Sebuah Area Tanpa Kasus Virus Corona di Tengah Pelonjakan Kasus di Kanada

0
683

Kasus Covid-19 terus meningkat di beberapa kota di Kanada, namun satu kawasan – Nunavut, sebuah teritori di utara Kanada – adalah area di Amerika Utara yang bebas dari virus corona.

Maret lalu, seiring dengan perbatasan negara di seluruh dunia ditutup karena infeksi virus corona yang terus meningkat, pejabat di Nunavut memutuskan mereka juga tidak akan mengambil risiko.

Mereka menerapkan beberapa peraturan perjalanan yang paling ketat di Kanada, hampir semua pengunjung yang bukan penduduk asli teritori itu dilarang masuk.

Penduduk asli yang kembali ke kampung halaman dari wilayah selatan harus menghabiskan dua pekan di sejumlah hotel di Winnipeg, Yellowknife, Ottawa dan Edmonton, yang disulap menjadi “pusat isolasi”.

Isolasi itu didanai oleh pihak berwenang setempat.

Pasukan keamanan dikerahkan di hotel-hotel dan para perawat memeriksa kesehatan para warga yang diisolasi. Hingga kini, sekitar 7.000 warga telah menjalani isolasi, sebelum akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing.

Ini bukannya tanpa tantangan. Orang-orang yang tertangkap basah melanggar ketentuan isolasi harus tinggal lebih lama lagi di pusat isolasi. Itu berdampak pada antrian penduduk yang akan di isolasi.

Ada juga keluhan tentang makanan bagi mereka yang terkurung di pusat isolasi.

Akan tetapi, seiring virus corona yang menyebar luas di seluruh Kanada, ditambah dengan jumlah kasus yang terus meningkat, angka kasus resmi di Nunavut hingga kini masih nol.

Keputusan yang “cukup drastis” untuk menerapkan langkah-langkah ini dibuat karena potensi kerentanan populasi terhadap Covid-19 dan tantangan unik dari wilayah Arktik, kata kepala petugas kesehatan masyarakat Nunavut, Dr Michael Patterson.

Sekitar 36.000 orang tinggal di Nunavut, yang berbatasan dengan Samudra Arktik di utara dan Wilayah Barat Laut di barat, dalam 25 kelompok komunitas yang tersebar di dua juta kilometer persegi, atau sekitar tiga kali luas Texas.

Jaraknya “kadang membingungkan”, kata Dr Patterson.

Isolasi alami kemungkinan menjadi bagian dari alasan minimnya kasus – komunitas tersebut hanya dapat dijangkau sepanjang tahun dengan pesawat.

Pada akhir September, terjadi wabah yang melibatkan pekerja yang datang dari selatan ke tambang emas terpencil yang berjarak 160 km dari Lingkaran Arktik. (Kasus-kasus tersebut saat ini dihitung sebagai infeksi di yurisdiksi asal penambang, sehingga jumlah kasus resmi wilayah tersebut tetap nol).

Wabah itu “hampir tidak mungkin” menyebar di masyarakat karena belum ada perjalanan antara tambang dan masyarakat mana pun selama berbulan-bulan, kata Dr Patterson.

Namun, meskipun isolasi dapat membantu, hal itu juga dapat menimbulkan rintangan.

Kebanyakan masyarakat tidak memiliki kapasitas untuk melakukan tes Covid-19 secara lokal, jadi pengetesan harus dilakukan di wilayah lain.

Awalnya, hasil tes baru bisa diketahui dalam waktu sepekan, artinya “Anda benar-benar tertinggal jauh ketika Anda bisa meresponsnya,” ujar Dr Patterson.

Upaya sedang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pengujian dan mempersingkat waktu pengetesan di wilayah tersebut.

Sumber daya medis juga terbatas di utara. Unit perawatan akut di Rumah Sakit Umum Qikiqtani di ibu kota Iqaluit, hanya dapat menangani sekitar 20 pasien Covid-19, menurut perkiraan Dr Patteson.

Dalam kasus wabah, “orang-orang yang membutuhkan perawatan , banyak dari mereka akhirnya harus pergi ke selatan dan itu akan membebani sistem Medivac kami”.

Banyak komunitas Inuit – di Nunavut dan tempat lain – berpotensi menghadapi risiko yang jauh lebih tinggi.

Ada beberapa faktor yang berperan, termasuk kondisi pemukiman yang tidak memadai dan tidak aman serta tingkat kepadatan yang tinggi, kenyataan yang terlalu umum di wilayah tersebut.

Prevalensi tuberkulosis yang tinggi menjadi perhatian lain.

Inuit, yang merupakan 80% dari populasi wilayah itu, secara umum merupakan kelompok yang rentan terhadap infeksi saluran pernapasan, termasuk tuberkulosis, kata Inuit Tapiriit Kanatami, sebuah kelompok advokasi nasional.

Orang Inuit hampir 300 kali lebih mungkin terkena tuberkulosis daripada orang Kanada non-pribumi.

Pengalaman keluarganya sendiri dengan penyakit pernapasan membawa pulang potensi bahaya Covid-19 bagi Ian Kanayuk.

Pelajar berusia 20 tahun ini dan ibunya menderita penyakit itu beberapa tahun lalu. Dia harus minum obat selama sembilan bulan, sementara ibunya harus dirawat dalam waktu yang lama di rumah sakit.

Keduanya kini telah membaik, namun “itu sesuatu yang sangat serius,” ujarnya.

Jadi dia mendukung langkah-langkah jarak sosial, batasan pertemuan, dan kewajiban masker yang diberlakukan di seluruh wilayah meskipun kasus Covid-19 jarang terjadi.

Dr Patterson berkata itu masih diperlukan karena “meskipun pusat itu ada di sana, pusat itu tidak sempurna”.

Ada juga beberapa pengecualian kewajiban isolasi di luar wilayah, misalnya untuk pekerja di sektor tertentu yang penting.

Jadi meski tanpa kasus, pandemi telah menyentuh wilayah itu dengan cara yang serupa dengan orang yang tinggal di seluruh Kanada.

Kanayuk, seperti mahasiswa di banyak bagian dunia lain, kecewa dengan pembelajaran jarak jauh dari rumahnya di Iqaluit, dan bukan di Ottawa, ibu kota negara, di mana dia berencana untuk menghadiri secara langsung Nunavut Sivuniksavut, sebuah program pendidikan untuk pemuda Inuit dari seluruh negeri.

“Menyedihkan tidak bisa ikut serta”, katanya.

Lalu ada tantangan tambahan, lambatnya kecepatan internet di wilayah itu membuat pembelajaran jarak jauh terkendala.

Pandemi juga telah membanjiri sistem pengiriman paket dan surat yang sudah tegang, menyebabkan frustrasi karena antrian panjang untuk mengambil paket.

Kantor pos Iqalut telah menjadi salah satu kantor pos paling sibuk di Kanada karena banyak penduduknya bergantung apda pengiriman gratis Amazon di kota Arktik itu.

Kantor pos melaporkan melonjaknya jumlah paket selama pandemi “melampaui apa pun yang bisa kami antisipasi,” kata kantor pos Kanada dalam sebuah pernyataan.

Setelah langkah-langkah ketat diberlakukan di Nunavut pada Maret, regulasi itu kini telah dilonggarkan.

Dengan beberapa syarat, penduduk setempat kini bisa bepergian ke wilayah barat laut dan kembali tanpa perlu melakukan isolasi, demikian halnya warga bisa bepergian ke Churchill, Manitoba untuk keperluan perawatan medis.

Tetapi perlu ada langkah-langkah untuk membatasi penularan ketika virus sampai ke Nunavut, kata Dr Patterson, yang tidak berpikir kawasan itu akan bebas Covid-19 selamanya.

“Tidak. Tidak untuk waktu yang tidak terbatas,” katanya.

“Aku tidak berani bertaruh bahwa ini akan tetap seperti ini selama ini.”