Jerapah putih satu-satunya di dunia, kini dilengkapi dengan alat pelacak GPS untuk menghindarinya dari pemburu di bagian timur laut Kenya.
Sebuah kelompok konservasi mengatakan penjaga hutan dapat memantau pergerakan jerapah jantan secara real time.
Jerapah tersebut memiliki kondisi genetik langka bernama leucism, yang membuatnya kehilangan pigmentasi kulit.
Dia diperkirakan sebagai spesies terakhir dari jerapah putih, setelah pemburu membunuh dua ekor jerapah putih lain pada bulan Maret lalu.
Para pemburu hutan khawatir jerapah tersebut akan mengalami nasib yang sama seperti dua jerapah lain – seekor betina dan anaknya yang berusia tujuh bulan – yang memiliki kondisi yang sama dengannya.
Bangkai kedua jerapah putih itu ditemukan di kawasan konservasi di timur laut Garissa, Kenya, tempat jerapah jantan hidup sendirian.
Ishaqbini Hirola Community Conservancy, yang mengawasi satwa liar di daerah tersebut, mengatakan alat pelacak itu dipasang di salah satu tanduk jerapah pada 8 November lalu.
Dalam sebuah pernyataan tertulis pada Selasa (17/11), LSM tersebut mengatakan bahwa alat pelacak itu akan memberikan informasi terbaru setiap satu jam terkait keberadaan jerapah tersebut, memudahkan para penjaga hutan untuk “menjaga agar hewan unik inii aman dari pemburu”.
Manajer kelompok konservasi tersebut, Mohammed Ahmednoor, berterima kasih kepada para pelestari alam atas bantuan mereka dalam melindungi jerapah dan satwa liar lainnya.
“Tempat penggembalaan jerapah telah diberkati dengan hujan lebat baru-baru ini dan vegetasi yang melimpah menjadi pertanda baik bagi masa depan jerapah putih jantan,” katanya.
Komunitas alam liar Kenya, badan konservasi utama di Afrika bagian timur, mengatakan pihaknya dengan senang hati membantu upaya melindungi “satwa liar unik seperti satu-satunya jerapah putih yang diketahui”.
Jerapah putih pertama kalinya ditemukan di Kenya pada Maret 2016, sekitar dua bulan setelah adanya sebuah penampakan di negara tetangga Tanzania.
Satu tahun kemudian, jerapah putih kembali menjadi tajuk utama setelah seekor jerapah putih betina dan anaknya tertangkap kamera di area konservasi di Garissa, Kenya.
Hidup di lebih dari 15 negara di Afrika, jerapah adalah mamalia tertinggi di dunia. Mereka menjadi sasaran pemburu untuk kulit, daging dan bagian badannya.
Sekitar 40% populasi jerapah telah menghilang dalam waktu 30 tahun terakhir, dengan perburuan dan perdagangan satwa liar berkontribusi pada penurunan populasi satwa ini, menurut Yayasan Satwa Liar Afrika (AWF).
Jerapah telah ditetapkan sebagai spesies rentan dalam daftar Daftar Merah Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), dengan perkiraan populasi 68.293 ekor secara global.