Joe Biden dan Perjalanan Panjang Menuju Gedung Putih

0
541

Joe Biden telah diambil sumpah sebagai presiden Amerika Serikat, di Washington DC, hari Rabu (20/01).

Ia resmi menjadi presiden AS yang ke-46 setelah memenangkan pemilihan November lalu, mengalahkan petahana dan calon Republik, Donald Trump.

Hingga Rabu, Trump tidak mengakui kekalahan dan memilih meninggalkan Washington DC serta tidak menghadiri acara pelantikan Biden. Ini untuk pertama kalinya dalam lebih dari 150 tahun, presiden yang mengakhiri masa jabatan tidak menyambut presiden baru.

Bagi Biden, ini adalah momen puncak karier panjangnya sebagai politisi: menjadi presiden Amerika, setelah gagal pada 1987 dan 2008.

Gaya kampanye pemilu Biden tidak seagresif Trump karena Partai Demokrat lebih ingin menggambarkan dirinya sebagai sosok yang lebih bertanggung jawab dalam menerapkan kebijakan untuk menekan pandemi virus corona.

Meskipun mantan Presiden Barack Obama menyebutnya sebagai “wakil presiden terbaik yang pernah dimiliki Amerika”, catatan Biden selama empat dekade jadi pejabat publik juga dikritik.

Siapa Biden dan bagaimana ia akhirnya bisa memenangkan pilpres Amerika?

‘Saudara’ Obama

Biden mencalonkan diri untuk menjadi calon presiden dari Partai Demokrat 2008. Dalam nominasi partai, ia dikalahkan oleh Obama.

Dalam pilpres tahun tersebut, Demokrat memajukan Obama dan Biden sebagai capres dan cawapres. Keduanya menang mengalahkan pasangan Republik, John McCain-Sarah Palin.

Delapan tahun di Gedung Putih bersama Obama – di mana ia sering muncul di sisi presiden – telah memungkinkan Biden untuk mengeklaim sebagian besar warisan Obama, termasuk pengesahan Affordable Care Act, serta paket stimulus dan reformasi yang diberlakukan untuk mengatasi krisis keuangan.

Hubungannya dengan Obama — yang sering ia sebut “saudara”– mungkin juga telah memberikan dukungan abadi di antara para pemilih Afrika-Amerika.

Data jajak pendapat pemilu 2020 menunjukkan bahwa pemilih kulit hitam sangat mendukung Biden, yang mungkin menjadi penyokong utama di negara bagian kunci pertempuran seperti Georgia, Michigan dan Pennsylvania.

Sebagai salah satu pejabat paling senior dan paling berpengalaman di Washington, Biden memiliki kredensial urusan luar negeri yang kuat, dan membantu menyeimbangkan kurangnya pengalaman eksekutif Obama.

Sebutan “Middle Class Joe” (Joe Kelas Menengah) disematkan kepadanya dalam upaya meraih dukungan dari kelas menangah, kelompok yang sulit diraih dukungannya oleh Obama.

Upaya itu berhasil dan kembali berhasil pada pemilu 2020, ketika Biden berhasil memenangkan kembali negara-negara “tembok biru” di jantung industri AS, yang telah meninggalkan Demokrat ketika Trump membalikkannya pada 2016.

Karier politik yang panjang

Biden menjadi berita utama pada tahun 2012 dengan mengatakan bahwa ia “tak punya masalah” dengan pernikahan sesama jenis, komentar yang dianggap melemahkan presiden, yang saat itu belum memberikan dukungan penuh atas kebijakan tersebut.

Obama akhirnya melakukannya, hanya beberapa hari setelah Biden.

Dua periode masa jabatan wapres yang diemban Biden bersama presiden kulit hitam pertama Amerika berawal dari karier politik yang panjang.

Perjalanannya di panggung politik berawal pada 1972 ketika ia terpilih menjadi senator dari Delaware.

Biden mencalonkan diri sebagai presiden pada 1988 tetapi mundur setelah ia mengaku menjiplak pidato pemimpin Partai Buruh Inggris, Neil Kinnock.

Karier politiknya yang panjang juga diwarnai oleh sejumlah kecaman akibat sikap yang ia ambil.

Di awal kariernya, Biden berpihak kepada kelompok segregasionis selatan, menentang keputusan pengadilan yang memerintahkan bus-bus sekolah yang harus menerapkan kebijakan integrasi rasial.

Sebagai ketua Komite Kehakiman Senat pada tahun 1991, Biden memimpin sidang untuk menetapkan hakim di Mahkamah Agung, Clarence Thomas. Biden dikritik dalam penanganan kasus ini, yakni kasus gugatan pelecehan seksual yang dituduhkan Anita Hill-seorang pengacara dan akademisi AS- kepada Clarence Thomas.

Biden juga merupakan pendukung kuat undang-undang pidana pada 1994 yang oleh kelompok kiri sekarang dikatakan mendorong vonis hukuman penjara yang lama dan dan penahanan massal.

Catatan-catatan ini terkadang membuatnya tidak nyaman bagi Demokrat.