementara value dari aplikasi hanya didapatkan oleh penyedia konten.
Venny mengatakan bahwa peluang Telkom Group untuk menggarap bisnis digital khususnya di perusahaan yang memiliki big data analytic yang besar, masih sangat menjanjikan. Bahkan sebelum Telkom, beberapa perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah terlebih dahulu berinvestasi di perusahaan digital.
“Dengan investasi di perusahaan digital, valuasi mereka menjadi meningkat. Jika Telkom mengakuisisi perusahaan digital yang memiliki customer base besar akan berpotensi meningkatkan revenue perseroan. Ujung-ujungnya akan meningkatkan value dari Telkom,” terang Venny.
Saat ini beberapa perusahaan konvensional sudah berinvestasi di perusahaan rintisan. PT. Astra International Tbk, misalnya, bersama dengan modal ventura, EverHaus, mereka sudah berinvestasi di bisnis logistik melalui Trukita.
Bahkan Astra juga sudah berinvestasi di GoJek sebanyak dua kali. Tak tanggung-tanggung, tahun lalu Astra sudah membenamkan investasi sekitar Rp 3,5 triliun di GoJek.
Setelah Astra berinvestasi di GoJek, kedua perusahaan ini sepakat untuk membuat perusahaan patuangan PT. Solusi Mobilitas Bangsa (SMB). Perusahaan patungan ini meluncurkan solusi mobilitas roda empat dengan merek Gofleet.
Contoh lainnya adalah BRI melalui BRI Ventures, Program Dana Ventura Sembrani Nusantara ini melakukan investasi di perusahaan rintisan. Pendanaan akan difokuskan untuk seed-growth stage yang terdiri dari seed funding dan pendanaan awal Seri A (Series A).
Dengan dana Rp 300 miliar, Dana Ventura Sembrani Nusantara akan mencari 10 hingga 15 perusahaan startup di early stage pada sektor finansial, pendidikan, agro maritim, ritel, transportasi, dan Kesehatan.
Meski peluang menggarap bisnis digital sangat besar, Venny mewanti-wanti agar Telkom Group tidak gegabah dalam melakukan investasi. Harus dilihat secara lebih rinci lagi nilai investasi yang akan dikucurkan dan peluang yang akan didapatkan oleh perseroan. Jangan sampai Telkom investasi di perusahaan digital tersebut over value.